
Geratis Baca Novel PDF Never Trust A Dead Man
Wednesday, April 20, 2016
JUDUL : NEVER TRUST A DEAD MAN
PENULIS : VIVIAN VANDE VELDE
PENULIS : VIVIAN VANDE VELDE
Never
Trust a Dead Man
Kelelawar itu—atau Farold, atau Farold dalam tubuh kelelawar— sesaat tak
bcrgerak. "Itu benar " katanya. "Aku sudah dibunuh.
Begitulah kematianku. Aku dengar kau memanggilku, oleh sebab itu aku
kembali. "Betul, kata Selwyn, senang dapat kembali ke lopik pembicaraan
yang seharusnya. "Kami memanggilmu kembali supaya kau dapat
mengatakan siapa yang melakukanya."
Kelelawar si Farold itu berkata, "Kupikir kalian memanggilku ke sini
supaya kalian dapat mengatakannya kepadaku. "Apa? Elswyth
membentak.
"Kamu tidak tahu siapa yang membunuhmu?" tanya Selwyn ngeri.
"Aku kan sedang tidur, dasar bodoh. Itu terjadi di tengah malam, hari
gelap, dan"-kelelawar itu memukul tangan Selwyn dengan
sayapnya, seakan lupa ia punya sayap, dan bukannya tangan—jika kau
melihat scbelum semua ini kau pasti melihat kalau aku ditikam dari
belakang" Selwyn menepuk keningnya, menyesal.
SATU
Bagi Selwyn Roweson, pagi hari bagi orang desa dimulai sebelum
malam berakbir. Saat itu, ia dan ayahnya sedang me-mindahkan
tunggul-tunggul pohon di sepetak tan ah yang mereka harapkan dapat
menjadi ladang tambahan
untuk musim Semi mendatang. " Walaupun kau tidak akan menikahi Anora,"
kata ayahnya, "Kau akan menikah suatu saat, dan pasti akan me-merlukan
ladang tambahan."
Selwyn berpikir kalau ayahnya berharap bahwa dengan menarik dan memarang
ranggul-tunggul pohon bandel itu sudah cukup baginya
untuk mengusir Anora dari pikiran Selwyn—ungguh memperlihatkan betapa
sederhananya orang tua memandang suatu persoalan. "Lagipula," lanjut
ayahnya, "Gadis kota yang kurus tidak cocok untuk hidup di pertanian.
Kau perlu mencari wanita besar dan kekar."
"Besar?" ulang Selwyn, hampir kehabisan napas sambil mengayunkan kapak
ke salah satu akar-akar pohon dan menghamburkan serpihan
kayu pada pakaian dan rambutnya. "Kefcar?" la sendiri berperawakan
kecil—dan di usia tujuh betas tahun seperti ini tampaknya tidak akan
bertambah tinggi atau gemuk Iagi. Hal terakhir yang diinginkannya adalah
seorang istri yang Jebih besar dan kuat daripada dirinya. uKita ini
sedang bicara tentang istri atau sepasang lembu jantan?"
"Begini," kata ayah nya, seakan-akan masalah itu sedang di-
pertimbangkannya, "Tentu saja itu akan menjadi pilihanmu. Lembu jantan
sangat bagus untuk memindahkan tunggul-tunggul pohon. Selain itu,
percakapan mereka setelah makan, malam umumnya biasa- biasa saja,
sehingga mereka tak dapat berdansa sama sekali. Daripada begitu, mungkin
kau dapat mencari gadis yang besar dan kekar, tapi tidak sebesar dan
sekekar lembu jantan."
Selwyn tertawa. Ia sangat lega karena mata kapak itu akhirnya membelah
akar tunggul.
Kemudian ia meletakkan kapak dan memungiit sekop. Hari itu cuaca pan as,
dan tidak semes tinya terjadi karena waktu itu sudah niusim gugur di
mana dedaunan berjatuhan namun salju musim dingin
belum turun. Semen tara itu, kemeja Selwyn yang basah masih saja lengket
di punggungnya. Kemudian ia berhenti, menegakkan tubuhnya
untuk beristirahat sekejap, lalu meniupkan sejuntai rambut yang menutupi
matanya. Saat itulah dia melihat penduduk desa datang mendekat. "Ayah,"
katanya. Mereka tampaknya akan membantu Selwyn dan ayahnya menggali
tunggul pohon karena beberapa dari mereka membawa tongkat atau
pentungan, dan semuanya menampakkan muka masam.
3
Senyum ayahnya menghilang, tetapi suaranya terdengar riang sewaktu ia
berteriak kepada sekitar satu lusin atau lima belas orang yang
mendekat. "Ada apa? Apa yang terjadi? Jangan katakan kalau kita
berperang lagi." Im pertanyaan yang wajar, karena di antara mereka semua
hanya ayah
Serwyn yang ikut berperang dalam pasukan raja, sehingga ia
terlambat menikah dan usianya sudah lima puluh tahun saat anaknya
berumur tujuh belas. Penduduk desa pernah datang minta tolong kepadanya
untuk menghadapi prajurit-prajurit yang telah melanggar perbatasan, atau
menghadapi bandit-bandit yang menjarah di jatan menuju Saint Hilda,
atau ketika dua penyihir yang berseteru hampir saja menumbangkan kedai
minuman Orik ketika ia mencoba menengahi per-tengkaran keduanya.
Namun ayahnya berpikir bahwa masalah nya bukan itu; Selwyn tahu bahwa
keriangan suaranya itu dipaksakan.
Dan keraguan itu menghilang ketika Thome yang berdiri di depan,
berteriak, "Turunkan sekop itu, Rowe."
Ucapan itu terasa sangat aneh, apa pun alas an mereka ke sini, Selwyn
merasakan ketakutan yang melanda hulu hatinya. Memang Thome adalah
tetangga mereka dan sudah mengelola tanah pertanian
terdekat sejak lama sebelum Selwyn lahir.
Ayahnya yang sebelumnya tidak punya alasan untuk memegangi sekopnya,
melihat sambil berpikir sesuatu ke axah Thorne dan kerumunan yang
mendekat. Ia menancapkan sekopnya ke tumpukan tanah
bekas galian, dan menyandarkan lengannya di atas pegangan sekop, tetap
siap untuk meraihnya.
Penduduk desa berhenti, sekitar lima atau enam langkah darinya. Jauhnya
kira-kira satu lemparan sekop.
"Melangkahlah ke sini, Nak," kata Linton, keponakan Miller. Selwyn bclum
tahu maksud perkataan itu.
"Tetap di situ," perintah ayah Selwyn, seolah-olah Selwyn tidak
mencurigai apa-apa.
"Kami hanya ingin berbicara dengan nya," kata Thorne.
"Baik. Bicaralah," kata ayah Selwyn. "Pendengarannya cukup baik."
Thome menatapnya selama beberapa saat. Lalu ia berkata, "Farold mad. Ia
dibunuh di penggilingan tadi malam."
Farold adalah keponakan Derian, tukang penggiling, sepupu Linton. Selwyn
terkejut bahwa seseorang telah dibunuh dalam komunitas
mereka yang tenang, tapi tidak kaget kalau korbannya Farold. Ia bahkan
lega karena Farold yang mati, bukan yang lain. Senang,
kalau boleh dikatakan dengan jujur, bahwa jika itu memang harus terjadi
pada seseorang, hal itu terjadi pada Farold. Namun dia tahu bahwa dia
tidak boleh membiarkan hal semacam itu terlihat pada air mukanya. Ia
mencoba memikirkan hal-hal yang baik saja. Farold tidak seburuk itu
sebenarnya, katanya pada diri sendiri. Farold lebih baik dari... Ah,
lebih balk daripada duduk di atas paku. Ia juga lebih baik daripada
mematahkan gigi karena biji keras persik.
Ayahnya bertanya, "Apa yang menyebabkan kalian berpikir bahwa Selwyn
yang melakukannya?"
Ada banyak alasan. Sebenarnya dengan melihat penampilan mereka, hanya
itulah alasan mereka ke sini. Bagaimana mereka bisa berpikir bahwa
Selwyn akan mem bun uh seseorang— bahkan orang yang
menjengkelkan dan be'rtingkah seperti Farold? Tapi Thorne memandang
tepat ke arahnya, dan bertanya kepadanya, bukan kepada ayahnya, "Kamukah
yang melakukannya?"
5
Selwyn perlu beberapa saat untuk mengeluarkan suara. " Bukan," katanya.
Ia heran karena Thorne yang sudah mengenal dirinya begitu lama dapat
bertanya dengan mimik muka yang da tar seperti itu.
"Baiklah kalau begini," kata Thorne.
"Hal ini tidak mungkin," pikir Selwyn. Mereka telah ber-jalan jauh dari
Penryth dan tidak mungkin langsung berbalik kembali hanya dengan
keterangan bahwa dirinya tidak bersalah.
"Kami semua di sini kemarin," ayah Selwyn berkata kepada mereka. "Tadi
malam katamu? Kami semua di sini, kami ber-empat, sepanjang malam—aku,
anak ini, ibunya, dan nenek-nya. Kami akan bersaksi untuknya."
Hal itu menyebabkan Selwyn menggigii tetapi hal itu di-mtupinya dengan
gerakan berpura-pura mengibaskan seekor laiat. Lalu ia melipat tangannya
di dada dengan sikap agak menantang.
"Baiklah," kata Thome. "Mari kembali ke desa, jelaskan semuanya kepada
Bowden. Kita lihat apakah ada sesuatu yang kau ketahui dan mungkin dapat
menolong kami untuk me-netapkan siapa yang membunuhnyz."
Orang-orang yang ada di belakang Thorne terlihat tidak percaya dan
menganggap hal itu tidak rasional.
"Saya kan baru saja menjelaskan pada kalian," kata ayahnya. "Dan
ingadah, ada beberapa orang yang senang kalau Farold mari." Setelah itu
ia memandang tepat ke arah Linton, seperti meminta maaf karena berbicara
buruk tentang seseorang yang telah mati di depan sanak saudaranya, atau
seperti meng-ingatkan setiap orang bahwa Linton adalah orang yang
di-untungkan dengan kematian Farold—karena sekarang ia adalah sanak
terdekat yang masih hidup dari penggiling tua yang kaya itu.
6
Linton meludah ke tanah, tampaknya meludahi mereka. Kata Thorne, "Begini
Rowe, biarkan Selwyn ikut dengan kami untuk menerangkannya sendiri.
Bowden adalah orang yang rasional. Tapi putrinya menangis terus-menerus
..."
Bowden. Ia adalah ayah Anora dan Selwyn tahu karena Anora-lah ia
dituduh. Sepanjang musim panas, ia dan Farold berJomba menarik
perhatian dan mendapatkan kasih sayang Anora, dan akhirnya Anora memilih
Farold. Oua minggu yang lalu, kedua pemuda itu bertarung di jalan di
hadapan semua orang. Atau lebih tepatnya, Selwyn mencoba untuk
bertarung, dan Farold—yang lebih besar, lebih tinggi, dan lebih kuat—
berhasil menjatuhkannya secara kasar ke atas onggokan tanah seolah-olah
Selwyn berusia kira-kka sepuluh tahun lebih tua, dan lebih seperti
hiburan bagi penonton. Jadi sekarang, tampaknya setiap orang berpikir
bahwa Selwyn telah memperpanjang pertarungan itu.
"Gadis itu menuduhnya?" tanya ayah Selwyn, karena dia tak pernah
berpikir kalau Anora akan bersikap demikian. Selwyn terkejut dengan
pikiran itu. "Tidak,"*kata Thorne. "Aku sudah katakan, kejadiannya
semalam: Tidak ada yang melihat. Derian juga tidak mendengar apa-apa,
apalagi dengan suara ributnya kincir air dan ke-adaannya yang setengah
tuli itu. Tampaknya pembunuh memanjat dan masuk lewat jendela. Biarkan
anakini pergi dan bicara, Rowe. Biar urusannya beres. Kaupikir dengan
berlaku seperti ini akan membantu masalah?" Akhirnya—meski Slewyn merasa
lega sekaligus takut—I ayahnya mengangguk dan menjauhi sekop.
"Bagus,f kata Thorne kepadanya. "Baiklah. Sekarang kembali ke rumah dan
katakan kepada Nelda dan ibunya bahwa
7
kalian akan kembali pada waktu makan malam." Linton dan dua atau tiga
orang lainnya tampak siap untuk protes, tapi Thorne
mengangguk dan berkata, "Ayo."
Ayah Selwyn memegang pundak anaknya dan dua orang penduduk berbalik
menuju rumah.
Segera setelah itu mereka melompat dari belakang.
Selwyn jatuh ke tanah dengan keras. Wajahnya menyentuh tanah tan
pa sempat mengangkat tangannya untuk menahan. Seseorang meletakkan
lututnya di belakang lehernya dan berteriak, "Ikat tangannya, ikat
tangannya!"
Tangan Selwyn diikat ke belakang, seseorang maju me-nyediakan tali. Hal
ini membuktikan bahwa meski Thorne sudah mengucapkan
kata-kata manis, ternyata ia seorang pem-bohong dan sudah merencanakan
hal itu sebelumnya.
Sebagian besar dari mereka mengejar ayahnya. Berapalah orang yang
diperlukan untuk membawa seorang anak yang kecil, kurus, berusia
tujuh belas tahun yang hanya pernah sekali bertarung sekali—itu pun
kalah? Tapi banyak sekali orang yang mengerumuni ayahnya
sehingga Selwyn tidak dapat melihat-nya. Namun dia baik-baik saja,
tampaknya memang begitu karena Selwyn mendengar dia menyumpah- nyumpah.
"Rowe," kata Thorne, "Aku bersumpah: Kalau kau buat masalah, akan
kubiarkan mereka memukuli kepalamu, dan kami akan menyeretmu. Selwyn
akan baik-baik saja." Thorne baru menengok Selwyn setelah
mengatakan hal itu, benar-benar seperti teman yang dapat dipercaya.
"Kami hanya tidak ingin kalian berdua melakukan hal yang bodoh, Rowe."
Ayah Selwyn tetap melawan. "Rowe
Akhirnya, mereka mengambil kain yang dipakai Selwyn dan ayahnya untuk
membungkus pegangan sekop dan mengguna-
kannya untuk menyumbar mulut mereka, atau menggantikarf rasa tanah di
mulut Selwyn dengan rasa tanah dan keringat.
Saat menyumbat mulut Selwyn, mata ayahnya tampak ketakutan, dan hal itu
adalah hal yang paling buruk karena Selwyn belum pernah melihat ayahnya
takut seperti itu sebelumnya.
Selwyn berjalan dengan lambat dan didorong perlahan menuju desa.
Bagaimana dengan ibunya. Selwyn khawatir, kalau ia akan mencari mereka
karena tidak kembali untuk makan siang?
Ia berhenti. Meski pun khawatir, ia tetap menengok ke belakang.
Tlba-tiba seseorang memukul bagian belakang kepala-nya cukup keras
sehingga membuat lututnya goyah. Seketika itu juga, ia didorong lagi.
Tapi seseorang menangkapnya agar ia tegak kembali. Dan
mereka pun terus berjalan.
DUA 4*
Semua orang sudah berkumpul di sekeliling rumah Bowden, si kepala desa.
Di dalam rumah, orang penuh sesak dan hal am an dipenuhi
oleh kerumunan orang yang meluap ke jaianan. Lebih ramai dari hari raya.
Thorne mendesak untuk masuk rumah. Se bagi an besar dari mereka yang
menjemput Selwyn dapat menyelip masuk, meskipun mereka harus
memaksa keluar orang lain yang sudah ada di dalam terlebih dahulu.
Anora, seperti yang dikatakan Thorne, menangis tersedu-sedu dengan
kerasnya. Wajahnya yang biasanya rupawan, sekarang sembab dan kemerahan
karena air mata. Begitu melihat Selwyn, ia menutup mukanya dengan kain
renda di gaunnya—satu-satunya hal yang bisa dilakukannya karena
pandangan setiap orang tertuju padanya—dan ia mulai
re
mengayunkan tubuhnya ke depan dan ke belakang di atas bangku-nya.
Orang-orang saling menyikut dan menun juk. Derian, rukang
penggiling, paman pemuda yang mati itu menepuk-nepuk kakinya, "Sudah,
sudah," dan membelaJak ke arah Selwyn.
"Kami membawa mereka," Linton mengumumkan. Kalimat ini sebenarnya hampir
tidak perlu karena setiap orang sudah melihat hal itu.
"Mereka menyulitkan kami." Hal ini adalah sesuatu yang dapat dilihat
sendiri oleh orang-orang, karena mereka melihat keadaan
keduanya yang diikat dan mulut yang disumbat, pakaian mereka yang tak
karuan lagi dan robek, dan pipi kanan ayah Selwyn yang keunguan karena
buku jari seseorang. Tapi Linton selalu berusaha membuat dirinya
kelihatan penting. Ia adalah tipe orang yang akan berkata, "Ten tu saja
hujannya lebat," kalau-kalau orang tidak memper-hatikan. Dan jika orang
memperhatikan, dan menjawab, "Ya, kamj dapat melihat iru," maka Linton
akan mencoba meyakin-kan bahwa hujan yang paling lebat telah menerpa
rumahnya.
Bowden telah menyalakan perapian, suatu hal yang boros dalam cuaca
sehangat had itu. Namun ia ingin pamer kalau ia adalah orang terkaya di
desa itu, dan hanya rumahnya yang punya sebuah ruangan, tidak seperti
orang-orang lainnya. Walau demikian, mungkin Selwyn satu-satunya orang
di ruangan itu yang sulit mendapat udara segar akibat kayu bakar yang
menyala dan orang-orang yang berdesakan. Bowden berdiri perlahan dan
bertanya pada Thorne, bukan kepada Selwyn, "Jadi, apa yang dikatakan
anak ini?" Mengapa setiap orang terus berbicara di sekitarnyat "Ia ada
di rumah dengan keluarganya semalamari,"¦ jawab (Thome dengan sedikit
mengangkat bahu yang dapat berarti apa saja.
11
Selwyn pun berpikir tentang Thorne: Hidungmu yang panjang dan matamuyang
bersinar membuat kau seperti tikus. Selama mengenalnya, inilah pertama
kali Selwyn punya pikiran seperti itu. Bowden,
pikir Selwyn, seperti banteng—malas tapi berbahaya.
Bowden mendaratkan sorotan matanya yang malas dan berbahaya im pada ayah
Selwyn yang mengamuk tidak kaman dengan mulut tersumbat
sambil berjuang sekuat mungkin membuka ikatannya. Ia bertanya kepadanya,
"Makan malam hingga matahari terbit: Bersediakah Anda meyakinkan setiap
orang bahwa tidak mungkin anak Anda keluar rumah tengah malam sewaktu
setiap orang sedang tidur?" Ayahnya
mengangguk penuh semangat, namun Bowden melanjutkan, "Apa-kah Anda
selalu menempatkan penjaga rumah untuk memasti-kan dia tidak
keluar rumah, sehingga ia tidak akan terlibat dalam kejahatan?"
Pertanyaan ini tidak dijawab dengan jelas, ya atau tidak.
Ayah Selwyn pun mulai berbicara dengan mulut tersumbat. Tapi tak seorang
pun dapat menangkap kata-katanya, dan Selwyn menduga bahwa Bowden lebih
tertarik untuk menunjukkan dirinya kelihatan pin tar
daripada mencari fakta-fakta.
"Ayolah, Rowe," kata Bowden, "tidak ada yang menuduh-mu telah mem bantu
masalah ini. Setiap orang tahu adanya hubungan yang buruk
antara Selwyn dengan Farold karena purriku Anora."
Anora pun menampakkan wajahnya dari bawah renda gaunnya, tapi
menyembunyikan lagi.
Bowden meneruskan, "Anak muda yang berdarah panas— kita semua
pernah melihat hal itu. Aku menyalahkan diriku sedikit karena tidak
melihat hal itu sebelumnya dan tidak
mendorong Anora untuk memilih salah satu dari kalian lebih cepat. Namun
dengan memilih farold seharusnya urusan sudah selesai. Tapi, Selwyn
tidak dapat menerima hal itu. Kita pernah melihat pertarungan yang
dipancingnya di kedai minuman Orik. Dan Farold juga pernah
memukulnyadisana ..." Bowden menggelengkan kepala dengan sedihnya seakan
hendak mengatakan bahwa ia tidak tahan kekerasan, meskipun dia juga
salah satu penonton pada ban itu, tertawa dan menyemangati, tidak peduli
siapa pemenangnya, benar- benar gembira karena adanya hiburan itu.
"Tentu saja dapat dimengerti bahwa Selwyn merasa terhina. Dan sudah
semestinya Anda ingin melindungi-nya, anak tunggal, dan segalanya bagi
Anda. Rowe, ini bukan kecelakaan karena. naik darah: Selwyn naik ke
kamar Farold di tengah malam, menikamnya sementara pemuda itu tidur.
Seseorang yang melakukan itu..." Sekali lagi Bowden menggelengkan
kepaJanya dengan penuh arti. "Tabiat seperti itu, woh, tak ada jaminan
kalau itu tak akan terjadi lagi."
"Tidak!'' Selwyn berteriak. Tapi tak ada satu orang pun me-ngerti karena
mulutnya yang disumbat. Ia pun menggelengkan kepalanya untuk meyakinkan
bahwa ada orang merasa ragu terhadap apa yang sedang dikatakannya.
"Kenapa sumbatan mulutnya tidak dibuka saja?" usul seseorang. "Sulit
mendapatkan jawaban yang benar kalau tidak dibuka." "Buka sumbatan anak
itu!M kata Bowden. Sumbat dilepas, dan tampaklah mulut Selwyn yang kotor
dan kering.
"Bukan aku yang melakukan," protesnya. "Ya, waktu aku itu marah karena
Anora memilih Farold. Tapi aku tidak begitu membencinya sampai
membunuhnya*" Farold sebenarnya tidak begitu menyebalkannya, sekali lagi
Selwyn memaksa-
13
lean di ri berpikir demikian, seakan berpiki ran baik dapat mem-
buktikan ketidakbersalahannya. Farold tidak sejelek seperti hidung
yang ingusan ketika kita sedang berusaha membuat seorang gadis terkesan.
Farold juga tidak sejelek rasa gatal-gatal di pantat kita.
Bowden menyipitkan matanya. "Kau tidak sedang mengatakan bahwa salah
Anora sendiri mengapa memilih Farold dan bukan engkau, iya kariT
katanya.
Ini yang dihindari Selwyn—membuat Bowden takut kalau-kalau ia
mengejar-ngejar Anora. Kenapa sih dia tidak bertanya dengan pertanyaan
yang sederhana dan jawaban yang langsung? "Tidak," katanya. "Yang ingin
kukatakan adalah: aku tidak membunuh Farold."
^
Akhirnya Derian memutuskan untuk bicara, "Farold adalah pemuda yang
baik," perkataan yang dalam situasi berbeda mungkin akan ditentang
Selwyn. Perkataan ini mungkin akan ditentang juga oleh
banyak orang bila dalam situasi yang berbeda. Walau demikian, jika
menyangkut Derian, orang tidak pernah yakin berapa banyak bagian
percakapan yang benar-benar ia dengar dan mengerti. Namun penggiling tua
itu adalah orang yang membesarkan Farold yang sudah ditinggal mati
orang tuanya sejak kecil. Jadi, kalau ia kacau, itu pastilah karena
kesedihan dan juga karena tulinya.
Bowden memberi tanda pada seseorang yang berdiri dekat meja. Sebuah
benda diambil dan diberikan lewat tangan derru tangan. "Kau mengenali
ini?"' tanya Bowden'.-'*
Selwyn pikir jantungnya akan berhenti berdetak. "A... k.. .u....n Tentu
saja ia mengenali pisau khusus bergagang panjang itu—pisau
itu miliknya. Hadiah dari ayahnya sebagai tanda bahwa ia telah dewasa.
Pisau ini dipakai ayahnya sewaktu
14
berperang, dan tak ada yang menyamai pisau itu di desa mereka.
"Aku kehilangan pisau itu, kira-kira waktu panen." Selwyn melihat
sekilas dengan gelisah ke sekeliling ruangan. "Raedan"— ia menangkap
satu wajah yang dikenalnya, lalu yang Iain— "Meiton. Kalian ingat kan
kalau aku kehilangan pisau-itu. Aku mencarinya ke mana-mana. Aku terus
menanyakan apakah ada orang yang menemukannya.''
"Ya," Raedan berkata dengan cepat, dan saudaranya, Merton* juga
mengangguk.
Selwyn menoleh ke arah Thorne—walaupun ia bertampang dan berlaku seperti
tikus— tapi kata-katanya akan lebih dihargai, karena lebih tua dari
umurnya.
Dan Thome memang berkata, "Aku ingat." Tapi Bowden berkata, "Pada waktu
panen, Anora pertama kalinya mengatakan padamu bahwa ia memilih Farold.
Hilangnya pisaumu pada waktu yang sama menunjukkan kalau engkau sudah
lama merencanakan hal ini." ;
"Tidaki" teriak Selwyn. Mungkinkah mereka salah me-nanggapi dan
memutarbalikkan segalanya?
Bowden menyerahkan pisau itu kembali dan sekali lagi benda itu
berpindah dari satu tangan ke tangan lain, tidak langsung ke arah meja
karena setiap orang ingin melihat pisau itu. "Di mana kau semalam?"
tanya Bowden.
Selwyn ragu. Ia tahu kalau berkata jujur pasti akan me-rugikan dirinya.
"Di rumah," katanya berbohong. "Seperti yang ayahku coba katakan pada
Anda."
Mendengar itu, terlihat reaksi di dalam ruangan itu: suara mengeluh yang
berdesir di antara kerumuman orang.
Selwyn menebak-nebak sebentar sebelum Bowden berkata: "Seseorang
meuhatmu, Nak."
15
Ia berpikir untuk menyangkalnya, dengan harapan Bowden hanya menggertak,
atau hanya ada seorang saksi atau seseorang yang tidak yakin atau tidak
dipercaya. Namun dia salah mem-perhitungkan dan
membuktikan kepada orang-orang bahwa dia berbohong, dan ini merupakan
tamparan yang buruk daripada hal lainnya. Sadar akan
perasaan terluka pada wajah ayahnya, yang juga telah dibuatnya menjadi
seorang pembohong, Selwyn mengangguk. "Ya," akunya. "Baiklah. Saya ke
luar malam itu. Saat itu belum larut malam. Tapi saya tidak pergi ke
dekat-dekat penggilingan, dan saya tidak membunuh Farold." Semua yang
dikatakannya benar. "Apakah ada orang yang melihat dan mengatakan bahwa
saya berada dekat penggilingan?" Jika mereka mengatakan hal itu, berarti
mereka bohong, walaupun ia tidak akan dapat membuktikan hal itu. Namun
akan baik bila mereka tahu bagaimana ia bersikap.
Bowden mengangkat tangannya untuk mencegah orang di ruangan itu
bertanya. "Aku yang akan bertanya," katanya. "Apakah kau ada di dekat
penggilingan?"
"Tidak," kata Selwyn. Ia melihat bagaimana Bowden akan bertanya,
sehingga ia berusaha menjaga agar suaranya tenang: "Kepergianku tak
lebih dekat dari jalan kami ke sini hari ini dari daerah pertanian."
Reaksi kerumunan orang lebih jelas sekarang, suara mereka menggumam.
"Di sini?" Bowden bertanya dengan tatapan tajam kepada putrinya sambil
menyiratkan bahwa ia akan berbicara dengan-nya nanti, jika
hal itu ternyata benar.; r ¦
"Saya melihat Anora di pasar kemarin pagi. Ia ..." Ia ragu-ragu, tidak
ingin melibatkan Anora dalam masalah; dan lagi-pula, mengatakan adalah
kata yang terlalu kuat. "Anora meng-
indikasikan bahwa jika saya datang ..." Ia mulai lagi bicara sambil
berharap agar kara-katanya lebih dimengerti jika ia memulainya dari arah
yang berbeda. "Anora memberi kesan bahwa ... ia tampaknya berpikir
bahwa ia mungkin sudah melakukan kesalahan dengan setuju menikahi
Farold. Saya pikir ... jika saja kami dapar berbicara berdua saja, ia
mungkin akan memutuskan pertunangan." Ruangan itu pecah dalam
hiruk-pikuk. "Oh, Selwyn," kata Anora, suaranya lebih dari keluhan, dan
tiba-tiba keributan berhenti sehingga orang dapat me-nyimak. "Aku tak
pernah mengatakan
begitu."
"Tidak," Selwyn setuju. "Tapi kita berbicara, dan kau ... kau ia
memikirkan senyum manisnya dan cara ia meng-angkat kepalanya untuk
melihatnya, karena—sama kecil seperti dirinya—gadis itu kurus. Ia juga
mencoba mengingat lebih jelas apa yang sudah dikatakan gadis itu.
"Aku hanya mencoba berbaik hati," kata Anora, ada rasa simpati di mata
biru pucamya. "Kau tampak begitu sedih ketika kukatakan aku
akan menikahi Farold, setelah ia menekanmu di minuman Orik dan
menuangkan minuman di sekujur tubuhmu lalu menjatuhkanmu ke atas
timbunan sampah ..." Terima kasih sudah mengingatkankuy Selwyn tergoda
untuk
mengatakannya. Aku hampir lupa bagaimana memalukannya kejadian itu.
Kemudian Anora melanjutkan, "Aku selalu menyukaimu dan tidak mau
menyakiti peraSaanmu. Tapi aku bclum pernah mengatakan sesuatu untuk
datang semalam." "Tidak," kata Selwyn. "tapi kupikir..." Selwyn membuang
pandangan
darinya, lalu menunduk. Jelas sekali, ia sudah salah tangkap. 17
Bowden berkata kepada Anora, "Jadi kau melihatnya tadi malam atau
tidak?" . "Tidak," jawab Anora. Bowden menoleh ke arah Selwyn. "Aku
melemparkan kerikil ke daun jendela," kau Selwyn kepada Bowden,"tapi aku
khawatir membangunkan Anda atau istri Anda. Jadi aku berhenti."
"Pastilah aku sudah tidur," kata Anora. "Aku tidak mendengar apa- apa."
Ia menambahkan, "Tapi aku percaya padamu."
Selwyn takut hanya Anora satu-satunya yang percaya.
Bowden menarik napas panjang dengan gusarnya. "Kita tidak tahu pasti jam
berapa Farold terbunuh tadi malam," ia mengingatkan
setiap orang, "apakah Selwyn benar-benar mampir ke sini terlebih dahulu
atau sesudahnya. Kita hanya tahu ia terbunuh sekitar jam makan
malam—setelah Linton pergi dan Derian naik ke kamar tidurnya di atas—dan
sebelum Linton kembali waktu subuh."
" Waktunya cukup lama hingga mayat itu pun kaku," Linton menerangkan, ia
merasa dirinya penting karena dialah yang pertama kali menemukan
kejadian itu, "namun tak lama kemudian mayat itu berbau."
"Ya, dalam udara sepanas ini mayat pasti mulai berbau," seseorang di
ruangan itu berkomentar, suara bisikan kerasnya terdengar. Anora meratap
dan lari keluar, satu-satunya cara untuk me-larikan diri dari semua
mata yang tertuju kepadanya. Ibunya mengikutinya dari dekat.
"Terima kasih banyak, Orik," kata Bowden. . i Orik mengangkat bahunya
dengan malu. Jelas sekali ia jengkel karena kerumunan yang
banyak itu berkumpul di 18
rumah Bowden, dan bukan di kedai minumannya—karena seharusnya ia
dapat menjual makanan dan minuman kepada semua orang. Hal itu
berlangsung beberapa saat lamanya, orang-orang memberikomentar dan
menawarkan pendapat, dan beberapa dari mereka percaya akan kata-kata
Selwyn. Mungkin akan berbeda kalau ia tidak berbohong, tapi itu belum
tehtujuga, dan sekarang tak ada lagi
yang dapat dilakukan Selwyn.
Pada waktu tengah hari, tinggal sedikit orang yang me-nyatakan
ridak yakin—mereka adalah teman sebaya Selwyn dan tak disangka im adalah
Holt, si pandai besiy—yang di-kesampingkan oleh mayoritas, dan
menyatakan bahwa Selwyn pasti bersalah. Bersalah karena ia punya alasan
untuk membenci Farold, karena pisaunya yang ditemukan di sana, dan
karena— meskipun tak ada yang benar-benar melihatnya
memaniat jendela Farold—ia ada di situ di waktu yang tepat. Itu saja
sudah cukup. Hukum meminta bayaran nyawa untuk nyawa, tapi sepanjang
yang diingat di desa itu tak seorang pun pernah di-hukum mati. Beberapa
orang berpendapat bahwa Selwyn sebaiknya dikirim ke kota Saint Hilda
yang lebih besar. Di sana ada seorang hakim tetap,
seliiingga dapat diatur pelaksana-an suatu hukuman. Namun dijelaskan
juga bahwa hakim im mungkin akan meminta pengusutan sendiri; dan hakim
itu pasti perlu melihat mayat itu.
Kejadian ini akan menimbulkan bahaya. Desa Penryth terlalu kecil untuk
mempunyai seorang pastor khusus dan bergantung kepada biarawan yang
berkeliling untuk melayani pemberkatan pernikahan, baptisan anak, dan
misa untuk kematian. Namun membiarkan mayat yang belum didoakan
19
dan belum dikubur sampai malam hari—khususnya mayat orang yang
mati dibunuh—adalah mencari masalah. Apa pun yang dikatakan gereja,
orang tahu bahwa arwah-arwah di malam hari akan merasuki tubuh yang
kosong. Oleh karena im, Farold harus dikuburkan secepatnya.
Maka mereka mendapat ide untuk memecahkan dua masalah tersebut
sekaligus: "Kita akan pergi ke atas bukit," kata Bowden dengan suaranya
yang berkesan res mi, dan keden^tran-nya seolah-olah sakit paru-paru.
"Kita akan pergi ke gua pe-kuburan dan
di sana kita akan mengunci korban yang mati dalam kuburan bersama
pembunuhnya yang hidup—Farold dan Selwyn bersama-sama."
T1GA
"Saya. tidak melakukannyaT teriak Selwyn, kalimat yang sepan j'ang sore
ini dia coba ucapkan. Tapi orang-orang im belum juga percaya padanya.
Namun ia tidak bisa hanya berdiri dan menunggu, semen
rara mereka merencanakan cara terbaik untuk membunuhnya. Mulutnya justru
disumbat lagi oleh mereka. Tangannya tentu saja tetap diikat. Bowden
memerintahkan orang untuk mengikat ayah Selwyn pada sebuahkursi, dan
mengatakan bahwa ia akan lebih mudah diawasi setelah semuanya selesai dan
berlalu. "Anda dan istri Anda tidak akan dirugikan karena kejahatan
yang dilakukan anak Anda," katanya berjanji.
Seseorang bertanya berapa lama kira-kira rencana itu akan
berlangsung—pertanyaan yang sangat ingin Selwyn ^ jawabannya. Tapi
bersamaan dengan itu mereka seteng menyeretnya, dan agak mengangkatnya
keluar pintu. Selwyn pun tidak sempat melihat ayahnya untuk yang
terakhir kali. Aku tidak melakukannya, pikirnya, siapa tahu saja
pikirannya yang
bersemangat im dapat diketahui ayahnya. Tapi tentu saja ayahnya sudah
tahu bahwa dia tak melakukannya. *u
Di luar, pancaran sinar matahari tetap me rah jambu dan jingga di
cakrawala. Padahal, waktu itu musim gugur dengan sore hari yang biasanya
tidak tahan lama dan hampir tidak tampak seperti malam sama sekali.
Obor-obor dinyalakan. Selwyn bertanya-tanya apakah satu obor akan
ditinggalkan untuknya dalam gua pekuburan. Namun jika ia beruntungdan
mad dengan cepat, ia yakin dirinya lebih lama hidup daripada sebuah
obor.
Seseorang mengambil kereta kuda—milik Orik, dan ter-cium bau minuman ale
yang turn pah dari tong-tong minuman yang bocor dan
telah terserap papan kereta: bau yang cukup kuat sehingga kita tidak
perlu ke kedai minuman Orik untuk mabuk. Selwyn dinaikkan ke belakang
kereta dan dibaringkan dengan kepala menghadap bawah, supaya ia tidak
dapat berbuat macam-macam terhadap orang-orang
yang menjalankan tugas itu. Tapi ia mengangkat kepalanya saat mendengar
keributan, sambil berharap bahwa ia dapat membuat dirinya tidak sadar
akan apa yang sedang terjadi. Kemudian, kelompok orang kedua keluar dari
penggilingan sambil membawa
bungkusan kaku berlapis kain yang seharusnya isinya adalah Farold.
Sejenak ia berpikir kalau mereka telah membuat tandu untuk mengangkat
mayat itu. Namun sewaktu mereka menempatkan mayat itu
ke atas kereta yang ada di sampingnya, Selwyn menyadari bahwa tukang
penggiling bersaudara im tidak perlu sebuah tandu: Kematian telah
membuat Farold sekaku kaytt—dan
sebelumnya mereka berhasil melipat tangannya di dada. Selwyn menu
cup matanya dan membuang muka, namun kereta itu teriaJu keciJ untuk
menghindari kcpungan lengan Farold, apd-lagi bau mayatnya. Baunya hanya
bau ramuan tumbuh-rumbuhan yang dimandikan para
wanita desa sebelum men> bungkusnya dengan kain kafan, kata Selwyn
kepada dirinya. Mayat itu belum mulai membusuk—belum. Farold tidaklah
seburuk itu, Selwyn mencoba meyakinkan dirinya lagi. Dia tidak seburuk
seperti... seperti ...
penjahat yang mati di teras rumah Jura? Ide jelek, Selwyn memaki dirinya
sendiri. Ini sama sekali bukan waktu untuk memikirkan hal-hal yang
me-nyangkut kematian. Selwyn menarik napas cepat dan pendek—menghirup
bau ale, ramuan tumbuh-tumbuhan, kayu dan keringatnya sendiri— dan
sewaktu mereka sampai di bukit, kepalanya terasa ringan, tapi tidak
cukup pening dan ia pun bingung. Hal itu pun disyukurinya. Tangan-tangan
menyeretnya keluar dari kereta kuda, lalu membalikkan badannya dan
mendudukkannya di tepi kereta karena tampaknya ia tidak kuat berdiri.
Anora ada di sana juga, menangis dengan kerasnya. Sepanjang jalan Selwyn
tidak menyadari keributan yang terjadi di belakangnya, karena deri tan
roda-roda kereta, gedebak-gedebuk kaki-kaki kuda di jalan, dan terlebih
lagi—degupan jantungnya. Derian Miller
datang j uga, "Aku mau melepas kepergian anak itu," katanya, tentu saja
maksudnya Farold, bukan Selwyn.
Namun Thorne bertanya, "Anda mau mengatakan sesuatu ... sebelum kita
membaringkan dia?" Derian menggelengkan ;pala.
"Tidak ada," kata penggiling itu. "Ia anak yang baik, ia akan 1 enang."
"Amin," gumam Linton, ingin menganggap ucapan itu sebagai doa agar
ia—yang juga sanak saudara yang meninggal— tidak diminta untuk memimpin
doa.
"Amin," yang lainnya bersama-sama mengifcucfc'** Bowden, sebagai
pemimpin, seharusnya ada di sana juga. Ia
menggunakan alasan harus ada seseorang yang tinggal untuk mengawasi ayah
Selwyn, walaupun alasan yang mungkin ia tidak mau berjalan kaki
sepanjang uga mil. Bowden hanya bisa memberi perintah, bukannya
melakukan sesuatu. '
Seperti biasa, Thorne mengambil alih ketidakhadiran Bowden, cepat- cepat
sebelum didahului Linton. "Adakah yang ingin mengatakan sesuatu atas
nama Selwyn?9 tanyanya.
Orang-orang saling memandang dengan tidak enak hati. Tak ada yang
memandang langsung ke arah Selwyn.
Linton mendengus.
Holt, si pandai besi berkata, "Ia juga anak yang baik karena kejadian
ini."
Linton mendengus lagi.
Pujian yang begitu bersemangat. Riwayat hidup yang begitu menyentuh.
Meskipun akan mati, Selwyn merasa pedih dan marah. Jika
ia benar-benar meninggal dan bukannya dihukum mati, apakah teman-
temannya dapat menemukan kata-kata? Selwyn, mungkin mereka akan berkata
... Ia kembali memikirkan eulogi sebelumnya untuk Farold: Selwyn,
mungkin teman-temannya akan berkata, ia tidak seburuk penjahat yang mati
di teras rumah kita,
Jalan masuk ke gua kuburan adalah buatan orang yang terbuat dari
tumpukan tanah dan batu, dan ditutup batu yang ukurannya paling
tidak sebesar kereta kuda Orik. Untuk meng-gerakkannya perlu empat
orang, termasuk Holt Blacksmith.
Di belakangnya adalah kuburan tempat penduduk Penryth yang telah
dimakamkan sejak dulu.
Bau pengap busuk dan debu keluar sewaktu pintu terbuka— tidak seburuk,
ah akhirnya, bau Farold. Tapi orang-orang meng-ikatkan kain untuk
menutupi hidung, ini tanda-tan da yang tidak baik—
betul-betul tanda tidak baik—dua pria membungkuk untuk mengangkat
Farold, dan beberapa orang lagi berkerumun di sekitar Selwyn, siap untuk
menuntun, menyeret, meng-angkatnya ke dalam kuburan, apa
saja yang perlu dilakukan.
Semestinya ia jalan sendiri—ia ingin orang-orang dapat bercerita kepada
keluarganya kalau ia berjalan menuju akhir hidupnya dengan
martabat—namun ia mencoba untuk berhenti sebentar dan melihat
Anora terakhir kali nya, meskipun gadis itu masih mcnyembunyikan
wajahnya, menangis, dan orang-orang berpikir kalau ia melawan.
Tlba-tiba ia dicengkeram dari bawah kedua lengannya dan ditarik ke depan
begitu cepatnya sehingga ia tak dapat menjejakkan kakinya dengan benar,
begitu kuat mereka menyeretnya, dan semakin iaber- juang untuk berdiri
sendiri, semakin orang-orang itu mengira kalau ia melawan.
Lalu mereka melintasi tanah tidak rata di jalan masuk yang terbuat
dari tumpukan tanah dan batu. Mereka pun menuruni tanah curam yang
berliku-liku. Obor membuat bayangan berkelap-kelip di dinding terjal dan
langit-langit gua. Kuburan dalam bukit ini telah diukir oleh alam, tapi
orang-orang zaman dulu sudah menghaluskan beberapa jalan, meskipun
tidak terlalu banyak Beberapa bagian di Jalan itu mudah membuat orang
tersandung atau tergelincir. Dan kemudian—-yaampun— bau amat busuk,
sehingga seluruh penduduk desa yang sudah mari meneriangnya. Kuburan
yang paling baru adalah kuburan
25
Snell—baru setahun mati karena kecelakaan tertebas sabit besar sewaktu
memotong rumput-rumput kering.
Mayat-mayat terbaring di ceruk atau dideretkan di dinding, dan beberapa
diletakkan di atas yang lain. Kain-kain kafan telah hancur atau
compang-camping, dan sedikit memperlihatkan daging
kecokelatan yang telah hancur atau tulang-tulang.
Selama beberapa menit lamanya mereka berjalan melintasi jalan dengan
deretan mayat.
Selwyn mendengar bunyi derakan dan melihat Thome yang memegang
kalti Farold yang tanpa sengaja menginjak sepotong tulang. Linton yang
memegang bagian pundak Farold, me-nendang apa saja yang tersisa ke
dinding. Sesuatu yang
gelap dan berbulu lembut keluar melintas dengan cepat dan meng-hilang ke
dalam sebuah celah. Bahkan seandainya Selwyn sedang berjalan dengan
kekuatannya sendiri, hal im cukup untuk membuat lututnya seperti
mencair. Jalan menikung ada di depan mereka, tapi Linton berkata sambil
terengah-tengah, "Cukup. Ya ampun, sudah cukup.* Dan Thorne, yang
biasanya senang, membantah apa pun yang diusulkan Linton, setuju.
Ada celah di dinding yang dibuat dari seonggok kain kafan dan dari
bentuknya membuat kita yakin bahwa mayat di dalam nya sudah menjadi
tulang-tulang. "Pindahkan yang di sebelah sana untuk yang ini," kata
Thorne. i
Dua orang yang menyeret Selwyn memindahkan mayat im karena tempat
im akan dipakai meletakkan mayat Farold, tapi kain kafan lapuk itu
hancur di tangan mereka, sehingga menumpah-kan tulang-tulang rapuh
seperti kapur dan pecah di tanah.
Thome memberi isyarat bahwa hal im tidak apa-apa, dan mereka sebaiknya
tetap memindahkan nya, semakin cepat
semakin baik. Ia dan Linton membaringkan Farold dalam ceruk berdebu itu.
"Bagaimana dengan dia?" tanya Linton, sambil menggerak-kan kepalanya ke
arah Selwyn.
"Dudukkan saja dia," peri n tah Thome. Seseorang mendorong kaki Selwyn,
dan mendudukkannya dengan keras di atas kerikil hal us lantai gua.
Thorne mengambil sepotong tali yang dililitkan di Ucat
pinggangnya, lalu mengikat mata kaki Selwyn agak longgar. Kemudian ia
mengambil pisau belatinya. "Apa yang kauiakukan?" tanya Raedan.
Selwyn tidak sadar ada Raedan di situ sampai ia mendengar suaranya.
Jangan hentikan dta, pikir Selwyn, ingin mencegah niat baik Raedan.
Apabila Thome mau mempercepat kematian-nya, ini mungkin lebih baik.
Tapi Thome berkata, "Aku akan memotong sedikit tali pengikat pergelangan
tangannya."
"Kenapa?" Linton menuntut jawaban. "Kalau kau tidak tahu, aku tak
bisa menerangkannya." Thorne mengiris tali itu, cukup kendor, sehingga
Selwyn harus berusaha melepaskannya sehingga ia tak sempat mengikuti
rombongan pengubur ke luar, dan hal itu cukup menenangkan hati Thome.
Linton berkata, "Yah, baiklah, pertama-tama ia akan mem-buka sumbatnya,
lalu kita harus mendengarkan teriakannya di belakang kita."
"Dan kita harus segera keluar dari sini segera," kata Thorne. "Kita
tidak akan dapat mendengarnya jika batu penutup itu sudah ditempatkan
lagi." Ia segera berbalik ke pintu keluar gua, dengan obor yang
menerangi jalan.
27
Raedan berhenti sebentar untuk meletakkan tangannya di atas bahu Selwyn,
lalu bergegas menyusul.
Lalu suara Linton yang melengking ke arah Thorne kembali terdengar, "Aku
akan mengatakan hal ini kepada Bowden."
Selwyn berusaha meiepaskan sisa untaian tali. Ia tak dapat kabur, ia
tahu itu. Namun ia kalut dan mau mendekat ke pintu masuk, di
mana udara lebih segar, dan bau kematian yang tak sabar menantikannya
untuk bergabung, tidak terlalu terasa. Cahaya obor semakin mengecil dan
redup, lalu benar-benar
menghiiang. Ia diselimuti kegelapan total—betul-betul tidak ada bedanya
seperti saat ia memejamkan mata. Yang tersisa hanya suara- suara: suara
tetesan, desiran, garutan. Serangga, katanya, bukan arwah yang marah
yang kembali untuk menuntut, "Apa yang telah kau lakukan tethadap
tulangku?"
Pildrnya, ia mendengar gaung lemah dari bam besar pintu masuk yang
berguling. Atau mungkin bukan. Ia berada j di
dalam gua.
Teman-teman dan para tetangganya tadi mungkin sudah setengah jalan
menuruni bukit meninggalkan Selwyn. 'Mereka sedang memutar dan menarik,'
pikirnya sambil berusaha me-mutuskan tali yang sudah dikendurkan oleh
Thorne. Seperti yang sudah diperingatkan Linton, yang pertama kali ia
lakukan adalah meiepaskan sumbat. Ia mengatakan pada dirinya sendiri
bahwa ia berani. Ia tahu hal im
percuma—bahkan seandainya penduduk desa dapat mendengarnya, tapi memang
tidak mungkin—tapi ia tak dapat menahannya. Ia bertertak- teriak dan
menjerit memanggil mereka untuk kembali.
Akhirnya lama setelah suaranya serak, ia dapat meiepaskan si mpul
yang mengikat pergelangan kakinya. Ia perlahan berdiri, dan meregangkan
tangannya dalam kegelapan. Ia menyeretkan
28
kaki ke depan dengan hari-hati. Kemudian tangannya menyentuh sesuatu,
seperti jaring laba-Jaba dan berdebu, yang lebih baik
tetap tidak disentuh. Di sebelah kanan tampaknya bersih. Tapi entah
bagaimana rasanya potongan-potongan tulang ada di bawah kakinya, dan
kakinya tergelincir. Ia mcletakkan tangannya untuk menahan tubuhnya agar
tidak jatuh dan mendarat di atas satu mayat. Kain kafan dan tulang
ambruk di bawah tekanan tangannya yang terempas, sehingga mengebulkan
kepulan debu berbau tajam. Masih dalam posisi merangkak, Selwyn mundur
cepat-cepat, berusaha keras tidak mengisapnya. Tapi sekarang sesuatu
melibat di sekitar pergelangan kaki kirinya. Talinya sendiri? Atau salah
satu yang membungkus mayat? Atau mayat itu sendiri?
' Selwyn mengibaskan pergelangan kakinya dan berdiri, kepalanya
terben tur. Pastil all langit-langit melengkung men-jorok ke dinding,
yang artinya ia perlu mundur selangkah. Tapi ke arah im ada mayat lain.
Ke sebelah kiri, dan tulang keringnya membentur bam yang menjorok
keluar. Sekali lagi ia jatuh— di atas mayat lagi. Mayat itu menahan be
rat badannya, dan memastikan bahwa itu mayat Farold.
Selwyn mem biarkan dirinya jatuh ke lantai. Toh ia tak dapat
menemukan pintu masuk im. Lebih baik ia tetap diam. Lalu, seandainya
arwah yang marah benar-benar datang untuk men uduhnya, ia dapat berkata,
"Bukan aku yang mengganggu istirahatmu. Pergilah, hantui mereka yang
masih hidup!"
EMPAT
3s
Selwyn menarik napas melalui mulutnya untuk me nghi ndari bau
mayat-mayat im. Tapi ia justru merasakan bau im di tenggorokannya, yang
membuat keadaan makin buruk saja.
Ia mencoba untuk merencanakan kematiannya sendiri, meskipun ia tahu hal
im masih akan lama terjadi. Tuhan tahu ia tidak membunuh
Farold, tapi ada beberapa hal lain yang memberatkan jiwanya dan
memerlukan doa. Seperti' ke-banyakan minum ale (sejenis bir tapi lebih
keras) dua minggu lalu, dan menghasut Farold agar bertarung, yang tentu
saja salah—dan juga bodoh. Selwyn berdoa agar hal im diampuni, meskipun
ia merasakan banyaknya luka memar dan hinaan di depan umum sudah cukup
untuk menebus dosanya.
Dengan dahi diletakkan di atas kedua lututnya yang tegak dan tangannya
yang didekapkan di sekeliling kakinya, ia juga
berdoa untuk kedamaian mayat-mayat di sekitarnya. Secara rohaniah, ia
menekankan kata kedamaian.
Saat itu terasa suatu sensasi yang menjalar di lehernya dan dia merasa
bahwa itu pikirannya yang melantur, karena ia tak dapat melihat, atau
mungkin saja hanya tetcsan keringat. Tapi hal itu mengganggu dan inilah
saat untuk memperhatikan betul-betul, karena setetes keringat adalah hal
yang dapat di-kendalikannya. Ia menyeka lehernya dan memukul suatu
benda yang berkaki banyak dan bergeliang-geliut. Setidaknya, ia pikir
benda itu sudah mati.
Ia berharap telah memukulnya sampai mati. Ia menepuk-nepukkan dada,
tangan, dan bagian-bagian belakang tubuh yang dapat dicapainya.
Mungkin-, katanya dalam hati, akan lebih mudah jika id berkonsentrasi
berdoa ... nanti.
Jam demi jam berlaJu. Suara desiran binatang berlarian ke sana kemari
sedang ... ia hanya dapat menebak-nebak, dan ia tidak suka
dengan hal im. Tapi sejauh ini mereka scpertinya malu dan berlarian
kalau ia menepukkan tangan atau meng-gerakkan kaki atau berteriak
mengusir mereka. Suara im adalah sesuatu yang lebih baik daripada bunyi
berisik yang ia dengar dari serangga yang sekali- kali menjalari
dirinya.
Ia mendengar kelelawar—setidaknya ia berharap itu kelelawar, dan bukan
arwah-arwah yang gentayangan. Lalu mengapa hantu-hantu yang gentayangan
di gua ini menunggu sampai benar-benar malam, padahal
di dalam gua ini selalu malam? Apa pun im—Kelelawar, katanya pada diri
sendiri, pasti kelelawar-—jumlahnya ada banyak, mengipas- ngipaskan
sayap mereka yang keras, mendecit-decit. Ia menunduk dan me-lindungi
kepalanya, karena ia pernah mendengar kelelawar yang
H
menyangkut di rambut orang. Tapi yang ini lebih pintax. Mereka menukik
ke bawah, ke samping kepalanya, melesat sepertinya
berjarak dua atau tiga jari saja. Mereka pasti ber-maksud ke luar. Ia
mencoba mengikuti mereka, dan sekali lagi mememarkan kepala dan tulang
keringnya dalam kegelapan, dan akhirnya kelelawar-kelelawar im terbang
meriinggalkari dia.
Berjam-jam kemudian mereka kembali, yang berarti pasti di luar sana
hampir subuh. Ia menunggu, namun kegelapan di sekelilingnya tidak
berkurang. Begim pula dengan dinginnya. Ia begim haus,
tenggorokannya terasa termmp.
Setidaknya ada jalan keluar untuk rasa dingin seperti im, yaim
lapisan-lapisan pembungkus mayat-mayat di dekatnya. Tapi lebih
baik ia tetap kedinginan.
"Tenang," ia meyakinkan mayat-mayat di situ melalui gigi-gigjnya yang
bergemeletuk "Aku tidak akan mengambil milikmu."
Akhirnya, datang gerakan yang mungkin datang dari kelelawar-
kelelawar, meskipun—setelah memikirkannya—dia tidak yakin malam sudah
datang lagi.
Bukan, ini bukan kelelawar, mereka terbang di atas. Ini sesuatu yang
bergerak sepanjang lantai, dalam jarak tertenm tapi semakin mendekat.
Sesuatu yang menghamburkan kerikil ketika mendekat. Sesuatu yang besar.
Rasa jijik dan ketakutan terhadap serangga dan tikus-tikus lenyap
seketika karena ia membayangkan hewan-hewan pemangsa yang lebih besar.
Ia memang ingin kematian yang lebih cepat daripada mati kelaparan, atau
kedinginan, atau kehausan,
tapi ini sesuatu yang akan melompat dan menyerangnya dalam kegelapan dan
merobek tenggorokannya, dan ia tidak akan tahu
apakah itu sesuatu yang akan membunuhnya atau tidak
Ini adalah hal yang didapatnya dengan tidak berdoa selagi ia punya
kesempatan. Ia pun mencoba memperbaiki waktu yang hilang itu
dengan ikhlas.
Beruang, serigaJa, atau harimau? Atau—bahkan pikiran yang
membingungkan—mayat yang iri dengan udara yang dihirupnya, atau darah
yang mengaliri pembuluhnya? Terjadilah semuanya dengan cepat, ia berdoa.
Dan terakhir, dengan putus asa: Aku turut menyesal atas segaia-galanya.
Di luar sana, secara luar biasa, terlihat cahaya redup yang
semakin terang bersamaan dengan datangnya suara-suara yang semakin
mendekat. Sebuah obor? Apakah penduduk desa merasa kasihan terhadapnya?
Tiba-tiba Selwyn sadar akan apa yang terjadi: Mereka sudah menemukan
pembunuh sebenarnya. Mereka mejjihat betapa mengerikan
kesalahan yang mereka buat dan sekarang mereka datang untuk membebaskan
dirinya, pastilah dengan putus asa berharap mereka tidak terlalu
terlambat. Tapi...
Tapi kalau memang begitu, bukankah mereka akan memanggil-manggil
dirinya, meyakinkan dia bahwa pe-nyelamatan dirinya sudah dekat?
Bukankah mereka ingin sekali membiarkan dirinya tahu bahwa mereka
datang?
Mereka ini tidak terdengar seperti rombongan, sepertinya hanya satu
orang. Bukan ayahnya yang melarikan diri dari Bowden, bukan juga Raedan
atau Merton yang menyesal dan datang kembali. Karena jika salah satu
dari mereka, ia pasti akan dipanggil.
Pastilah im sebuah alat penerang. la dapat melihat cahaya yang memantul
di dinding gua. Ini mengurangi kemungkinan bahwa im adalah binatang yang
datang untuk memangsanya, dan ini
33
merupakan pilihan keduanya setelah diselamatkan. Apakah arwah bercahaya?
Cahaya im cukup terang, sehingga ia dapat menentukan
tempatnya, menunjukkan padanya bahwa apa pun yang mendekatinya datang
dari dalam gua pekuburan im. Cahaya im datang dari sudut. Setelah sehari
penuh dalam kegelapan total, sinar terang menyakiti matanya, dan ia
mengangkat tangan menutupi mata-nya, berharap im malaikat, tidak akan
melukai, dan jika im hantu ...
Ia sangat berharap im bukan hantu. ?lr
Ia mengintip dari celah jari-jarinya.
Sesosok berpakaian hitam mendekat,. kepalanya ditutupi kerudung.
Sam tangannya terulur dan alat penerang im ternyata sama sekali bukan
obor, meskipun jauh lebih terang daripada cahaya lilin. Selwyn
berdebar-debar beberapa saat ketika menyadari bahwa im bola cahaya yang
melayang-layang di atas telapak tangan yang terulur, dan tidak
tersambung dengan apa-apa. Sam tangan sosok im memegangi ujung
kemdungnya untuk menutupi bagian bawah pada wajahnya.
Bukan menyembunyikannya, Selwyn sadar. Tapi menumpi hidungnya.
Tentu saja malaikat yang diperintahkan untuk menemani arwah-arwah mari
menuju akhirat, seharusnya terbiasa dengan bau kematian. Dan— Selwyn
memaksa dirinya untuk rasional—1 juga seharusnya hanm-hanm yang
gentayangan di bumi.'
Sosok itu berhenti. Ia berdiri tepat di hadapannya, melihat ke bawah di
mana ia meringkuk di lantai di antara mayat-mayat yang sudah lama maupun
yang belum terlalu lama mati.
Tangan yang memegangi kerudung jatuh dan memper-lihatkan kepangan rambut
yang putih dan wajah seorang wanita tua. Wanita ma im berkata, "Kau
benar-benar kelihatan mengeri-
Jean dan bau sekaJi. Tapi siapa pun yang menguburmu jelas sekali tak
tahu apa-apa tentang orang mati."
KaJimat itu tidak kedengaran seperti ucapan malaikat atau pun hantu. Ia
menelan ludah tiba-tiba, meskipun mulutnya sama sekali kering.
"Apakah kau—" Ia harus berhenti, tenggorokannya tertarik oleh rasa haus
dan rasa ngeri.
"Ayo, hati-hati." Wanita tua itu menaikkan sebuah jarinya untuk
menarik perhatian Selwyn. "Kalau kau menanyakan sesuatu yang bodoh, aku
akan memukul kepalamu," Ia menekankan hal itu, seolah- olah mereka sudah
pernah men-diskusikan sesuatu.
Dengan suara yang getas karena kehausan, Selwyn bertanya, "Apakah
Anda mau menjelaskan sebelumnya, pertanyaan-pertanyaan apa yang bodoh
itu?" Kelihatannya tidak. Dan kelihatannya pertanyaan tadi salah
satunya. Wanita itu memukul sisi kepalanya. "Aduh." "Kan aku sudah
memberi peringatan," katanya. .
Ia memutuskan untuk tidak mengambil risiko dengan bertanya hal lain. Dia
ingin mengelak mundur, kalau saja ada tempat untuk
mundur. Yang dapat dilakukannya hanya meringkuk sengsara di lantai.
"Pertanyaan-pertanyaan bodoh," kata wanita tua im menjelaskan, "yaitu
seperti Apakah aku mati?' atau Apakah kau mati?' atau
Apakah kau hantu?"'
Bagi Selwyn, pertanyaan-pertanyaan itu terdengar rasional. Mungkin
wanita itu dapat melihat apa yang dipikirkannya karena
sepertinya dia sedang bersiap untuk memukulnya kembali. 35
Untuk mengalihkannya, Selwyn bertanya, meskipun tenggorokannya sakit
jika bicara, "Lalu bagaimana kalau aku menanyakan Anda:
'Siapa, atau apakah Anda?' Aku tidak bertanya siapa atau Anda itu apa,"
ia cepat-cepat menambahkan: "Aku bertanya: Apakah suatu pertanyaan yang
bodoh kalau aku bertanya: Siapakah atau apakah Anda?'"
Wanita im perlu beberapa waktu lamanya untuk mencerna kalimat im.
Akhirnya ia memukul lagi, tapi Selwyn melihat gerakannya dan merunduk,
sehingga pukulan wanita tua im hanya mengenai telinganya.
"Im untuk pertanyaan Apakah Anda?' Siapa lagi gerangan aku, di tempat
semacam ini, dengan alat penerang seperti ini, mencari sesuatu dari
orang mati?0
Selwyn menelan ludah, meskipun ia benar. jelas sekali, wanita itu adalah
penyihir. Wanita tua im melanjutkan. "Tapi aku tidak memukulmu karena
bertanya siapakah aku, karena tak mungkin kau sudah tahu hal im. Namaku
Elswyth." Ia lalu memukul lagi.
"Untuk apa im?"
'Agar kau tidak meminta air, yang kelihatannya sangat kau
perlukan." Kemudian ia meletakkan bola betcahaya im di atas
kepalanya—atau lebih tepatnya sejengkal di atas kepalanya— dan membuka
apa yang dikiranya bongkok punggung wanita tua itu. Sebenarnya im adalah
sebuah tas punggung. Cahaya itu menurun dan mengikuti wanita tua im
ketika ia duduk di lantai. "Gerakannya lebih lemur dari umurnya yang
dapat di-tebak Selwyn. Ia merogoh tasnya dan mengeluarkan kantong kuiit
minuman anggur yang diulurkan padanya. Kantong im berisi air, apek dan
hangat, dan begitu enak daripada apa pun. Bagian dalam tenggorokannya
yang kering membuka, namun
ia tidak ingin kelihatan serakah dan egois—apalagi di depan
seorang penyihir yang dapat menyeimbangkan bola cahaya di atas kepalanya
dan punya kecenderungan untuk memukul. "Terima kasih," katanya, sambil
mengembalikannya masih setengah penuh. "Habiskanlah," katanya. HItu
semata-mata air. Aku belum memantrainya."
Belum pernah terlintas dalam pikiran Selwyn untuk khawatir bahwa seorang
penyihir dapat memberinya air yang dibacakan mantera.
Akhirnya ia mengatakan hal ini. Selwyn tetap meng-habiskannya karena
bahaya apa pun yang ada di dalamnya sudah diminumnya. "Terima kasih,"
katanya lagi, jauh lebih lembut.
"Terima kasih kembali.-;
Selwyn menatapi barisan mayat di gua di sekelilingnya dan berpikir
sekaligus ingin mengenyahkan pikiran tentang apa yang diinginkan wanita
tua im dari orang mati. Elswyth merasa kasihan dan menjawab pertanyaan
tanpa membuat
Selwyn menanyakan nya. "Untuk satu mantraku, aku perlu seikat
rambut orang yang baru mati. Kudengar dari orang-orang, ada yang baru
meninggal di Penryth di seberang hutan, jadi aku ke pekuburan gua ini."
Ia menatap Selwyn dengan mata menyipit, "Kuharap yang dibicarakan
orang-orang itu bukan kau. Tak ada gunanya kalau begitu. Apakah
seseorang mengira kamu sudah mat?l"> ¦
b "Tidak," Selwyn meyakinkannya. "Yang mati im Farold." 3a
melambaikan tangannya ke arah mayat itu. Mayat Farold mulai berbau, bau
hal us memualkan yang berasal dari sebelah kanan-nya. "Aku di sini
sebagai hukuman karena sudah rriembunuhnya -—bukanj^ ia menambahkan
dalam satu tarikan napas, "aku yang membunuhnya. Tapi aku dituduh
melakukannya." Ia tidak tahu apa yang dapat disimpulkan dari pandangan
yang sedang diarahkan Elswyth kepadanya. Apakah wanita itu
mem-percayainya? Atau, karena
ia seorang penyihir, apakah ia lebih senang mendengar bahwa Selwyn
benar-benar pembunuh?
Elswyth berkata, "Jadi penduduk desamu menuduh kau membunuh dan
menjatuhimu hukuman mati chVsini di sisi korbanmu?",;.jj Tidak tahu di
mana—jika ada—harapan untuk selamat, Selwyn mengangguk.
Elswyth berkata, "Keringat dari dahi orang yang dijatuhi hukuman adalah
salah satu bahan untuk beberapa mantra. Bolehkah kuminta?..
.sebagai balasan air yang kuberi padamu? Aku sangat percaya pada
pembayaran karena balas budi." Kemudian ia merogoh-rogoh ke dalam
tasnya.
Selwyn melihatnya dengan pandangan ngeri. Elswyth tidak peduli: Baginya,
pembunuh atau korban yang tak bersalah dari keadilan yang salah tak ada
bedanya. Selwyn berkeringat, meski ia kedinginan ketika Elswyth
mengambil secarik kain woiyang diambil dari tas punggungnya dan mengusap
dahinya dengan kain im.
"Bagus," kata Elswyth. Ia melipat kain itu dan memasuk-kannya dalam
kotak kayu kecil. "Baiklah. Ini akan berguna. Sekarang,
apakah kita akan mendiskusikan balas budimu karena aku mengeluarkanmu
dari sini? Aku kira kau mau keluar dan sini—kecuali kau sudah begim
dikuasai rasa bersalah hingga yakin kau pantas untuk meninggal dengan
cara seperti ini.
"Aku sudah mengatakan pada Anda," Selwyn berkata, "Aku tidak
melakukannya.0 Elswyth tanpa reaksi menunggu jawabannya.
38
"Tentu saja aku mau keluar dari sini," kata Selwyn. "Aku akan melakukan
apa saja yang Anda inginkan jika Anda me nolongku."
Elswyth memukul kepala Selwyn. "Itu," Selwyn dapat mendengar
begitu dengung di telinganya lenyap. "untuk ketolok anmu dalam hal
tawar-menawan Begini saja. Kau berutang padaku satu tahun
melayani: pekerjaan rumah tangga, menebang kayu bakar,
mengambilkan bahan-bahan untuk mantraku pokoknya apa saja yang kusuruh.
Selama satu tahun."
"Tidak," kata Selwyn, tiba-tiba menyadari apa yang dapat terjadi
padanya. "Terlambat. Kau sudah setuju sebelumnya. Kau beruntung karena
suasana hatiku lagi enak, sehingga aku tidak mengatakan kau berutang
seluruh hiduptnu kcpadaku." la menggelengkan kepalanya. "Anak bodoh," ia
menggerutu, mulai bangkit. "Dengan cara apa lagi wanita setua aku
mencegahmu untuk mengikutiku keluar dari sini dan bebas?" Pikiran betapa
bodohnya Selwyn, mendorong wanita itu memukul lagi. Selwyn melihat
gerakan itu,—tapi menyadari begitu bodohnya ia*— Selwyn tidak mengelak.
LIMA
Penyihir Elswyth mengambil sebilah pisau dari tasnya dan sekali
lagi memegangi ujung jubah yang menutupi hidungnya. la mengendus. Sekali
endusan untuk langsung menemukan Farold. Semua yang dilakukan Selwyn
dalam gelap—-berjalan sepanjang dinding dengan resiko mcmbangkitkan
kemarahan roh-roh orang mau yang tersandung oleh nya—telah mem-bawanya
kurang dari dua belas langkah dari tempat Farold.
"Tunggu," kata Selwyn berbisik dengan ngeri, melihat iengan Farold yang
terjuntai. "Ia bergerak." mggtli
Elswyth mengendus lagi. Ia berkata kepada Selwyn, "Kau bau sekali. Ia
betul-betul bau orang mad."
Tapi kara-kara im sama sekali tidak mengurangi ketakutan 40 41
lengan yang terjuntai dan melipatnya di dada Farold, seakan-akan
ia juga percaya akan adat-istiadat kepantasan. "Mayat akan menjadi
kaku," katanya pada Selwyn. Ia menggoyang-goyang-kan lengannya
yang sudah tidak terikat itu. "Lalu menjadi lemas lagi. Tak ada yang
perlu ditakuti di sini, kecuali kalau besok mayat ini akan
mulai membusuk dan kita sudah pergi jauh-jauh dari sini."
Dan kecuali, pikir Selwyn mengamat-amati, Elswyth juga tampak jauh lebih
berpengalaman mengenai mayat-mayat daripada siapa pun.
Elswyth membungkuk dan memotong seikat rambut cokelat muda Farold, lalu
membungkusnya dengan secarik kain wol tak dikelantang dari
tas punggungnya. Setelah selesai ia menyelipkan kain im lagi ke bawah
tubuh Farold dengan begitu hati-hatinya seakan menyelimuti
seorang anak yang sedang tidur.
"Urusanku di sini sudah selesai," katanya kepada Selwyn, "kecuali kau
mau mencuri pisau-pisau atau cincin atau barang berharga yang
dikuburkan bersama orang-orang ini."
"Tidak," Selwyn dengan penuh semangat meyakinkan nya. Lalu, untuk
pertama kalinya ia berpikir mungkin Elswyth memang tidak bermaksud
serius dengan semua usul-usulnya»"Tidak," ulangnya dengan lebih
tenang.
Dan Elswyth memang tersenyum.
"Ayo," Elswyth menyapukan bola pijar dari tempamyayang sejengkal
jaraknya dari kepalanya sehingga sekali lagi melayang di atas telapak
tangannya. "Pelayananmu dimulai sejak sekarang. Kau akan memulainya
dengan membawakan tasku."
"Elswyth," panggil Selwyn. Tampaknya meteka sangat akrab, mengingat umur
mereka yang terpaut jauh:Tapi Selwyn
Melihat ekspresi wajahnya, Elswyth membentak, "Ia tidak bergerak."
"Maksudku bukan sekarang." Selwyn tidak bersedia mendekat. Bola
ajaib yang melayang-layang di atas kepala Elswyth cukup terang untuk
mengusir bayang-bayang, dan hal ini ada untungnya dan juga tidak.
"Tapi..." Pertama-tama ia menunjuk ke arah mayat yang ditutupi kain,
lalu ke arah lengannya yang dibungkus kain lain, karena Farold sudah
kaku sebelum para wanita desa menyiapkan penguburannya. Hal itu yang
terakhir kali dilihat Selwyn ketika obor-obor itu dibawa pergi: Farold
diietakkan ke dalam dinding, lengannya ditempelkan lurus keluar. Tapi
sekarang tergantung ke bawah, masih terbungkus, dan tepinya hampir
menyapu lantai. Apakah aku memarahkan lengannya? Selwyn berpikir, merasa
ngeri, mengingat
bagaimana ia tadi menginjak mayat Farold dalam kegelapan. Apakah arwah
Farold akan gentayangan karena hal itu?
Tentunya tidak semarah terhadap siapa pun yang sudah membunuhnya, Selwyn
meyakinkan dirinya sendiri. Tentunya orang yang sudah mengalami suatu
pembunuhan tidak akan marah pada orang yang secant
tak sengaja memarahkan tangannya.
Elswyth menggelengkan kepalanya sambil menatap Selwyn, seakan-akan
seluruh pikirannya terbaca di wajahnya. Jika wanita tua itu
berdiri cukup dekat dengarmya mungkin* h sudah memukul Selwyn lag?.
Sambil menekan ujung jubahnya lebih kencang lagi. ia menggunakan
pisaunya untuk membuka keliman yang dijahit wanita- wanita desa untuk
menjahit pembungkus mayat Farold. Ia mengerutkan wajahnya sambil melihat
mayat yang telah berusia dua hafi,tmK— membuat Selwyn
mempertimbangkannya kembali. Lalu ia mengambil udakyakih bagaimana
memanggil seorang penyihir. Tentu saja bukan dengan "Tuan Putri. Yang
Dipertuan Tidak Agung?w1fofia dia menyebutkan namanya Elswyth, entah
benar-benar nama-nya atau
bukan.
Ia menoJeh untuk memandangi Selwyn dengan ekspresi wajah yang
tampaknya bukan karena keberatan dengan keakrabannya, tapi ekspresi
siap-siap untuk menerima—dan ingin menyelesai-kan cepat- cepat—omong
kosong apa saja yang mungkin ia rencan akan.
Selwyn cepat-cepat berkata. "Aku mengkhawatirkan keluargakuJ" >
Elswyth menoleh sekeliiing gua kuburan. "Mereka ada di sini?" dengan
nada suara yang curiga.
"Tidak," kata Selwyn cepat-cepat, sebelum Elswyth berubah menjadi
tidak percaya pada apa pun yang dikatakannya. "Tapi mereka tahu aku
dibawa ke sini."
Elswyth tidak melihat adanya hubungan hal tersebut. Ia memberi isyarat
untuk terus menjelaskan sambil menggerak-gerakkan tangannya sehingga
bola pijarnya pun ikut bergerak dan membuat pusing siapa pun yang
melihatnya.
"Mereka tidak sadar bahwa Anda sudah ...," ia ragu-ragu sejenak, lalu
berkata, "menyelamatkanku." Elswyth mendengus. Selwyn menarik
napas panjang. "Mereka tidak sadar bahwa Anda telah menyelamatkanku." Ia
berhenti, merasa tak pasti.
"Jadi mereka akan terkejut dan tahun depan akan senang, ya kanln
ia mengatakannya dengan nada yang menyiratkan bahwa ia tidak percaya
sepenuhnya kaku hal im yang benar-enar menjadi masalah. Selwyn
cepat-cepat berkata, karena wanita itu mulai mem-ikkan badan. "Tapi
ayahku ... aku khawatir tentang ayahku.
43
Ia mungkin akan melakukan hal yang gegabah dan bodoh.
Mungkin ia akan berusaha menyelamatkanku sendiri, atau me-nentang
Bowden yang menjatuhkan hukuman seperti ini padaku. Dan Bowden mungkin
akan melakukan hal yang sama padanya, atau membunuhnya seketika itu
juga."
Elswyth memandangnya sambil termenung.
"Aku khawatir jika ayahku tidak tahu aku selamat, ia akan melakukan hal
yang gegabah dan akan membahayakan ke-selamatannya sendiri."
Elswyth berkata, "Apakah kau sedang mencoba meminta sesuatu?"
Ia seorang penyihir, Selwyn mengingatkan dirinya sendiri. Meskipun
kenyataannya ia terlihat seperti seorang nenek biasa, ia tidak terbiasa
dengan perasaan cinta dan perhatian terhadap keluarga. "Aku minta apakah
pengabdianku boleh dimulai besok," ia meyakinkan Elswyth dengan
tergesa-gesa. "Aku akan menemani Anda ke mana saja Anda ingin pergi.
Tapi aku ingin mampir dulu ke rumah agar orang tuaku melihat aku
baik-baik saja, dan memberi tahu mereka aku akan kembali tahun depan."
"Tapi kamu tidak akan kembali tahun depan," kata Elswyth menjelaskan.
"Tentu saja penduduk desamu dengan geram akan
mengakhiri hidup yang masih kaumiliki ini."
"Oh.** Selwyn malu karena is-tidak berpikir ke situ. "Ya sudah, aku akan
mengatakan pada orang tuaku kalau aku baik-baik saja, tapi tenm saja
aku tidak akan dapat kembali ke rumah. Mereka akan
puas dengan hal im, jika memang harus begitu, asalkan mereka tahu aku
selamat" Elswyth menggelengkan kepalanya. "Jika kamu curiga kalau ayahmu
mungkin akan mencoba menyelamatkan dirimu dan membalas dendam, tenm saja
orang lain akan punya pikiran
44
yang sama. Mereka akan mengatur orang untuk mengawasi-riya i
Rasanya suiit bagi Selwyn untuk menerima bahwa wanita itu mungkin benar.
"Jadi," Selwyn berkata dengan putus asa, "dapatkan Anda mengirim kabar
kepada mereka?"
"Apakah sebelum atau sesudah ayahmu mencoba rencana gegabah nya dan
dihukum karena itu?"
"Baiklah, Anda punya usul?" Selwyn berteriak karena frustasi. "Biarkan
duniayang mengaturnya secara alami," kata Elswyth. "Kita tidak
membicarakan tentang dunia," kata Selwyn-. "Kita membicarakan tentang
keluargaku."
Elswyth memandangnya dengan air muka yang tidak menunjukkan apa yang
sedang dipikirkannya.
Selwyn mencoba mengendalikan napasnya yang tidak teratur. "Aku
ingin," katanya, "membuktikan bahwa aku tidak membunuh Farold. Itu
satu-satunya cara agar aku dapat kembali. Itu satu-satunya cara agar
keluargaku kembali ke keadaan seperti semuJa."
Alis Elswyth terangkat, tanda merasa skeptis, namun ia tidak
menentangnya. "Apa yang kauminta?" tanyanya.
"Aku minta waktu setahun yang aku janjikan ditunda sampai aku
membuktikan ketidakbersalahanku."
"Dan apa yang kau akan tawarkan untuk membayarnya?"
Selwyn mencoba menilai Elswyth, seperti wanita im selalu jelas menilai
dirinya. "Tambahan waktu?" tanyanya ragu-ragu.
"Satu tahun lagi," Elswyth setuju.
Hati Selwyn menciut. Tapi kalau ia dapat bertahan selama sam tahun untuk
pengabdiannya, pastilah ia dapat bertahan hingga dua tahun.
45
Elswyth berkata, "Kau akan memberiku dua tahun peng-abdian karena
menunda untuk mcmulainya sampai esok pagi."
"Esok pagi?" Selwyn menciut. "Kau minta untuk semalam,"
"Tapi im untuk menerangkan kepada orang tuaku," Sehvyn berkata,
"bukan untuk berusaha membuktikan ketidakbersalahanku." Wanita im
mengulurkan tangannya untuk menunjukkan ia sudah bersikap terbuka dan
berbaik hati. "Berapa lama itu? Jika kau tidak pernah berhasil, apakah
artinya kau tidak akan pernah menjalankan kewajibanmu padaku? Harus ada
batas waktu kalau kau akan datang padaku, entah kau berhasil melakukan
apa yang kau minta atau tidak." Selwyn ingin
mengatakan bahwa ia kira hal im adil, ketika Elswyth berkata, "Sam
minggu. Sebagai penukar waktu bebas selama seminggu, kau akan memberiku
tiga tahun."
"Tapi ..."
"Jika kau tidak berhasil dengan apa yang kauniatkan im dalam seminggu,
apa kaupikir kau akan pernah dapat melakukannya? Jika pada akhir minggu
kau merasa hampir membuktikan ketidakbersalahanmu, datang dan bicaralah
kepadaku. Kita akan lihat apa yang dapat kita atur selanjutnya."
Selwyn punya bayangan bahwa seluruh sisa hidupnya akan dihabiskan untuk
mengabdi.
"Setuju atau tidak?" tanya Elswyth.
"Semju," kata Selwyn karena ia tidak punya pilihan lain. "Kecuali..."
Kaiimat im membuat Elswyth berhenti dan berbalik. 1 Elswyth
mengembuskan napas keras-keras, seakan-akan dia yang selalu kalah dalam
tawar-menawar im. "Apa?"
Berapa yang harus kubayar untuk membcli mantra dari Anda?"
Selwyn sama sekali tidak senang dengan senyuman Elswyth karena
pertanyaan itu. "Mantra seperti apa?" tanyanya. "Mantra untuk
membuktikan ketidakbersalahanku." "Kau harus lebih spesifik," katanya.
Selwyn
menimbang-nimbang. Hanya ada dua orang yang tahu fakta bahwa dirinya
tidak bersalah: dirinya sendiri dan si pembunuh. Ia meiemparkan
pandangan gugup ke arah mayat Farold yang terbungkus kain kafan. Ya,
sebetulnya, dengan menghi tung yang mati ini jadi tiga orang yang tahu.
Ia menelan ludah dengan susah payah dan berkata kepada Elswyth, "Anda
tahu banyak tentang mayat."
"Aku banyak membaca," ia berkata kepada Selwyn dengan senyuman tak
berdosa.
"Anda tahu bagaimana menghidupkan orang main „' "Tidak," katanya. Tapi
ia berhenti dengan hati-hatl Selwyn menahan napas, bukan karena mencium
bau tidak enak Elswyth berkata, "Ya, mungkin. Tapi
hanya sementara. Dan itu ter-gantung pada..."
Selwyn hampir tidak dapat bersuara, karena sadar ia men-ceburkan diri ke
dalam ilmu sihir paling hitam. Ia bertanya, "Pada apa?"
Elswyth mulai menghitung dengan jari-jarinya yang ber-bonggol, membuat
bola pijar ajaib berputar. "Ramuan yang tepat. Dan kebetulan aku
membawanya." Ia
menggerakkan jarinya yang kedua. "Sudah berapa lama orang itu mati." Ia
juga melihat ke arah Farold. "Dalam hal ini mungkin ada suatu
47
komplikasi." Ia menggerakkan jarinya yang ketiga. "Dan keinginan orang
mati im untuk kembali."
Kata Selwyn, "Aku akan memberimu satu tahun dari hidupku untuk
membangkitkan Farold dari kematiannya. Hidupkan ia cukup lama agar di
depan umum dapat menyata-kan bahwa aku tidak membunuhnya."
"Oh, tidak," kata Elswyth, hampir tertawa karena berapa meng- gelikannya
tawaran im. "Pembuatan mantra im sendiri akan membuatmu membayar dengan
tiga tahun, entah Farold-mu im memilih untuk mengacuhkan panggilan
mantra im atau tidak."
Tiga tahun! pikir Selwyn. Tanpa kepastian apakah akan berhasil atau
tidak. Pertama dia sudah menyetujui setahun untuk tindakan Elswyth yang
menunjukkan jalan keluar dari gua, dan setahun lagi
karena tidak langsung memulai pengabdiannya segera, dan ...
katanya, "Jika Farold membersihkan namaku malam ini, aku tidak akan
memerlukan seminggu ekstra yang sudah kita diskusikan." Elswyth
memberikan senyuman menakutkan im lagi. Tapi kau sudah setuju*
Selwyn menggertakkan giginya. Enam tahun. Tapi pilihan apa lagi yang ia
punya? Ia mengangguk.
Sekali lagi Elswyth meletakkan bola ajaib di atas kepalanya agar
tangannya bebas. "Bawa mayat im ke sini," ia menyuruh Selwyn. "Maksud
Anda menyentnruiya?"
Elswyth memukul kepalanya. "Jika kaukatakan bahwa kau dapat memindahkan
dia tanpa menyentuhnya dengan sihir," kata wanita im, "Aku akan minta
maaf karenanya."
Selwyn menahan napas sebanyak-banyaknya, melenturkan jari-jarinya,
menutup matanya, dan berharap ia akan bangun
48
dari mimpi yang menakutkan itu. Tapi akhirnya ia harus berjalan ke
tempat mayat Farold terbaring, harus meletakkan tangannya di bawah mayat
itu, dan harus mengangkatnya— mayat yang terkulai itu. "Jangan
khawatir," kata Elswyth, "ia tidak akan pecah sampai beberapa hari
lagi."
Selwyn mulai muntah, meskipun ia belum makan sejak pagi satu setengah
hari sebelumnya.
Elswyth menunjuk mayat lain yang ditempatkan di dinding dan diletakkan
di atas tandu. "Berikan padaku sedikit kayu dari tandu
mayat itu."
Tidak ada gunanya memprotes. Potongan-potongan tulang kering berjatuhan
dengan mudah di tangan Selwyn—mayat itu telah lama
terbaring di sana. Walaupun begitu, Selwyn ber-bisik minta maaf.
"Berlututlah," kata Elswyth, "dan jangan memotong lingkaran." "Lingkaran
apa?" Selwyn mulai bertanya, tapi Elswyth sudah siap menggoreskan
sebuah tanda di lantai batu karang dengan bam bercahaya yang diambilnya
dari tas punggungnya —sebuah lingkaran yang cukup besar untuk
mengelilinginya, Selwyn dan Farold, juga kayu yang sudah
dibawanya.j5elanjut-nya, Elswyth mengatur kayu im menjadi tumpukan kecil
yang rapi, dan mencoba menciptakan percikan api dengan meng-gunakan bam
api, baja, dan sedikit rami.
"Tak dapatkah Anda membuat api dengan sihir?" tanya SeJrwyn. "Kita tak
dapat menggunakan sihir untuk membuat sihir," kata
Elswyth kepadanya. "Dan setiap kali kau berbicara,; kau mengisap energi
dan membuat mantranya melemah."
49
Selwyn menduga Elswyth mengatakan im agar dirinya diam, tapi ia berhenti
bertanya, siapa tahu saja benar.
Begim api menyala, Elswyth mengambil pot tembikar kecil dari tas
punggungnya dan menempatkannya di atas api. Ia mengosongkan botol
kecil ke dalam pot: satu cairan merah terang jernih—seperti bam delima
yang meleleh, pikir Selwyn; satunya lagi sesuatu yang tebal
ungu kehitaman yang harus dikocoknya dulu untuk dikeluarkan dari
tempatnya. Bahan im membuat suara hisapan yang keras ketika akhirnya
bergeliang-geliut keluar dan jatuh dengan suara ributpop ke dalam ramuan
merah yang sudah bercahaya im. Terdengar suara
«/«*, asap biru, dan bau tak enak yang sejenak membuat Selwyn lupa akan
bau tempat ia sedang berada.
Elswyth membuka kain penutup Farold kembali dan memotong lagi segumpal
rambutnya.
Kulitnya berwarna kehijauan mengerikan. Tanpa sadar Selwyn
beringsut mundur dengan lututnya. Sambil menatap tajam, Elswyth
menangkap petgelangan tangannya sebelum ia memutus lingkaran. Dia sudah
berbicara tentang keinginan orang mati untuk kembali dan Selwyn heran.
Ia mengira setiap orang mati akan gembira hidup kembali, meskipun untuk
sementara. Sekarang, dengan melihat keadaan tubuh dari mayat yang akan
mereka hidupkan, Selwyn menjadi tidak yakin. Elswyth menempatkan rambut
Farold ke dalam pot bet-sama bermacam- macam dedaunan dan bubuk dari
tasnya. Akhirnya ia menarik tulang betis manusia yang kering dan putih.
Ia melambai-lambaikannya, mengembuskan asap biru dari pot tembikar ke
arah Farold dan mulai memanggil-manggil nama Farold.
Selwyn merasakan kepalanya ringan, meskipun tanpa asap.
Dalam lantunan nada yang datar, dia meminta maaf karena mengganggu
istirahat Farold dan mengatakan bahwa temannya, Selwyn—yang tidak
merasa membunuhnya—membutuhkan-nya. "Kau mati belum waktunya," ia
menyanyi, "terputus, tak adil, tak adil. Temanmu yang menderita
mencaripertolongan darimu untuk membuka kedok pembunuhmu."
Ia menyentuh kepala Selwyn, memaksanya melihat Fat old, meski sekuat
tenaga Selwyn coba hindari. Ia menyerahkan tulang ini dan menempatkan
ujungnya yang lain di atas kening Farold. "Kembalilah," katanya, yang
Selwyn bayangkan dituju-kan untuk Farold meskipun ia sedang
memandanginya. Elswyth memberi isyarat dan Selwyn menyadari bahwa ia
harus meng-ulangi kalimat im. "'Kembalilah,*" dia mencicit.
"Gunakan ramuan ini..., kata Elswyth mengembuskan asap.
"'Gunakan ramuan ini...,"* Selwyn mengikuti. "Dan kekuatanku..." Itu
menjelaskan mengapa ia membantunya. Tapi Selwyn mengulangi kata-kata
itii: "'Dan kekuatanku.. .,w Apakah hanya imajinasinya
saja, atau ia benar-benar merasa lebih lemah? Tak ada pilihan lam,
katanya mengingatkan diri sendiri.
"Dan masuklah ke dalam tubuh ini," Elswyth menyelesai-kan kalimat
itu, sambil mengisyaratkan Selwyn untuk membuat tulang itu tetap
menyentuh Farold.
"'Dan masuklah ke dalam tubuh ini.'"
Tapi pada saat Selwyn berbicara, tiba-tiba terdengar suara bising
dalam gua, gempar. Tubuh Selwyn melompdn siap untuk bertahan kalau ada
serangan.
Suara itu hanya kelelawar-kelelawar yang sekali lap berputar-putar
keluar karena matahari sudah menghilang dan malam sudah tiba.
Dalam sekejap Selwyn puhh, tapi satu dari kelelawar itu—yang biasanya
cerdas dan luwes malam
sebelumnya—terjatuh di pangkuannya.
"Ahh!" suara Farold berteriak kecil dengan oktaf yang amat ringgi. "Apa
yang sudah kau lakukan?"
Selwyn melihat tulang yang diberikan Elswyth kepadanya, yang tanpa
disadarinya terangkat dari alis Farold dan—sekarang— menunjuk ke
arah atas di mana sekumpulan kelelawar menukik dan menyambar dan terbang
di atas lengkungan depan, masuk ke dalam gua besar. Mereka meninggal
kan seekor kawanannya.
Elswyth meraih mayat Farold yang tetap kaku dan kelelawar yang
mengepak-ngepakkan sayapnya. Ia gusar dan terus mencoba untuk berdiri
sendiri. Ia memukul Selwyn keras-keras. "Dasar bodoh!" teriaknya.
ENAM
Kelelawar itu kesulitan untuk berdiri tegak. Karena tak dapat berdiri
seimbang, ia terus mengepakkan sayapnya, tapi ini hanya membuatnya
sedikit naik ke atas tanah, kuat, berhenti mengepakkan
sayap, jatuh ke tanah, dan terguling. Lalu men-cobanya lagi. "Bodoh?"
kelelawar itu mengulangi kata-kata Selwyn, suaranya kecil tapi
betul-betul suara Farold. "Bodoh? Lebih dari bodoh itu namanya!"
Sehvyn mengulurkan tangannya untuk menolong kelelawar itu tersandung.
Sebagai balasan, makhluk itu malah menendangnya. Tapi ia mulai
terbang, satu kaki kecilnya terangkat, mendengking, "Oh, oh, oh, oh, oh!
Dasar kamu pengganggu!" Kelelawar itu berusaha menendang Selwyn dengan
kakinya yang satu lagi. dan menggeletak di atas punggungnya.
Selwyn mengulurkan jarinya, dan kelelawar itu tampak enggan memeganginya
untuk bangkit berdiri. la lebih meng-gunakan ibu jari kecilnya di
pinggir sayap-sayapnya sebagai tangan. Selwyn
memandang kelelawar itu dengan telinganya yang lebar dan hidungnya yang
besar, lalu ke arah mayat Farold, lalu ke Elswyth. "Apa yang terjadi?"
tanyanya tak berdaya. "Apayang terjadi kelelawar im menjerit. "Apa yang
terjadi
Pertanyaan bodoh apa itu? Selwyn Roweson, dasar goblok, mestinya kamu
dapat melihat apa yang terjadi. Dasar goblok" Masih berpegangan pada
jari telunjuk Selwyn, ia menendang tulang tangan kanan Selwyn, meleset,
lalu merasakan dirinya terangkat dari tanah, bergantung-gantung pada ibu
jari Selwyn.
Tenm saja Elswyth berpihak pada kelelawar itu. Ia merenggut tulang dari
tangan Selwyn lalu mengacung-acungkannya ke arah nya. "Kan
sudah kukatakan untuk mengacungkan ini ke arah mayat itttr*'*
"Yah, sebetulnya," Selwyn membenarkan, "Anda tidak terlalu jelas
mengatakan ..." Wanita im memukul kepala Selwyn dengan tulang im sekali
lagi. "Ya," ia setuju supaya aman. "Ya, Anda mengatakannya."
"Lalu mengapa kau pergi dan mengacungkan nya ke arah kelelawar-
kelelawar?"
"Aku tak sengaja," kata Selwyn. "Hanya saja, kelelawar-kelelawar im
tiba-tiba membuat suara ribut yang membuatku takut." "Membuatmu takut?"
Elswyth dan kelelawar memekik bersamaan.
Elswyth mengacungkan tulang im ke arah kelelawar dan berteriak ke arah
Selwyn, "Lihadah dia. Ukurannya kurang lebih sebesar jarimu. Apa yang
sebetulnya membuatmu begitu
54
55
"Terima kasih banyak, profesor." Kelelawar itu meludah ke tanah. "Itu
betul-betul potongan informasi yang tidak berguna untuk
kekacauan ini. Aku kelihatan seperti makhluk pengerat, aku merasa
seperti makhluk pengerat—siapa sih Anda hingga berani mengatakan aku
bukan mahkluk pengerat, Anda kan hanya penyihir tua!"
Selwyn melihat kilatan tersinggung di mata Elswyth. la menarik
tangannya supaya kelelawar im dapat mencoba melari-kan diri, tapi ia
tetap berdiri, goyah tapi menantang.
Elswyth mengangkat tulang itu, yang memang cukup besar untuk mengirim
kelelawar im-—atau Farold yang ada dalam tubuh kelelawar—
kembali ke tempat di mananya. Tapi ia merasa kasihan terhadap makhluk
berukuran mungil im dan sebagai gantinya ia memukul Selwyn.
"Pantas saja seseorang membunuhmu," kata Elswyth kepada Farold sewaktu
Selwyn mengelus kakinya yang dipukul tapi tidak berani mengeluh bahwa
serangan terakhir im tidak adil. "Kau potongan kecil yang menyebalkan."
Kelelawar im berdiri tak bergerak selama beberapa saat. "Im betul,"
katanya akhirnya, jauh lebih tunduk. "Aku sudah dibunuh. Begitulah aku
telah meninggal. Aku mendengarmu memanggil-ku, oleh sebab im aku
kembali."
"Betul," kata Selwyn, senang dapat kembali ke topik pem-bicaraan yang
seharusnya. "Kami memanggilmu kembali supaya kau dapat mengatakan siapa
yang melakukannya."
Kelelawar si Farold im berkata, "Kupikir kalian memanggil-ku ke sini
supaya kalian dapat mengatakannya kepada^w."
"ApaT Elswyth membentak.
"Kamu tidak tahu siapa yang membunuhmu?" tanya Selwyn dengan ngeri.
kerakutan sampai kau harus pergi dan mengacau-balaukan mantra itu?"
"Suara ribut itulah yang mengagetkan aku," protes Selwyn. Mengapa ia
selalu membuat segala sesuatunya seperti itu sehingga ia
kelihatan bodoh?" Aku tidak takut terhadap seekor kelelawar." Ia
memutuskan untuk tidak mengatakan bahwa sekawanan kelelawar sedikit
lebih menakutkan daripada seekor kelelawar. Kemungkinan besar, Elswtyh
tidak merasa terancam oleh berapapun jumlah kelelawar, dan kelihatannya
ia ingin mempergunakan tulang itu di kepalanya lagi. Katanya, "Jadi
arwah Farold kembali ke raga yang salah? Arwahnya masuk ke dalam raga
kelelawar? Dapatkah kita membatalkan mantra im?
"Tidak," kata EJswyth dengan nada yang mengindikasikan bahwa
sekali lagi dia memang bodoh. Dan kepada Farold dia berkata, "Kelelawar
tidak berdiri, jadi berhentilah mencoba."
Mati saja ternyata belum cukup," kelelawar im mengeluh, tetap
mencengkeram jari-jari Selwyn dan melompat ke atas dan ke bawah
dengan marah-marah, "dan sekarang aku harus menjadi hewan pengerat
juga?" "Aku minta maaf," kata Selwyn.
"Sebenarnya," Elswyth berkata, tampak berpikir serius, "kamu tidak."
Selwyn dan kelelawar im saling berpandangan. "Apanya yang tidak?"
kelelawar menuntut jawaban. "Dia tidak menyesal?"
Elswyth mengangkat bahunya. "Itu aku tidak tahu. Tapi kamu bukan hewan
pengerat." "Aku kelelawar,"
"Hal im betul-betul sangat berbeda. Kelelawar mempunyai muka seperti
tikus, tapi mereka betul-betul jenis yang berbeda dari
hewan pengerat." 56
"Aku kan sedang tidur, dasar bodoh, Itu terjadi di tengah malam,
hari geiap, dan"—kelelawar itu memukul tangan Selwyn dengan sayapnya,
seakan lupa ia punya sayap, dan bukannya tangan—"jika
kau melihat sebelum semua ini terjadi, kau pasti melihat kalau aku
m'tikam dari belakang"
Selwyn meletakkan keningnya di telapak tangannya. Elswyth melemparkan
tulang itu, bahkan terlalu'|f|ik untuk dipukul. "Karena betapa
menggelikannya ini semua," Farold meng-umumkan, "melihatmu bertindak
bodoh lagi, Selwyn, menemui penyihir tua di sini, kupikir aku akan
kembali sekarang. Ke-hidupan setelah kematian kelihatan jauh lebih masuk
akal daripada apa yang kaulakukan."
"Tunggul* teriak Selwyn. Enam tahun. Ia baru saja mem-berikan enam tahun
hidupnya —untuk dihina oleh Farold, dipukul oleh Elswyth, dan berakhir
tanpa kemajuan sedikit pun dibandingkan keadaan pada
waktu semua ini dimulai. "Tapi kamu hendak menemukan siapa yang
membunuhmu. Itulah sebabnya kau kembali, katanya begitu."
"Dari yang aku tahu, dapat saja kamu," kata Farold. Elswyth berteriak
putus asa. "Apa-apaan sih ini—apakah ada sesuatu di air
minum kalian sehingga setiap orang di Penryth bodoh? Mengapa dia mau
membayar untuk membawa-mu kembali jika ia yang membunuhmu?"
Farold tidak bertanya apa yang harus Selwyn bayar. "Kupikir begim,"
katanya setuju. "Jadi pembunuh yang sebenarnya bebas, dan aku
disalah-kan?" kata Selwyn. "Dan Bowden memutuskan aku untuk mau di sini
di gua bersamamu."
57
"Kupikir Bowden tidak akan membebaskanmu," kata Farold sambil
mengepakkan sayap kelelawarnya. "Dia akan merasa yakin kalau hal ini
adalah sebuah tipuan. Atau dia akan menangkapmu dengan tuntutan
melakukan sihir."
Selwyn tidak membantah, kerena ia sedang memikirkan bagaimana cara
bereaksi jika ia datang membawa kelelawar yang dapat berbicara dan
mengaku sebagai orang yang sudah dibunuh. Tapi untuk menunjukkan
Farold bahwa ada untung-nya bagi Farold juga, ia berkata, "Tapi kalau
kau membantuku, mungkin kita berdua dapat menemukan siapa pelakunya dan
kamu dapat beristirahat dengan lebih tenang di kehidupan setelah
kematian."
"Aku sedang beristirahat dengan tenang," gerutu Farold, "sampai kau
mengganggu aku." Tapi lalu ia berkata, "Baiklah, mengapa tidak? Lagipula
aku ingin sekali lagi melihat Anora."
Dengan disebutnya nama Anora dari mulut kelelawar kecil itu, Selwyn
merasa.. .ia tak yakin apa itu. Perasaan yang tidak baik, apa pun im:
gelombang rasa cemburu, marah, merasa bersalah karena senang, karena
sekarang Farold, yang tentu saja bukanlah seorang saingannya.
Elswyth tersenyum manis dan membalas den dam terhadap Farold yang sudah
mengucapkan kata-kata kasar kepadanya tadi. Katanya, "Kalau
begim kupikir bagus juga kau ada di tubuh yang sekarang ini; Mayat
berusia tiga hari akan membuat kesan pertama yang buruk."
"Dasar penyihir tua jelek," ulang Farold.
Sambil memandangi Farold, kemudian Selwyn, Elswyth berkata, "Kalian
berdua memang cocok."
TUJUH 4*
Selwyn
membungkus kembali mayat Farold, karena ia terus saja
mencari kesalahan dan membuatnya kesal, misalnya mengeluh kalau Selwyn
tidak melakukan pekerjaannya dengan sikap hormat sebagaimana mestinya.
Memang sulit sekali bersikap penuh hormat sambil berjuang menahan
muntah. Kemudian Selwyn memutuskan bahwa mulai saat ini ia akan
menghindari situasi yang mengharuskan ia menyiapkan mayat yang bisa
mengkritiknya.
Ia meletakkan kembali mayat itu—tangannya kini terlipat rapi di
atas dada—ke dalam ceruk dinding, dan ini artinya mereka akan bersiap
meninggalkan gua. Tapi tampaknya tidak.
"Apa?" tanya Farold. "Apa kita tidak berdoa dulu?" a Elswyth menarik
napas dalam-dalam sambil tetap menunggu.
59
Selwyn mengucapkan sesuatu yang pernah dikatakan paman Farold, Derian,
di mulut gua, "la anak yang baik dan akan selalu dikenang." "Itu saja?" I
Selwyn tampak siap menghadapi kematahan, tapi Farold sepertinya
putus asa. Selwyn tidak sanggup memperlihatkan padanya bahwa dirinya
telah cukup baik meniru Derian. Ia pun merasa tidak pan
tas mengatakan, "Di sinilah terbaring Farold. Ia tidak seburuk monster
yang wafat di bawah teras." Namun ia hanya berkata, "Sulit memusatkan
perhatian kalau kau me-nyimak sambil berdiri di sana." "Aku bersedia
membantumu," kata Elswyth, "pada waktu kami menurunkan mayatmu
selama-lamanya.
Farold pasti tidak merasa terhina dengan ancaman itu, pikir Selwyn.
Namun tetap saja sulit untuk meninggalkan tempat itu. Dalam tubuh
kelelawar, Farold juga menemukan kesulitan yang sama untuk terbang, sama
seperti pada waktu ia mencoba berdiri tegak. "Biarkan pikiran kelelawar
mengaturnya," usul Elswyth. "Mahkluk itu tahu bagaimana cara terbang."
"Tidak ada yang ingin ia sampaikan," kata Farold. "Yang ia inginkan
hanya keluar dan memangsa serangga kecil bet sama
rombongannya yang lain."
"Rombongan?* ulang Elswyth dengan penuh penghinaan, "Kawanan, kelompok,
apa pun nama segerombolan kelelawar." "Sekumpulan," kata Elswyth.
"Sekelompok kelelawar disebut
kumpulan. Tadinya aku ingin bilang kau berpikir terlalu banyak, tapi
sudahlah." "Makan serangga lalu buang air besar," ujar Farold sambil
menertawakannya. "Dasar sok tahu!"
"Sambil bergelantungan di bawah jari-jari mereka," tarn bah Elswyth,
tiba-tiba ia menyerangnya dengan pukulan.
Tampaknya nada kebencian dan gerakan Elswyth yang sekonyong-
konyong itu cukup menakutkan Farold, sehingga otak kelelelawarhya
berhasil mengambil alih. Ia mengepakkan sayapnya dan terbang ke pundak
Selwyn, menjatuhkan sesuatu—seperti yang tadi ia katakan— kotoran
kelelawar di man a-man a.
Selwyn tidak menyanggah. Ia tidak ingin berkelakar tentang apa pun yang
akan menundanya keluar dari gua tersebut. "Kau bisa berlatih terbang
begitu kita di luar," ujarnya pada Farold. Lalu kepada
Elwsyth. "Tenang saja, aku akan membopongnya."
"Kau juga harus membawa tas punggung itu!" Elswyth mengingatkan.
Kemudian Selwyn menunduk untuk memungut tas itu, dan ternyata
isinya lebih berat daripada dugaannya, dan lebih besar. Ia membutuhkan
waktu untuk melemparkan bungkusan itu ke punggung dan mengatu r tali di
pundaknya—dan Farold menggerutu karena merasa tidak nyaman berpindah ke
sisi pundak yang Iain— dan pada saat itu Elswyth berjalan
men-dahuluinya.
"Jangan sampai ketinggalan," sanggah Farold. Segala sesuatu yang Farold
katakan terdengar seperti sanggahan. <>
"Oh," ujar Selwyn, seolah-olah hal itu tak pernah terpikir olehnya sama
sekali. "Baiklah kalau begitu."
Farold tidak menyadari kekasaran itu dan hanya meng-gumam. " Dasar
tolol!"
Elswyth men ggi ri ng mereka jauh ke dalam gua, dan lentera di atas
kepalanya mengayun seiring dengan langkahnya yang cepat dan pasti. Bau
yang mcnyengat semakin berkurang,
61
karena mayat-mayat yang teronggok sejauh ini telah tinggal sangat lama
dan sebagian besar telah menjadi debu. Jalan semakin menyempit dan
bahkan semakin berkelok.
Lalu Elswyth menundukkan kepalanya dan melangkah sepanjang celah
dinding, sehingga lentera ajaibnya mulai me-redup.
" Tub kariy gara-gara kamu," sergah Farold.
"Tidak ada yang lebih buruk daripada seorang pengkhianat, kecuali
pengkhianat dengan penglihatan mata kelelawar yang buruk di malam hari:
Farold mengangkat bahu dan meninggalkan Selwyn di tengah kegelapan.
Selwyn bergegas ke celah dinding. Ia dapat merasakan sesuatu dengan
jari-jarinya, namun ketika ia melangkah seperti yang di lakukan Elswyth,
tubuh nya tidak bisa masuk
Tas, ia menyadarinya; taslah yang membuat ia menabrak dinding dan
menahannya. Ia segera meiepaskan tas im dari punggungnya, memeganginya
dengan tangan kan an, dan me-nyandarkan bahu kirinya ke dalam celah
dinding. Ia berjalan tergopoh-gopoh ke pinggiran gua, sambil merasakan
bam yang ada di punggung maupun di dadanya. Tidak ada waktu untuk panik
karena ada kemungkinan ia akan terjebak di antara bam yang tidak dapat
bergerak: Ia yakin Elswyth tidak akan memiliki kesabaran untuk kembali
hanya untuknya. Dua
seretan langkah. Tiga. Lalu dinding bam pun hilang, baik yang mendorong
punggungnya maupun yang ada tepat di mukanya.
Saat im masih gelap, tetapi ia dapat melihat bayangan, dan
bayangan yang lebih gelap, yang berarti lebih banyak lentera dari
sebelumnya. Yang lebih menyenangkan lagi, udara terasa dingin dan segar,
dan tercium aroma daun yang berguguran serta buah apel. Ia
menengadahkan wajahnya dan melihat setitik cahaya.
62
Kini ia sudah ada di luar, memandangi langit malam hari.
Elswyth menepuk belakang kepalanya. "Apakah kau akan berdiri saja
di situ sepanjang malam sam bil memandangi bin tang-bin tang im?"
Elswyth tidak akan merusak suasana hatinya. Sekarang ia ada di luar.
Tcrnyata la tidak akan mati. Paling tidak dalam beberapa
hari ini. Atau setidaknya bukan seperti yang ia ketahui. Lagipula, ia
tidak akan kesepian di dalam kegelapan karena cukeJiiingi oleh
orang-orang yang telah mendahuluinya. Sekarang ia telah berada di luar.
Walaupun tidak tampak adanya tanda-tanda kehadiran, Farold tidak
mengurangi kegembiraannya. Ia yakin Farold tidak akan punya pikiran
untuk berkeharan jauh-jauh.
"Ini tidak menyenangkan, tahu," kata Elswyth padanya sambil mengambil
tas seolah-olah ia yang membawanya hingga jauh ke sini tanpa Selwyn, dan
seolah-olah ia terbiasa membawanya sendiri sebelum bertemu dengan
Selwyn. Dengan jemari-nya ia menorehkan lingkaran pada dahi lelaki im.
"Tujuh hari sebelum lingkaran tutup," katanya, menggunakan suara yang ia
telah kenali sebagai suara penuh kekuasaan. Kemudian Elswyth
mengitarinya dan jarinya masih tetap menyentuh, sehingga ia kembali
menoreh lingkaran lain, kali ini melingkari kepalanya, dari dahinya, ke
sepanjang telinga kiri, lalu belakang kepala, ke telinga kiri dan
kembali ke
dahinya. "Tujuh hari, dan kau akan tertarik padaku." Ia
menggerakkan jarinya turun melewati hidung, bibir, dagu, dan leher, lalu
membelok ke kiri, tempat ia membuat lingkaran di atas jantungnya.
"Tujuh hari, dan kau akan datang kepadaku." Ia menyandarkan telapak
tangannya ke dada lelaki im.
Selwyn merasakan detak jantungnya berubah, iramanya berganti—tiba- tiba
ia menyadari tanpa mengetahui bagaimana
63
ia dapat mengetahui hal im—mengikuti detak jantung perempuan itu.
Elswyth menarik tangannya, merapikan ranselnya, dan mulai berjalan.
"Tunggu," panggil Selwyn. Ia belum pernah kemari sebelumnya. Jauh di
lekukan lereng tempat gua penguburan; ia belum pernah mendengar tentang
pintu masuk kedua ini* Jetapi ia dapat mengenali daerah
ini karena sebuah bukit tihggi yang bernama Kakek, entah kenapa
bentuknya menyerupai bentuk seorang kakek yang berjanggut. "Penryth ke
arah sana."
"Pergilah ke arah sana," ujar Eslwyth tanpa menoleh sedikit-pun ke
belakang. "Datangi aku dalam waktu tujuh hari." u
Tampaknya ia tidak berniat untuk menjauhkan Selwyth dari masalah yang
mungkin akan menimpanya: harusnya ia sudah dapat menebak hal im. "Tetapi
aku tidak tahu tempat tinggal-mu." Selwyth mengambil
beberapa langkah agar suaranya dapat terdengar. "Setelah hutan."
Sepertinya teriakan itu tidak me-nolong sama sekali: seluruh wilayah ini
adalah hutan lebat. Satu-satunya penyihir yang pernah ia dengar di
sekitar daerah ini tinggal di desa Woodham. Tetapi penyihir im mungil,
bungkuk, dan menurut orang-orang, ia cebol dan hanya bermata sam.
Sedangkan Elswyth berambut putih dan
berkeriput, berdiri tinggi dan tegak, dan tak sam pun dari matanya
yang tampak rabun. ,. "Di dalam hutan beiantara," Elswyth membetulkan.
Kemudian ia menoleh menatapnya. "Kau akan temukan
aku." Ia mengangkat tangannya ke arah Selwyth, lalu ke Farold, kemudian
meletakkan tangan di dadanya. Jantung Selwyn berdetak dengan an eh dan
terasa sakit. "Dalam tujuh hari, kau akan tertarik padaku di luar
kendalim u. Kau tidak akan sanggup menghindar untuk mencariku." .
64
Ia menjatulikan tangannya dan detakan jantung Selwyn yang liar pun
berhenti. Dengungan yang semula memadati kepalanya hilang,
denyutan pada otot tangan dan kakinya berhenti} dan kini ia dapat
bernapas.
Elswyth membalikkan badannya kembali dan Selwyn bisa saja membiarkannya
pergi, tetapi sesuatu memukul bagian belakang kepalanya.
"Aku kesulitan mendarat," kata Farold. "Rasa serangga-serangga itu tidak
enak. Apa kau pernah memakannya? Kenapa kau tidak bisa menciptakan
kelelawar yang memakan buah-buahan? Apa rencana lata hari ini? Apakah
kau akan mem biarkan Elswyth pergi sebelum kau membuat rencana? Buatku
im kurang cerdik. Bagaimana kalau kau
masih membutuhkan kekuatan gaibnya sedangkan kau telah membiarkannya
pergi?" Akhirnya, seseorang berhasil bicara sesuatu yang menarik
perhatian Elswyth.ttApakah kau membutuhkan mantera lagi?" tanyanya,
sambil berbalik.
Selwyn dapat menebak arah percakapan im. "Tidak," ia meyakinkan
perempuan im.
"Ya," kata Farold, kembali mendarat di pundak Selwyn. Selwyn memukulnya.
"Kalau kau ingin membuat ke-sepakatan dengannya, kau
urus saja sendiri."
"Aku tidak membutuhkan kekuatan sihirnya," kata Farold. "Kau yang bumh."
Sebelum Serwyn melawan, Farold melanjut-kan, "Aku dapat
berjalan—konon—ke Penryth dan tak seorang pun akan mengenaliku.
Itukah rencanamu? Agar aku menguping dari jendela rumah orang dan
mendengarkan seseorang berkata sendiri, 'Wah, wah, hari Selasa lalu aku
mem-bun uh Farold dan tak seorang pun mengetahuinya. Apa yang
65
harus aku lakukan untuk bersenang-senang hari Selasa nanti? Mungkin aku
akan bunuh Bowden,' lalu aku akan memberi tahu Bowden
atau siapa pun yang akan membunuhnya dan kita akan tetap berbaring di
sini sambil menunggu serta me-nangkapnya, kemudian ia mengaku telah
membunuhku sehingga semua orang tahu bukan kau pelakunya,
dan kau bisa kembali. Itukah rencanamu? Karena begim orang-orang
me-lihatmu, bagaimana reaksi mereka menurutmu? Aku pikir mereka tidak
akan mendengarkan
satu pun yang kaukatakan dan mereka memutuskan tidak akan mengambil
risiko dengan mengembalikanmu ke dalam gua, karena jelas-jelas kau
sanggup keluar dari sana. Maka mereka akan melanjutkan rencana mereka
dengan melempari kau bam
atau memenggal kepalamu —yang mungkin tidak mereka lakukan dengan benar
pada waktu pertama kali, karena mereka tidak punya pengalaman sama
sekali."
Elswyth berkata. "Kelelawar im benar juga." "Bukan im rencanaku," kata
Serwyn.
"Apa?" tanya Elsywth dan Farold bersamaan. Selwyn mencoba berpikir.
"Kau harus menyamar," kata Farold.
"Itu tidak memerlukan kekuatan sihir," kata Selwyn.
"Dari mana kau bisa menyamar tanpa kekuatan sihir?" tanya Farold. "Dan
bagaimana kau yakin orang-orang tidak akan mengenalimu kecuali ia
mengubahmu dengan kekuatan sihir?"
"Baiklah," kata Elsywth. "Selama sam tahun?"
"Aku tidak mengatakan ya," Selwyn cepat-cepat menyanggah. "Menurutku,
kau dapat saja kembali ke sana"—Farold mengibaskan salah satu sayapnya
ke arah gua penguburan— "dan berganti baju dengan menelanjangi salah sam
jenasah itu.
00
Mungkin seseorang terkubur dengan mengenakan topi dan kau bisa
memakainya untuk menutupi wajahmu sambil berharap tak seorang pun
akan bertanya-tanya."
"Enam tahun, tujuh tahun," kata Elswyth. "Tidak banyak perbedaannya.
Tetapi aku tidak bisa menungguimu semalaman agar kau bisa mengambil
keputusan." Selwyn tidak suka diburu-buru. '
"Mungkin kau bisa menggunduli kepalamu," usul Farold. "Apakah menurutmu
orang-orang akan mengenalimu kalau kepalamu gundul? Sepertinya aku masih
menyimpan pisau pencukur di punggungku, kecuali kalau ada yang telah
meng-ambilnya. Tetapi mungkin seseorang telah melakukannya, karena
badanku tidak mungkin akan serata ini. Aku dapat mencabut rambutmu sam
per satu."
"Aku harus melakukan hal lain," kata Elswyth. Mereka seolah-olah
berkeras untuk tidak memberi Selwyth ketenangan agar berpikir sedetik
pun. "Aku harus mengumpulkan bahan-bahan untuk sebuah ramuan berkhasiat
yang sangat
penting. Kalau kalian menahanku lebih lama lagi, aku bisa kesal dan akan
meminta kenaikan pembayaran selama dua tahun."
Selwyn merasa ditekan untuk mengambil keputusan yang terburu-buru. "Aku
punya ide," ujar Farold dengan penuh semangat kepada Elswyth.
"Kau bisa membuat kami berdua tampak seperti per dagang kaya danTimux.
Berikan kami surra, perhiasan, dan emas."
"Aku," kata Serwyn, "tidak akan mengorbankan sam tahun dalam
hidupku agar kau dapat mencoba mengesankan orang-orang dengan pakaian
yang mewah."
"Baik," jawab Farold, "minta dia untuk membuatmu menyamar sebagai
pedagang kaya, kalau kau pikir tidak akan ada
67
seorang pun yang heran mengapa seorang pedagang kaya mem-
bawa seekor kelelawar."
Elswyth melanjutkan. "Lagipula aku tidak dapat menyamar-kanmu
menjadi manusia," ujarnya pada Farold. "Kau adalah kelelawar. Kau hanya
sebesar ini," ia menggerakkan kedua tangannya, "Tidak cukup untuk
merenggangkanmu"—ia me-lebarkan lengannya—"ke dalam ukuran manusia."
"HuM" dengus Farold.
Elswyth memandang Selwyn. "Aku bisa membuatkanmu pakaian mewah, tetapi
aku tidak dapat membuatmu kaya."
Dan apa yang akan dilakukan seorang pedagang berpakaian mewah tanpa
barang dagangan di desa sekecil Penryth? tanya Serwyn, "Mengapa tidak
kauberi saja aku pakaian yang berbeda, warna rambut yang berbeda..."
sambil menggerakkan tangannya dengan putus asa. "Mata yang berbeda,"
sambung Elswyth, "hidung yang lebih besar, mulut yang lebih kecil..."
Selwyn mengangguk. "Selama sam tahun?"
Selwyn bertekad tidak akan memberinya alasan bila tidak menerima
tawarannya. "Untuk sam tahun." Ia setuju.
"Orang akan curiga kalau kau membawa drakula." Farold memperingatkannya.
Aku hanya ingin menyamar, kata Selwyn. "Biarkan mereka curiga," katanya.
Apabila ia beruntung, mungkin seseorang akan menangkap Farold dan
memelintir lehernya.
DELAPAN
Si:
Selwyn menginginkan pakaian pengembara. Keinginan ini membuat
Farold—yang sejak tadi tak henri-henri berbisik di telinganya, "Pakaian
pedagang kaya"—berteriak dengan muak-nya lalu terbang mengibaskan
sayapnya. Tetapi Selwyn merasa bahwa pilihannya itu sepertinya benar.
Dalam hidupnya, ia jarang bertemu orang asing. Penryth terlalu kecil
untuk menarik perhatian pendatang baru; dan letaknya bukan dalam rute
per-dagangan, sehingga jarang sekali orang-orang yang hendak ke suam
tujuan melewati desa itu, Sebagian besar orang asing yang ia temui
berarti masalah, entah im tentaxa pemberontak, penjahat yang
kadang-kadang muncul di bagian hutan yang paling belukar di jalan menuju
Saint Hilda, ataupun dua penyihir yang bertarung—disingkirkan dari
istana kerajaan karena tidakmampuan mereka untuk meratakan penginapan
Orik.
69
Namun Selwyn teringat, ketika ia masih kecil, sekelompok
pengembara telah berjalan menuju kail Santa Agnes, sang penguasa danau.
Mereka mengenakan pakaian lusuh dan sandal, dan para petualang
sebelumnya memakai tanda pengenal, emblem, dan kalung- kalung kerang
untuk menunjukkan tempat asal mereka.
Kini pada saat-saat terakhir ia terpikir untuk bertanya, "Dapatkah aku
menjadi petualang yang bersih?"
Jawab Elswyth, "Para petualang tidak dikenal karena ke- bersihannya." -
"Mereka lebih bersih daripada ini," kata Selwyn, sangat sadar bahwa
badannya bau. Menurutnya, ia telah terbiasa mencium bau mayat. Namun
karena kini ia telah keluar dari gua dan berharap sekali lagi agar
hidupnya menjadi bersih, bau kematian yang masih tersisa padanya menjadi
tidak tertahankan. "Sedikit debu dari jalan tidak menjadi masalah."
"Tapi kita membutuhkan air untuk ramuan," kata Elswyth padanya, Ia tidak
menyukai seringaian yang ada dalam pikirannya.
Di bukit inilah bermula sejumlah aliran air, yang berkelok dan bertemu,
serta akhirnya membentuk sungai yang menjadi sumur penggilingan Derian.
Elswyth menolak dua mata air lain sebelum
menemukan sam yang tampak sangat dalam dan mengalir cepat. "Ini saja,"
katanya. Selwyn memandangi lereng dan jalan yang licin—ia tampak
tercengang, mengira mengetahui apa yang akan terjadi, dan menahan
lidahnya. Tak lama kemudian, sambil merogoh-rogoh ke dalam tas punggung,
Elswyth memerintahkan, "Ambilkan batang."
"Dari dalam air?" teriaknya. 70
Elswyth menatapnya, "Kalau kau mau melakukannya," katanya. "Aku sendiri
akan mencoba mencari di atas tanah, atau mematahkan salah satu dari
pohon dan semak-semak di sana."
Farold menukik dari kegelapan dan bergumam. "Si bodohT lalu ia memangsa
kunang-kunang dan kembali menghilang di daJam kegelapan. Sinar bulan
cukup terang untuk melihat, walaupun Selwyn melangkah keluar dari
lingkaran sinar sihir Elswyth. Kemudian ia menemukan sebuah batang. Ia
malah menemukan beberapa, dan membawakan semuanya—yang pendek, panjang,
tipis, tebal, lurus—tak tahu mengapa perempuan itu membutuhkan nya.
Pasti bukan untuk membuat
^pi—karena tadi ia jelas-jelas me-nyebut jumiahnya satu. Ia menebak
perempuan itu akan mengatakan kurang dan menyebutnya tolol.
Namun perempuan itu sama sekali tidak memandangnya dan hanya berkata.
"Pegang sam di tanganmu." "Yang mana?"
Lalu muncullah pandangan yang menunjukkan bahwa dirinya tolol. Elswyth
menggerakkan tangannya dengan penuh ketidaksabaran. "Yang
mana saja!"
Kemudian ia memegang salah sam batang dan menjatuhkan yang lain. Pasti
perempuan ini memiliki persedian wol yang tak habis-
habisnya, mengingat ia mengambil sam lagi dari dalam tasnya dan
meletakkannya di atas kepala Selwyn. "Sekarang? ujarnya. "kau harus
pergi ke dalam air." Sepertinya percuma untuk me-nyanggah. Ia tahu ia
mengernyit, namun perempuan itu terus berkata, "Ikuti arus, duduk,
berbaring—apa pun asal seluruh tubuhmu tertutup air— peganglah ranting
dan wol lalu hitung
sampai lima—" sekejap ia tampak ragu. "Kau tahu bagaimana menghitung?"
"Aku bisa menghitung sampai lima," Serwyn meyakinkan perempuan im dengan
tercengang. Seorang petani harus bisa menghitung, setidaknya cukup baik
untuk menjumlah benda-
benda.
"Lalu kau keluar lagi," katanya.
Ia yakin bahwa sebagian dari semua im hanyalah bertuj uan untuk
menyiksanya. Bebatuan di pinggir aliran air basah dan rata serta sangat
licin. Akibatnya, ia hampir terpeleset dua kali, tangannya tertarik dan
ia harus bertahan dengan kakinya, sambil tetap memegang ranting dengan
kepala tertutup kain wol. Saat terjatuh ketiga kalinya, ia tidak
seberuntung tadi. Air yang dingin hampir mencapai pinggangnya-—
membuatnya sulit bernapas selama beberapa saat. "Tidak cukup dalam,"
teriak Elswyth, seolah-olah Selwyn berhenti di sana, seolah-olah ia
tidak dapat membedakan air yang mencapai pinggangnya dan air yang
menutupi kepalanya. Kemudian Selwyn bangkit dan berjalan ke tengah,
namun aliran air itu tidak semakin dalam. Ia harus duduk di dalam nya,
tetapi air
im masih juga belum menutupi kepalanya, sehingga akhirnya ia harus
berbaring di dalam air yang serta merta menutupi wajahnya.
SatuduatigaempatlimOy ia menghitung di dalam hati dengan jarak mendekati
detakan jantung. Namun ia tidak mau melakukan hal yang sia-sia—yaitu
membuat Elswyth menyuruh-nya kembali dengan berkata, "Lakukan lagi,
lebih perlahan." Maka ia menghitung dengan lebih perlahan, dan berhenti
di antara tiap angka. Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima.
72
Ia melihat Elswyth tidak berkata apa pun tentang ke-khawarirannya,
tentang keinginan untuk menyelamatkannya. Selwyn tidak menjelaskan
kebingungannya saat mendengarkan perintah perempuan im, namun hanya
berkata sambil memandangi topi dan tongkat, "Aku tidak mengerti soal
pakaian dan ranting." "Kekuatan sihir tidak dapat menjadikan sesuatu
dari hal yang tidak ada," ujar Elswyth. "Im sebabnya kukatakan aku tidak
dapat memberikanmu emas. Apa—kaupikir aku hanya mempersulitmu saja?"
Selwyn memutuskan agar sebaiknya ia tidak menjawab pertanyaan itu.
Tampaknya bulu di punggung tangannya menebal dan menghitam. Tangannya
lebih lebar daripada sebelumnya. Penampilannya berubah karena ia
berhasil me-maksa dirinya menyelam, sama seperti halnya dengan pakaian
yang ia kenakan, membuatnya gempal, dan lebih hi tarn, dan— ia merasakan
hidungnya—lebih mancung. Katanya, "Terima kasih, ini pasti akan
berhasil."
"Aku meragukannya," Elswyth mendengus.
Farold mendarat di pundaknya. "Si pengembara dan ke-lelawarnya siap," ia
memberikan pengumuman, "bukankah gambaran ini konyol? Yang lebih tepat
adalah seorang pengembara dan seekor anjing." "Enam bulan untuk seekor
anjing," ujar Elsywth, memberikan penawaran kepada Selwyn—karena ia
begitu be running— dan bukannya Farold. "Dan kau akan menjadi seekor
anjing yang sangat keciL" "Seekor kelelawar lebih baik bagi pengembara,"
jawab Selwyn.
Namun Elswyth berkata. "Hitung." Kini ia tiba-tiba bertanya-tanya,
apakah yang ia maksudkan menghitung dengan keras?
Selwyn menghitung dengan kerns* tentu saja sebentar lagi ia akan mati.
Hitungannya kini lebih cepat daripada yang kedua, namun lebih lam bat
daripada yang pertama. "Satu, dua, tiga...." Pada waktu ia mencapai
"empat", ia kehabisan napas. Udara keluar dari dalamnya bersamaan dengan
gel em bung yang membawa suaranya. Ia hampir saja sanggup menyebutkan
'lima lalu berdiri, napasnya
tersendat. Ia merasa benci pada dirinya sendiri, pada Elswyth, dan
bertanya-tanya mengapa ia mem-biarkan dirinya melakukan semua ini. i
Ia bangkit, bersandar pada ranting. Yang sungguh mengejut-kan, ranting
im tidak patah karena berat tubuhnya, dan yang sungguh
mencengangkan, ranting itu cukup tinggi untuk menyangganya bahkan pada
waktu berdiri. Ia melihat ke bawah dan melihat bahwa ranting im telah
berubah menjadi tongkat berjalan yang hal us dan tebal. Pakaiannya pun
berubah: kemeja dan tali penyangganya telah menjadi jubah usang
kecokelatan, dan kain wol yang berada di dalam tangannya telah berubah
bentuk dan bahan. Ia mengangkat tangannya dan mendapati topi jerami.
Keluar dari dalam air sebelum kau menjadi basah," teriak Elswyth
padanya.
Dan sungguh tak diduga. Ia menyadari bahwa bagian tubuhnya yang keluar
dari air, langsung kering seluruhnya. Ia melangkah ke
pinggir sungai, dan air yang menutupinya meng-hilang, sama seperti air
yang menghilang dari baja.
"Aku sangka kau tahu menghitung sampai lima," Elswyth me-marahinya. "Kau
terlalu lama di sana, aku kirakau tenggelam." 74
"Kalau begitu aku akan menjumpaimu," kata Elswyth "tujuh hari lagi.
Sebenarnya kalian telah membuang-buang waktuku, enam
setengah hari."
Elswyth tidak mendoakan dirinya agar selamat
SEMB1LA.N
Elswyth meninggalkan mereka, dan akhirnya tidak ada alasan bagi Selwyn
untuk memanggtfnyakembali. Ia bimbang, antara merasa lega dan terancam.
Lega karena ia tidak perlu lagi melindungi kepala dan tangannya dari
serangan penyihir im dan karena ia tidak lagi berada dalam bahaya untuk
menawar lebih banyak tahun pelayanan kepada perempuan itu. Ia merasa
terancam karena kini ia sendiri.
Bersama dengan Farold jelas tidak lebih baik daripada berada sendiri.
Ia mengumpulkan buah beri liar yang dapat ia temukan di dalam
kegelapan—ia tetap kelaparan, tapi tidak lagi pingsan ke-laparan. "Apa
yang kau lakukan?" tanya Farold dengan suara kecilnya yang menyebalkan
saat Selwyn mulai mencari tempat yang nyaman untuk duduk—mungkin
untukuoV sejenak.
"Mencari tempat istifahat hingga pagi hari," jawab Selwyn. Ia telah
menghabiskan dua malam terakhir di pekuburan massal, tidur
tak teratur dan keletihan menjadi bagian yang paling baik dari ketakutan
yang ia alami, sehingga membuatnya tidak bersikap pilih- pilih. Ia
duduk di atas tanah berumput dan menyingkirkan beberapa batu tajam.
"Oh, masuk akal," kata Farold padanya. "Kaubayar si penyihir per jam,
lalu hal pertama yang kaulakukan adalah tidur siang."
"Maa£" ujar Selwyn. "Kau telah mati dengan nyamannya selama tiga hari
terakhir, Sedangkan aku harus hidup selama itu."
"Mati terlalu melelahkanmu." Lawan Farold. "Aku tidak perlu menyebutkan
upaya orang tolol yang akan mengembalikan-mu menjadi seekor kelelawar.
Kita lihat saja siapa yang lebih baik kalau tiba
giliranmu mati."
Karena tidak merasa nyaman, Selwyn menyadari bahwa ia hampir saja
memperoleh giliran im. Daripada bertengkar dengan Farold, ia
menjelaskan, "aku tidak bisa muncul begim saja di Penryth di
tengah malam. Kau kenal mereka, kan. Mereka pasti yalrin aku seorang
pencuri atau pencoleng dan segera mengusirku."
Farold tidak berkata apa pun—yang hampir pasti berarti'ia setuju
walaupun tidak mau mengakuinya.
Kata Serwyn, "Dengan begini kita punya kesempatan berbicara." "Aku tidak
boleh membicarakan kehidupan akhirati* Farold mencengkeram ranting
pohon terdekat dan menggantungkan dirinya.
"Itu salah sam persyaratan sebelum manusia diper-silakan pergi."
"Baiklah," Serwyn menyettrjui perlahan. Kini terpikir oleh-nya, ia tidak
mempercayai bahwa ia telah menghabiskan
waktunya dengan orang yang telah mati dan kini kembali, dan belum
sekalipun ia berpikir untuk bertanya seperti apa rasanya kematian—
pertanyaan yang selalu menganggu manusia sepanjang umur mereka. Ia
terlalu disibukkan oleh kekhawaur-annya, Farold menyeringai dengan penuh
kepuasan—bahkan Selwyn dapat mengenali raut wajahnya hanya dari bibir
seekor kelelawar yang bergantung di kegelapan menjelang subuh.
"Baiklah," ulangnya dengan kecewa—kini—karena ia tidak
dapat mengajukan pertanyaan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan. Ia
kemudian mengajukan apa yang sebelumnya ia ingin ungkapkan. "Mari kita
bicara tentang rnusuh-musuhmu."
"Aku tidak punya musuh. Semua orang menyukaiku."
"Aku tidak," .ungkap Selwyn. "Dan seseorang telah membunuhmu. Atau kau
menikam dirimu sendiri dari belakang? Apakah ini bunuh diri?"
"Aku juga tidak menyukaiww," sergah Farold. "Aku selalu ingat
penyebabnya." "Perdebatan ini tidak berguna. Siapa yang menginginkan
kematianmu?"
Dalam keadaan terbalik, Farold mengangkat bahu. Kata Selwyn, "Rasanya
mungkin saja Linton."
"Linton saudara sepupuku," sanggah Farold. "Mengapa ia menginginkanku
mari?" Selwyn berusaha mencegah dirinya untuk tidak mengatakan, Karena
ia adalah sepupumu," sebaliknya ia berkata, "Untuk mendapatkan
penggilingan." Linton adalah anak tertua saudara perempuan Derian, dan
selama dua tahun terakhir ini ia mem bantu menjalankan
penggilingan.teuton.
"Kalau begim ia akan membunuh Paman Derian juga," tiba-tiba Farold
menyadari seluruh keterlibatan ini. "Apakah
ia ki
ia akan melakukannya? Apakah kaupikir ia yang membunuh-ku? Kaupikir ia
merencanakan membunuh Paman Derian?"
Untuk pertama kalinya, Farold terdengar prihatin akan seseorang seiain
dirinya. "Aku ragu ia akan membunuh Derian," Selwyn
meyakinkan dia. "Hal im akan tampak jelas. Orang akan mencurigainya
apabila kalian berdua mendadak tewas."
"Tetapi ia dapat menunggu selama dua atau tiga tahun,9 kata Farold, kini
dipenuhi semangat mencurigai, "lalu ia akan merab un uh nya."
"Apabila ia menunggu selama dua atau uga tahun, mungkin saja Derian mad
dengan sendirinya," kata Selwyn. "Orang setua dia."
"Wah, kau benar-benar menyenangkan, ya?" bentak Farold. "Memangnya kau
tidak pernah mengkhawatirkan perasaan orang lain?"
Sulit sekali membayangkan seekor kelelawar yang kasar memiliki perasaan.
Selwyn membayangkan dirinya bahwa ia akan bersikap lebih
manis dan tidak segamblang ini apabila Farold dalam rupanya yang lama.
"Maaf." Katanya.
"Pamanku Derian mem besar kan aku, tahu tidak?"—Farold terus
menyatakan kekecewaan nya— "dari waktu aku belum dapat berjalan atau
berbicara— sewaktu bibiku, Sela, berkata kalau tangannya sudah terlalu
disibukkan oleh Linton." "Maaf," ulang Selwyn. "Aku tidak bermaksud
apa-apa." Ia tidak
ingin mengatakan bahwa Farold sangat lambat, belum dapat berjalan,
berbicara sewaktu kedua orangtuanya wafat. Selwyn dan Farold seusia,
yang berarti Farold berumur lima tahun ketika penggilingan tua itu
terbakar, sehingga menewas-kan Earm Miller dan istrinya, Laura, serta
tiga anak yang lebih tua. Selwyn dan keluarganya
dapat mencium asap dari rumah 79
mereka, sejauh tujuh rumah peternakan. Derian bukan hanya membesarkan
Farold. Ialah yang menyelamatkan anak im dari api. "Tadi aku tidak
berpikir," kata Selwyn. Farold mendengus.
Selwyn bertanya-tanya bagaimana mengembalikan arah percakapan ini.
Sementara ia masih memikirkan hal im, Farold berkata, "Jika Linton
membunuhku— yang menurutku tidak mungkin— tapi jika ia
melakukannya, bagaimana kau membuatnya agar mau mengakui perbuatannya
itu?" Dengan perlahan-lahan ia berbicara sambil berusaha mencari jalan
keluar, "Seseorang melihatku di desa setelah hari gelap. Mungkin orang
im melihat Linton juga."
"Linton tinggal di desa," dengan cepat Farold menunjukkan. "dengan orang
ma, tiga saudara laki-laki, dan dua saudara perempuan."
Selwyn dapat melihat Farold memurar mata kelelawarnya. Tidak sadarkah ia
betapa beruntungnya ia karena dahan yang ia gelantungi jauh dari
jangkauan? "Ya. Tetapi kata Derian, saat im kalian bertiga makan tengah
malam dan Linton langsung pulang. Mungkin seseorang melihatnya keluar
lagi setelah im dan pulang ke penggilingan."
"Dan siapa pun yang melihat ini tidak terpikir untuk menyebutkan
hal ini sebelumnya—sewaktu kau dihukum mati —dan kini ia akan
menceritakan semua?"
Selwyn merasa tidak nyaman dengan kekasaran Farold. "Sebelumnya,"
ujarnya, "semua orang begim yakin aku membunuhmu. Mereka mungkin
tidak berpikir untuk menceritakan kegiatan Linton." "Oh, bisa jadi. Kini
semuanya jelas."
Yang membuatnya geram adalah Farold ternyata benar. "Dan," sambung
Selwyn. "Aku perlu menemukan siapa yang menemukan atau mencuri pisauku."
"Pisaumu?"
Selwyn pikir suara Farold terdengar aneh, dan ia menatapnya. "Aku
terbunuh oleh pisaumu?"
Apakah Farold merasa perlu diyakinkan kembali bahwa bukan Selwyn yang
membunuhnya? "Ya," jawab Selwyn.
Namun yang dikatakan oleh Farold hanya, "Oh."
i"Apa?" tanya Serwyn dengan curiga. - "Pisaumu ada padaku." Farold
mengaku. "Apa? ulang Serwyn."Jangan bernada seperti itu padaku," Farold
memperingat-kan, terdengar sama seperti ibu Selwyn kalau mengatakan hal
serupa. Selwyn menolak untuk rerlibat dalam perdebatan im "Jangan bicara
soal nada kalau kau yang mencuri pisauku!" irt "Aku cuma bermaksud
untuk bergurau," kata Farold. "Apa kau tidak bisa bercanda? Toh aku
berencana akan mengembali-kannya."
"Kalau bercanda, kau akan mengembalikannya dalam sehari. Buktinya, kau
telah menyimpan pisau itu selama tiga minggu."
"Ya, bagaimana ya..." kata Farold, tetapi jelas tidak tahu harus
mengatakan apa lagi. Ia membetulkan sayapnya. "Ini tidak ada gunanya,"
ia menarik napas.
Selwyn masih ingin menggoncang-goncang tubuh kelelawar im hingga
bola matanya berantakan. Ia mengambil napas dua kali dan menggeretakkan
giginya. "Apakah ada yang tahu," tanyanya dengan
geram, "kau menyimpan pisau itu? Mungkin Linton?" Ol
"Tidak," jawab Farold perlahan, sambil berpikir, "bukan Linton, tapi
Merton."
"Merton?" ulang Selwyn tercengang. Merton adalah saudara laki-laki
Raedan, sahabatnya—ia pun berteman dengannya. Atau setidaknya Selwyn
mengira mereka berteman. Sungguh buruk menyadari hal itu—-
selama berhari-hari ia kelelahan mencari pisau yang hilang— sedangkan
Merton mengetahui letaknya. Dengan demikian ia sama jahatnya dengan
Farold. Tetapi yang lebih buruk adalah apa yang terjadi di rumah Bowden.
Ketika itu, di bawah penyelidikan Bowden, Selwyn menjelaskan bahwa ia
telah kehilangan pisau, dan Merton mengiyakan namun tidak menyebutkan
sama sekali bahwa ternyata Farold memegang pisau itu sekian lama. Sama
sekali tidak, bahkan ketika Bowden memutuskan bahwa hilangnya pisau
tersebut
menunjukkan bahwa Selwyn telah merencanakan untuk membunuh Farold.
"Merton tahu kau menyimpan pisauku?" tanyanya, hanya unmk memastikan
bahwa ia memahami semua ini dengan benar. "Setelah
sekian lama?" Tidak mungkin selama itu.
"Dialah yang menemukan pisau im," kata Farold. "Kau menjatuhkannya
sewaktu semua orang menolong janda Snell menyabit rumput kering.
Merton menemukannya di re-rumputan setelah kita selesai makan.
Kami mengira ini bisa menjadi lelucon yang sera setelah selama ini kau
memamer-mamerkan pisau itu, seperti biasa—"
"Aku. J/ sanggah Selwyn memotong. Namun ia tidak dapat
menyangkalnya. Ia sangat bangga dengan pisau yang dibawa ayahnya pulang
dari perang. Ia memang cenderung mengeluar-kannya kapan pun ia punya
alasan untuk memamerkan gagang-nya yang indah. Pisau im memang pisau
besi berkualitas tinggi
yang ujungnya lebih lancip daripada pisau-pisau biasa milik penduduk
desa. Namun, ia malah bertanya, "Apakah Raedan juga tahu?"
Farold mengangkat bahu, "Aku tidak menceritakannya, tetapi mungkin
Merton yang bilang padanya. Kami bosan men-dengarkan omonganmu yang
selalu menyombongkan pisau im," katanya. "Aku bilang aku yang
menyimpannya, karena kami berdua tahu apabila Merton yang memegangnya,
ia tidak akan mungkin sanggup berpura-pura tidak tahu begim ;kaji mulai
bertanya-tanya. Tetapi aku memang berniat akan mengembalikannya."
"Apakah ia tahu kau menyimpannya di mana?" Merton? Pikirnya. Merton,
atau mungkin Raedan?
Farold mengangkat kedua sayapnya. "Rasanya aku tidak mengatakan nya
secara khusus," katanya. "Tetapi aku menyimpannya di dalam ko tak
pakaianku—cukup mudah untuk menemukan nya."
"Rasanya tidak mungkin seorang lelaki masuk ke kamar lelaki lain
dengan niat membunuhnya, lalu mencari-cari senjata." "Menurutmu, mengapa
Merton masuk ke kamar dan berniat untuk
membunuhku?" tanya Farold.
"Apa lagi alasan dia masuk ke kamarmu di tengah malam, perlahan- lahan
agar tidak membangunkanmu?"
"Kami tidak tahu jika ia yang melakukannya," Farold menaikkan nada
suaranya, sama seperti Selwyn. "Aku mengira kau mengatakan Linton- lah
yang membunuhku." "Entahlah," teriak Selwyaau ?Aku tidak tahu siapa yang
melakukannya. Menurutku, mungkin saja Linton pelakunya. Mungkin juga
MertomiAtau orang lain. Aku tidak berada di
sana, karena terlalu tolol untuk bangun ketimbang dibunuh. Kau ada
di sana." Sulit membayangkan Merton sebagai pem-bunuh, tetapi sulit juga
membayangkan dirinya menjadi pencuri—atau, yang terbaik, sebagai penipu
yang bersedia membiarkan kecurangan berlangsung terus walaupun ia
dibiar-Jtan sendiri di dalam gua hingga mati.
"Wah, jangan luapkan amarahmu padaku," kata Farold. "lebih baik aku
makan serangga daripada cUhina seperri ini." Ia mengepakkan sayap dan
hilang di tengah kegelapan malam, meninggalkan Selwyn
sendiri.+
SEPULUH
Ketika Selwyn terbangun setelah beberapa jam tertidur, ia terkejut
karena menemukan Farold telah kembali dan meng-gantungkan diri di dahan.
Pada malam sebelumnya, ia tidak heran kalau dirinya ditinggalkan
sendiri.
Selwyn meminum air sungai dan menemukan segenggam lebih buah beri.
Tetapi, musim buah hampir selesai dan sebagian besar beri rusak serta
berwarna cokelat, sehingga hampir tidak memuaskan rasa laparnya.
Sepanjang waktu tersebut, Farold tidak bergerak sedikit pun. "Farold,"
panggilnya.
Farold terus menggan tung, sayapnya membungkus tubuhnya. "Farold,
wakrunya pergi." Tak ada reaksi.
Mungkin ia telah memutuskan untuk kembaU ke dunia akhirat, sepeni
yang pernah ia ancam. Atau mungkin tubuh kelelawar itu sendiri telah
mati. Lalu di mana Farold?
Sambil berjaga-jaga, Selwyn menggoyang-goyangkan tubuh makhluk
mungil itu, tubuhnya masih bergetar dan kedua sayapnya ditarik lebih
ketat lagi— menunjukkan bahwa makhluk itu ternyata masih hidup. "Pergi
sana," Farold bergumam dengan
malasnya.
Selwyn menyandarkan tubuhnya lebih dekat lagi, sehingga ia dapat terus
menyodokkan jarinya untuk kedua kalinya dan berteriak
sekeras-kerasnya di telinga kelelawar itu: "Farold, kau pemalas!
Bangun!"
Kelelawar itu menggeiam, memamerkan giginya yang kecil mungil, tapi
sangat panjang.
Selwyn tetlonjak ke belakang, tapi kelelawat itu tidak me- nyerangnya.
Sekali lagi makhluk itu mengatupkan kedua belah matanya.
"Farold," desak Selwyn. "Sudah pagi."
"Aku tahu," jawab Farold, tanpa membuka matanya sedikit-pun. "Kelelawar
adalah binatang malam."
"Kau bukan kelelawar," Selwyn mencoba menyadarkannya. "Bukan kelelawar
sesungguhnya."
"Katakanlah itu pada tubuhku. Lagipula aku terjaga se-malaman." "Aku
juga."
"Mungkin seseorang yang tolol telah mengubahmu menjadi kelelawar juga,"
kata Farold. "Sebaiknya kauperiksa."
Selwyn menggoyang-goyangkan batang pohon tempat Farold bersandar. Namun
kaki mungil Farold yang bercakar menahannya. Ia membuka salah satu
matanya dan membelalak ke arah Selwyn. "Pergi sana," ujar Farold.
"Kembalilah nanti pada waktu matahari terbenam."
86
"Aku tidak mau membuang-buang waktuku seharian hanya untuk menunggumu."
Bcrsusah-susah sepanjang hari penuh.
"Ya sudah, pergi saja sendiri," kata Farold. "Kau yang tidur
semaJam, padahaJ itulah waktu yang cepat untuk mulai bekerja. Jangan
bicara kepadaku soal kemalasan."
"Kita sepakat," kata Serwyn, padahal mereka tidak ber-sepakat sama
sekali— "untuk tidak baik bepergian pada malam hari, karena para
penduduk desa akan mengusir kita."
"Kau tidak dapat melawan dorongan hati," kata Farold di tengah- tengah
kantuknya. Selwyn tidak berani meninggalkan makhluk itu. Farold mungkin
tidak dapat pergi ke Penryth sendiri. Tadi malam, pada awalnya, ia tidak
tahu kalau kelelawar im tidak sanggup berdiri. dan hampir tidak bisa
terbang. Segala sesuatu akan tampak berbeda dan membingungkan bagi
seseorang yang baru saja menemukan dirinya berjalan sepanjang hari dan
bepergian di udara. Namun bagaimana cara seseorang
membawa kelelawar yang sedang tidak berniat bepergian? Elswyth
tidak membekali-nya peralaran—tapi tampaknya dia beranggapan bahwa
seorang petualang akan bepergian di siang hari. Ia jelas tidak ingin
membawa Farold di tangannya ke mana-mana. Sambil memandang
ke sekeJilingnya, terlihat olehnya topi jerami yang dibuat Elswyth dari
potongan kain wol. Membawa Farold di puncak topi mungkin sedikit lebih
baik daripada membawanya di telapak tangan. Katanya, "Baiklah, kau bisa
bergelantungan di batang pohon itu, dapatkah
kau bergelantungan di pinggiran topiknl*
Sekali lagi Farold membuka sebelah matanya yang terkantiik-kantuk.
"Nanti kelihatan tolol," ujarhya. Kau punya usul yang lebih jitu?"
87
Farold menghela napas. Selwyn pun mengenakan topinya. Kemudian, Farold
meiepaskan diri dari batang pohon im dan mengepakkan sayap ke arah
bagian belakang topi. Ia hampir tidak memiliki beban sama
sekali, terayun-ayun. "Sudah kukatakan, kau harus memintanya untuk
mengubahku menjadi seekor anjing."
Selwyn mengitari desa Penryth menuju rumahnya terlebih dahulu. Ia
tidak tahu bagaimana menjelaskan apa yang terjadi serta meyakinkan
keluarganya bahwa ia sungguh-sungguh dirinya. Namun ia tidak sanggup
membayangkan mereka menganggapnya telah mati, atau yang lebih buruk
lagi, sedang sekarat.
Saat ia semakin dekat, menyeberangi tanah yang bam saja dipanen, ia
tidak melihat tanda-tanda kegiatan, bahkan asap dari api di dapur
sekalipun tidak. Beberapa ekor ayam mengais-ngais di pekarangan, tidak
mempedulikan dirinya.
Ia membuka pintu dan memanggil, "Halo."
Satu-satunya jawaban datang dari bagian belakang topinya. "Tidak bisakah
kau pelankan suaramu selagi orang normal sedang mencoba
untuk tidur?" gumam Farold.
Selwyn menahan diri untuk tidak mengatakan bahwa Farold tidak normal
sama sekali, bahkan semasa ia hidup.
Ia melangkah masuk ke dalam rumah dan melihat tak seorang pun
berada di rumah, bahkan neneknya sekalipun, yang jarang bergerak dari
tempat kegemarannya di ruang tengah, juga tidak ada. Ruangan im tidak
berantakan: lantai dipel dengan bersih sama seperti yang biasa dilakukan
oleh ibunya, tempat tidur tertata dengan rapi,
meja bersih, kursi tempat keluarga menyantap m akan an terletak di
tempatnya di bawah meja.
Selwyn mengolcskan tangannya pada debu di ruang tengah dan
merasakan tempat itu memang bersih. Tidak seorang pun memasak pagi ini
dan membiarkan api mati. Itu berarti keluarganya pergi kemarin atau
lebih dini lagi—tapi ia pikir hal itu rasanya tidak mungkin:
semarah-marahnya orang-orang di desa untuk mengganjarinya hukuman mati,
keluarganya tidak akan meninggalkan peternakan untuk mencari kerja lagi
di tempat lain. Yang lebih tepat lagi, seseorang telah me-mutuskan untuk
tidak membiarkan keluarganya sendiri, tidak pada saat ia belum mad,
karena mereka masih dapat merencana-kan sesuatu untuk mengeluarkannya
dari dalam gua.
Jelas sekali, pikirnya, tentu saja mereka berada dalam keadaan baik dan
aman.
Ia menemukan makanan: lebih banyak bukti, karena tak ada seorang pun
yang bepergian menjelang musim dingin dan meninggalkan makanan. Terdapat
setengah potong roti, begitu keras, sehingga ia
harus mencelupkannya ke dalam air agar cukup Iunak untuk dimakan— suatu
tanda bahwa roti itu telah berada di sana sejak diambil. Ada
juga buah-buah dan sayur mayur yang ia makan tanpa disiangi dan mentah
hingga akhirnya, akhirnya perutnya penuh kembali.
"Heh!" terdengar suara di belakangnya:—kali ini bukan Farold. Selwyn
segera membalikkan badannya dan menemukan Merton berdiri di pintu.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Merton. "Apa yang kau lakukan di
sini?" balas Selwyn, teringat masalah pisau. Merton menyipitkan matanya
ke arah Selwyn. Ia membawa sebuah sekop—sekop mereka—di pundaknya, namun
kini ia
melayangkan sekop itu ke mbuhnya, dan ujung logamnya yang tajam mengarah
pada Selwyn.
Tidak mungkin ia dapat mengenaliku, Selwyn mengingatkan dirinya. Ia
melihat seorang asing—seorang asing yang berada di dalam rumah
yang bukan miliknya, menyantap makanan yang bukan miliknya. Dengan
keyakinan bahwa Farold tidak terpikir untuk berbicara, Selwyn menurunkan
pandangan matanya agar terlihat tenang dan tidak ingin memulai
perkelahian. Katanya, "Maaf. Kau sangat menakutkanku. Aku hanyalah
seorang pengembara malang yang kelaparan yang terpisah dari kelompok.
Aku berkelana dan tersesat selama dua hari. Rumah inilah yang per-tama
kali aku temui dan aku
datang untuk meminta makanan. Tapi aku tidak menemukan seorang pun di
sini." Merton tetap tidak mengatakan apa pun dan Selwyn tidak tahu
seberapa masuk akal kisahnya bagi lelaki im.
"Maaf," kata Selwyn—sebagai seorang pengembara, ia tidak mungkin
mengetahui bahwa ini bukan rumah Merton, sehingga ia berpura-pura
seolah-olah mengira Merton pemilik rumah itu—"Maaf, aku mengambil
makananmu. Aku senang sekali bila dapat bekerja untukmu sebagai
bayaran." Mungkin ini dapat menjadi alasan untuk tinggal agar dapat
menemukan lebih banyak hal mengenai apa yang terjadi pada malam
pembunuhan itu.
Perlahan-lahan Merton menurunkan sekop. "Aku bukan pemilik rumah ini,"
katanya, sungguh melegakan: Selwyn menemukan kemungkinan bahwa
peternakan ini dirampas dari kedua orang tuanya, karena anak mereka
telah menjadi pem-bunuh. Merton menambahkan, "Aku hanya menjagai hewan
ternak ..."—ia ragu-ragu —"sementara para pemiliknya pergi ltira-kira
selama sehari."
Hewan cernak Tentu saja towan-hewan perlu dirawat. Seh*^ ingat
bahwa ayam-ayam itu akan segera mengerumunj^ apabila mereka tidak makan
berhari-haii Apabila kanH,-dibiarkan lepas tanpa makanan, mereka akan
berkeliaran ten« dan apabila mereka tidak dilepaskan, pasti sekarang
mereka hampir kelaparan. "Terima kasih," kata Selwyn dengan sepenuk had.
"Kau baik sekali."
Merton terbingung-bingung tidak habis pikir, bagaimana sang pengembara
ini perlu berterima kasih untuk perhatiannya kepada
hewan milik orang lain.
"Aku... ehhh.. .telah bersumpah akan mempersembahkan doa di kuil Santa
Agnes bagi semua orang baik yang aku temui di sepanjang perjalanan."
Tapi tidak termasuk dirimu, ujar Selwyn di dalam benaknya.
Menjagai hewan-hewanku, tetapi meninggalkanku hingga mati. Ia tersenyum
cerah kepada Merton.
Kata Merton, "Mereka yang tinggal di sini adalah orang-orang baik.
Berdoalah bagi mereka, aku yakin mereka tidak akan marah karena
memberimu makanan ini." "Apakah mereka .membutuhkan doa?" Selwyn
berusaha terdengar naif. "Secara khusus?"
Merton tampak terkejut namun hanya menjawab, "Bukankah setiap orang
membutuhkannya?"
"Siapakah mer^bj£" tanya Selwyn. "Di manakah mereka? Merton menyipitkan
matanya kembali dengan curiga. "Banyak tanya juga kau, ya?"
Kata Serwyn, "Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka. Aku
yakin apa yang aku makan hari ini di iini telah menyelamatkan hidupku."
"Aku akan sampaikan terima kasihmu kepada mereka, uj31 91
Merton kepadanya. "Sebagian besar waktuku kuhabiskan di jjpi.
petetnakanku ada di sebelah."
Tapi tampaknya tidak, mungkin Merton curiga bahwa dirinya adalah
seorang pencuri dan hendak memperingatkannya bahwa tempat ini diawasi
dengan baik. Selwyn berharap ia tidak terlalu terlihat terkejut karena
baik seorang pengembara maupun pencuri tidak akan tahu apabila Metton
telah berbohong.
"Baikah, semoga Tuhan menyertai penghuni peternakan ini," katanya.
"Semoga kalian semua memperoleh pahala atas perbuatan kalian," ia
mengatakan kalimat kedua dengan ke-tulusan had.
Merton memandangnya dengan penuh kemarahan, dan Selwyn pikir itu
merupakan bukti dari perasaan bersalahnya.
Namun lagi-lagi, mungkin karena ia melihat sesuatu di belakang
topi Selwyn sewaktu lewat di hadapannya—Farold sang kelelawar yang
bergelantungan di ujung topi.
SEBELAS
4* " - J
"Wah, tindakanmu tadi tepat sekali," ujar Farold sewaktu mereka berjalan
ke arah jalan pedesaan. "Kita banyak belajar, ya? Serwyn kurang berun
tung karena sesungguhnya ia berharap agar
Farold tertidur selama percakapan yang penuh kesalahan itu. Diam,"
gerutunya. Ia menoleh ke belakang untuk berjaga-jaga apabila
Merton memastikan bahwa ia benar-benar pergi, dan ternyata betul. Merton
terus memperharikannya sambil menyangkuli kebun ibunya yang
akan menghasilkan sayuran hingga musim dingin tiba.hu pun kalau kebun im
bersih dan dedaunan dan kotoran, Sepadan dengan
tindakannya mem' berikan pisauku kepada Farold untuk memberiku pelajarw*
pikirnya, tetapi tidak sepadan dengan tindakannya untuk tidak berbicara
sewaktu pisau itu berada dalam tubuh Farold. Merton
berhenti mencangkul dan membelalakkan matanya. Selwyn pura-pura
melambaikan tangan yang tidak dapat menyingkir-kan kecurigaan
Merton bahwa ia adalah pencuri.
"Jadi siapa lagi yang akan kita tanyai?" tanya Farold dengan posisinya
di belakang topi jerami Selwyn.
Selwyn memutuskan tidak akan membiarkan cemoohan Farold im mengecilkan
dirinya. "Ayo berikan nasihatmu, kelelawar yang bijaksana," katanya.
Farold berpikir, "Aku sungguh-sungguh butuh minuman." .. Selwyn
berhenti, memegangi topinya dan memutarnya sehingga Farold yang
bergelantungan terbalik dan terlempar ke depan wajahnya. "Jangan
sekali-sekali memikirkan hal itu," ia memperingatkan. Memikirkan seekor
kelelawar yang mabuk cukup membuatnya bergidik. Ia tak sanggup
membayangkan kelelawar ini jika terlalu banyak minum— siapa yang dapat
me-nebak seberapa banyak takaran bagi seekor kelelawar?—itu cukup
membuatnya kehabisan napas.
"Sepertinya kau sanggup meneguk bir Orik," kata Farold. "Minuman itu
bisa menyingkirkan kerdipan aneh salah sam matamu, dan mungkin bisa
membuatmu menjadi teman yang menyenangkan." Sebelum Selwyn dapat membuka
mulutnya untuk menjawab, Farold melanjutkan, "Selain im, tempat mana
lagi yang lebih baik dari kedai bagi orang yang ingin berkumpul dan
saling mendiskusikan suatu masalah?" Selwyn memikirkan hal im. "Mungkin
kau benar bahwa kedai adalah
tempat yang baik untuk memperoleh keterangan," ia mengakui. Tapi—
pertama-tama—aku tidak punya uang. Dan—yang kedua—apa yang akan
aku lakukan: Masuk ke sana dan berkata, "Aku dan kelelawarku ingin minum
bir?" "Pengembara selalu meminta-minta," kata Farold.
"Bukan pengembara ini," bentak Selwyn. "Huh," gerucu Farold. "Dan
ketiga, aku juga tidak mau berbagi minuman denganmu."
Namun mereka tetap pergi ke kedai Orik, karena Selwyn tidak tahu harus
melakukan apa hup.
Dan di sana mereka menemukan ayah Selwyn. Selwyn tertegun di pintu
masuk. Ayahnya berada dalam posisi yang sama dengan sewaktu ia terakhir
kali melihatnya: terikat pada bangku, walaupun pada waktu im ia berada
di tengah-tengah ruangan Bowden, dan kini di sudut kedai Orik.
Setidaknya saat ini mulutnya tidak disumbat. Ia duduk terkulai, terlihat
marah, sedih, dan sangat-sangat bosan.
"Tetap bergerak, tetap bergerak," bisik Farold di telinganya. Serwyn
tidak yakin apakah Farold masih bergelayutan di
belakangnya, memaksanya maju karena tidak bisa melihat, atau masih
mengharapkan minuman, atau apabila ia melihat ke mana mereka
pergi, ia telah melihat ayah Selwyn dan berharap Selwyn tidak akan
mengatakan atau melakukan sesuatu yang akan menjatuhkan mereka. Selwyn
tetap maju, sekali lagi karena ia tidak tahu hams berbuat apa.
Tidak ada tanda-tanda kehadiran ibu dan neneknya. Bahkan, selain
Orik, hanya ayahnya yang berada dalam kedai itu.
Orik yang duduk di salah satu meja, yang tampak tertekan karena ayah
Serwyn, segera melompat benliiin3Akhirn^* ia menjerit, "seorang
pelanggan!"
Selwyn berusaha untuk tidak memandang ayahnya. Ia tidak mungkin
mengenali dirinya dalam samaran—dan walaupun ia dapat mengenali, Selwyn
tidak menginginkannyai karena
hal itu akan mengakhiri segala sesuatu, apalagi semua im
disaksikan Orik Maka ia menatap Orik, dan membiarkan ucapan Orik masuk
dari telinga ke benaknya. "Oh," ia berkata, "sayangnya aku hanya seorang
pengembara yang lewat, tanpa uang, dan bersedia bekerja untuk sesuap
makan dan tempat tidur di sudur selama sam atau dua hati;" :
Orik mulai menyeka meja begim matanya memandang Selwyn, walaupun meja
tersebut sama sekali tak bernoda, Seluruh meja tak bernoda.
Demikian pula dengan lantai dan dinding. Belum pernah Selwyn menyaksikan
ruangan sebersih ini. Namun mendengar perkataan Selwyn, Orik
melemparkan taplak mejanya, "Memang kelihatannya aku butuh bantuan?"
tanyanya. "Melayani keramaian? Menjaga agar para pembeli tidak saling
dorong pada waktu membayar?"
"Ehh...," ujar Selwyn. Pandangannya kembali termju pada ayahnya yang
tampangnya tidak jelek-jelekamat. Tidak banyak lelaki yang
terikat di sudut kedai, dan mungkin orang-orang akan penasaran
dibuatnya.
"Ya," kata Orik, melihat arah pandangannya. "Tampaknya kau telah
menemukan permasalahannya," Ia berjalan mendekati salah sam tong
minuman, menarik penump, dan menuangkan secangkir bir. Selwyn merasa ia
mendengar Farold menjilat bibir kelelawarnya yang mungil. Tetapi Orik
menghabiskan minuman itu dalam sam tegukan. "Siapa yang ingin datang ke
tempat ini, menghabiskan uang, dan memandangi wajah seperti im?"
Ayah Selwyn membelalakkan matanya dan Selwyn berkata, "Aku...lalu
mengangkat tangannya dengan putus asa.
"Tepat sekali," kata Orik dan menuangkan bir ke dalam cangkirnya yang
kedua. "Lalu mengapa ia- di sini?" tanya Selwyn. "Karena tidak ada
tempat
lain untuknya,"* "Oh, begitu," ujar Selwyn, seorang pengembara sejati
tidak akan— atau tidak dapat—mengatakan hal itu hanya dengan
mendengarkan penjelasan Orik yang terpotong-potong. Selwyn menyadari ia
tidak boleh terdengar terlalu tahu atau Orik akan menjadi curiga. Lalu
ia berkata, "Apa yang telah ia lakukan?"
Ternyata Orik menjadi curiga. "Kalau kau hanya lewat, kau tidak perlu
tahu."
"Tidak," jawab Selwyn. Namun ia mencoba untuk menangkap mau ayahnya,
untuk memperlihatkan—paling tidak—suripatinya, Tetapi ayahnya sedang
tidak memandang ke arahnya.
"Pergilah sekarang," kata Orik kepadanya. "Aku tidak sanggup m em
berikan mu derma."
Namun sebelum Serwyn dapat meninggalkan tempat itu, pintu kedai terbuka.
Serywn berharap ada orang yang datang untuk dilayani dan
mengurangi am arah Orik. Namun Orik— yang segera melihat dengan penuh
rasa ingin tahu—hanya berkata, "Oh, kau nipanya."
"Kau," yang ternyata adaJah Thorne. Ia masuk dan berkata, "Aku cuma mau
memeriksa Rowe."
i *Tentu saja," kata Orik "Apa lagi alasan orang datang ke sini?" Thorne
terdiam dan memandangi Selwyn. Selwyn melihat rasa tidak setuju pada
pandangannya, tapi setidaknya bukan rasa mengenali dirinya. Selwyn
mengira bahwa banyak dari penampilannya sebagai pengembara yang tidak
dapat disetujui— terutama di sekitar bagian topinya, yang jelas menerima
tatapan tajam Thorne. Tetapi lelaki itu memalingkan wajahnya dan
menanyakan ayah Selwyn. "Semua baik- baik saja? Ada yang diperlukan?"
Ayah Selwyn melemparkan tatapan dingin pada Thorne.
"Nelda akan segera mengantarkanmu makan malam," kata Thorne, seolah-olah
ia bam saja menyampaikan sal am hangat. "Aku baru saja melewati mmah
Bowden dan melihatnya berkemas-kemas."
Ayah Selwyn tetap saja tidak mengatakan apa pun, walaupun Selwyn merasa
lega karena telah mengetahui ibunya yang tinggal bersama
keluarga Bowden. Mungkin neneknya juga berada di sana karena dia bisa
saja menyusahkan orang dan hanya sedikit orang yang bersedia menjaganya.
"Apakah kau perlu menggunakan ember?" tanya Thorne. Namun Selwyn tidak
mengatakan apa pun. .
Thorne menundukkan badannya untuk memeriksa ilea tan tali yang
menahannya. "Tidak lagi," katanya.
"Apakah seharusnya aku merasa lebih enak?" ayah Serwyn men jawab sambil
membelalakkan matanya.
Hal itulah yang membuat Selwyn tersadar bahwa mereka sedang menantikan
hari yang diharapkan di mana ia tidak dapat bertahan.
Ia telah menduga hal ini, tetapi sulit rasanya untuk mendengar hal im.
"Heh!" teriak Orik. "Heh!" ia mengibas-ibaskan tangan ke sekitar
kepalanya. "Hama sejenis apa yang kaubawa ber-samamu?"
Thorne melihat ke sekelilingnya. Demikian pula Selwyn, walaupun ia sudah
sudah dapat menebak apa yang sedang terjadi—dan tebakannya adalah
Farold.
Orik berputar-putar sambil mengacak-acak rambut dengan jarinya— yang
tidak lebat—dan menepuk-nepuk taplak serta melambai-lambaikan
celemeknya lalu melihat ke atas, ke bawah dan seputarnya. "Ada yang
terbang dari arahnya dan tercebur
ke dalam minumanku," Orik menjelaskan, sambil meyakinkan agar Thorne
tidak mencurigainya kemasukan roh. "Selama empat hari tak seorang pun
berkunjung kecuali kau dan Nelda yang datang untuk Rowe. Sekarang aku
kedatangan seseorang dengan hama perusak yang terbang dan minum bir."
Selwyn memutuskan untuk pura-pura tak bersalah. "Apa?" ia bertanya
dengan wajah kosong, tidak membiarkan matanya menatap Farold, yang
tampak tergantung pada lemari tempt tong-tong bir disimpan, yang tampak
semangat meneguk tetes-an bir yang bocor dari tempat Orik menukar
penutup minuman. Thorne memandangi Selwyn dengan pandangan seolah-olah
baru saja
menggigit buah asam. Ia bertanya kepada Orik, "Maksudmu binatang jorok
dan menjijikkan yang tergantung di topinya?"
Farold mengeluarkan suara untuk membantah dan menarik perhatian Orik.
"Heh," sergah Orik sekali lagi menatapnya. "Topiku?" tanya Selwyn,
berusaha terdengar naif dan tak berbahaya. Ia melepas topi dan memutai
benda itu dengan tangannya seolah memeriksanya. "Rasanya
tak ada yang aneh dengan topiku."
Farold sedang berendam dan menukik sambil mengeluarkan suara wuah- wuah
yang Selwyn percayai tak pernah di-keluarkan oleh satu jenis kelelawar
pun sebelumnya. Orik mengejar Farold dengan sapu, tetapi—karena lebih
melihat arah pergi Farold daripada di mana dia sebenarnya— ia tersandung
sebuah kursi sehingga sapunya terlepas, melayang, dan hampir saja
mengenai Thorne kalau ia tidak segera me-ngelakkan tubuhnya ke belakang.
Satu-satunya masalah adalah kursi ayah Selwyn ada di sana dan kursinya
tidak bisa mundur.
Ia, kursinya, dan Thorne terjungkal ke lantai, bersama dengan Orik.
Pintu terbuka dan seseorang masuk. Farold melarikan diri dengan salah
satu sayapnya terkembang sehingga Selwyn yakin bahwa
kelelawar itu sama sekali tidak peduli.
"Kau baik-baik saja?" Selwyn betgegas menolong ayahnya tanpa
mempedulikan Orik dan Thorne—hampir saja me-langkahi tubuh Thorne untuk
mencapai ayahnya.
Meski terbaring miring, ayahnya berusaha mendesak-desakan tali yang
mengikatnya dan berharap dirinya terlepas.
Thorne mendorong Selwyn agar menjauh darinya dan berusaha
mendekat! kursi. Lalu tiba-tiba muncullah Merton yang datang untuk
menolongnya— ternyata dialah yang batu memasuki tempat itu. Selwyn
melihatnya menundukkan badan untuk menghindari Farold dan tidak
mengenali siapa dirinya.
"Ada apa di sini?" tanya Merton, sementara Thorne me-mastikan bahwa
ikatan tali masih kuat.
"Entahlah," gerutu Ofik. Ia berdiri di pintu masuk sambil
mengayun-ayunkan tongkat sapu, melihat ke kiri dan kanan seolah- olah
mengharapkan kehadiran tamu bersayap lain yang tidak ia harapkan. "Orang
menyebalkan ini datang bertanya ini itu, dan ia dikelilingi oleh
taksasa menyebalkan yang me-nyerang kami." "Raksasaf pikir Selwyn.
" Dia juga bertanya-tanya tentang rumah Rowe," ujar Merton. "Ia lebih
dulu sampai di rumah itu sebelum aku. Dan aku mengikutinya untuk melihat
rencana buruk apa yang ada di benaknys.".
Selwyn berupaya tampak tidak bersalah. la sungguh-sungguh menatap lelaki
itu untuk pertama kalinya. Serwyn
1 VI/
berharap Elswyth telah mengerjakan tugas dengan mengubah wajahnya sebaik
ia mengubah pakaiannya.
"Rumah Rowe?" ulang Thorne. ii Orik yang masih mengamati dari pintu
mengatakan, "Mungkin ia adalah sejenis makhluk terlatih yang
dapat terbang dan mampu membunuh dari Prancis atau negara lain;
"Kelelawar itu," Merton menjelaskan pada Orik. Kepada Thorne, katanya,
"Mungkinkah makhluk itu salah satu kerabat Rowe? Mereka mengabarkan
bahwa mereka dalam bahaya?"
"Tidak ada kesempatan untuk melakukan hal itu," kata Thome. Selain itu,
Rowe tidak memiliki kerabat. Dan selain itu, lihat dia, ia tidak
mengenalinya."
Ayah Serwyn sedang mengamatinya seolah-olah berusaha untuk mencari
kemungkinan siapakah ia. Namun kini wajahnya kembali kosong, sehingga
Thorne tidak dapat memperoleh apa pun darinya. Sambung Thorne, "ia cuma
seorang pengembara yang serba salah, jorok, dan terlalu ingin tahu."
Selwyn merasa tersinggung. Orik-lah yang serba salah, bagian yang jorok
akibat ulah Farold—karena menjatuhkan kotoran kelelawar di seluruh
punggung dan bahunya setelah Elswyth membersihkannya
secara khusus. Tetapi ia tidak dapat mengelak dari tuduhan terlalu ingin
tahu. "Baiklah," akhirnya ia berkata sebelum mereka mengubah pikiran
mereka dan memutuskan untuk mengikatnya pada kursi, "karena tidak ada
tawaran pekerjaan dan keramahandi tempat ini, sebaiknya aku pergi." Satu
tahun, pikirnya. Aku telah membayar satu tahun untuk samaran ini, dan
sia-sia semuanya.
Ia menaruh kembali topinya di kepala, meluruskan jubah pengembaranya,
dan meninggalkan kedai im.
101
Di belakangnya terdengar pintu terbuka.
"Bawa tikus dekilmu im!" tetiak Orik di belakangnya.
Bisa saja Selwyn membalas berteriak, "Kelelawar beda dengan tikus!"
tetapi tebaknya Orik mungkin tidak terlalu tertarik
mendengarnya. Ia terus berjalan karena menyadari bahwa Thome dan
Merton ada di luar dan berdiri di samping Orik untuk memastikan bahwa
kali ini ia sungguh-sungguh pergi.
Sewaktu ia melewati rumah Bowden, ia mengintai Farold yang berusaha
melihat Anora melalui jendela. Tetapi sewaktu Farold melihat bahwa
Selwyn telah pergi, ia menukik ke bawah dan mencengkeram bagian depan
topi lelaki im sehingga ia berayun-ayun di muka wajah Selwyn. "Maaf
kalau tadi aku bertindak agak konyol karena kelelahan," katanya, "sudah
aku peringatkan bahwa kelelawar adalah binatang malam?"
"Mabuk," Selwyn membenarkan, marah tapi bersikap tenang sehingga
suaranya tidak akan terdengar oleh penduduk desa yang berdiri di pinggir
jalan mengamatinya. "Kau mabuk, bukan kelelahan."
Farold mengangkat bahu, mengatupkan matanya dan dalam sekejap mulai
mendengkur.
DUA BELAS
Keadaan Selwyn semakin memburuk bila dibandingkan dengan kemarin,
ketika ia tidak punya pilihan selain membiarkan Elswyth mengubah
penampilannya dengan kekuatan sihir-nya. Tak peduli seberapa jauh
berjalan, yang ia rasakan sekarang adalah ia telah memilih samaran yang
salah. Ia berpikir untuk membuat samaran lain. Ia merasa
kesal karena tindakannya yang bodoh, dan memaksa dirinya dengan keras,
"Berpikirlah! ia telah menawar tujuh tahun. Ia teringat kembali sewaktu
ia masih berusia sepuluh tahun, untuk memastikan dalam pe-mikirannya
apakah tujuh tahun itu. Perbedaan yang besar antara tujuh belas dan
sepuluh tahun. Ia berusaha berpikir ke depan hingga dua puluh empat
tahun kemudian, tapi ia tak sanggup-
Ia berjalan terus dan tahu bahwa akhirnya ia harus kembau Penryth. Ia
juga sadar bahwa ia tidak akan dapat keroba"
sebagai pengembara yang menyebalkan, mencurigakan, dan merepotkan. Namun
ia tidak sanggup berpikir lagi bagaimana mengubah samaran sihirnya,
daripada ia membayangkan bagaimana cara menyamar seperti
semalam.
Tidak ada jalan keluar. Ia membutuhkan bantuan Elswyth.
Ia berhenti dan mengambil napas dengan menggigil. Aku tidak akan
melawannya, pikirnya. Satu tahun dari semua itu tidak ada artinya sama
sekali. Baiklah, bukannya tidak berani sama sekali.
Ia menghela napas panjang lagi, dan kali ini ia merasa lebih kuat.
Hal pertama yang ia perlukan adalah menemukan Elswyth. Tetapi sebelum ia
dapat melakukannya, ia harus menemukan di mana dirinya berada. Ia telah
berjalan cukup lama tanpa mem-perhatikan apa pun, dan entah mengapa ia
kini berdiri di re-rumputan.
Hal paling masuk akal yang perlu dilakukan adalah berusaha mencari jalan
kembali, berputar ke perbukitan, ke bagian belakang gua pekuburan,
tempat ia terakhir kali melihat Elswyth. Begitu tiba di
sana, apabila ia mujur, ia pasti dapat menemukan jejak langkah
Elswyth.
Tapi bukan berani—sebagai seorang petani—ia memiliki pengalaman cukup
untuk mengikuti jejak.
Saat itu matahari berada di kaki langit. Dan ia menyadari bahwa sebentar
lagi waktunya para kelelawar mulai terbangun. Dengan pemikiran itu,
Selwyn berharap seekor kelelawar ter-tentu akan bangun dengan kepala
beidenyut-denyut sakit Namun itu bukan hal penting. Hal yang penting
adalah hampir satu hari penuh berlalu sejak ia tidak melakukan penawaran
apa pun terhadap Elswyth: satu hari dalam seminggu sejak
perempuan sihir itu menugaskannya. Pergi. Tanpa hasil. Tapi itu tak
perlu dipikirkan. Sama halnya dengan kenyataan— walaupun mengira bahwa
ia dapat menemukan kembali tempat ia dan Elswyth berpisah — maka ia akan
mencoba untuk mencari jejaknya di malam hari.
Apa lagi yang hams ia lakukan?
Dari tempatnya berdiri di padang rumput, tidak ada satu pun tanda
jalan, ke arah mana pun ia memandang. Ia memutar badannya untuk kembali
ke arah asalnya, dan merasa bahwa ia tidak mungkin sanggup berjalan jauh
di atas tanah yang kasar tanpa perhatian sedikit
pun. Sepertinya ia telah berjalan sekurang-kurangnya dalam garis lurus.
Tetapi ia berhenti setelah tiga atau empat langkah. Entah kenapa rasanya
salah. Tolol ia memarahi dirinya, dan mengambil sam langkah lagi. Tapi
ia
tak sanggup melangkah lagi.
Ia berputar kembali, ke arah jalan yang ia lalui tanpa sadar— arah jalan
yang ia yakini bukan dari sana ia berasal.
Kau membuang-buang waktu, gumamnya. Karena selama hidupnya ia
tidak pernah meninggalkan rumah lebih dari sepuluh mil. Seharusnya ia
menyadari untuk tidak mempercayai pengetahuannya tentang arah jalan.
Mungkin ada jalan di ujung padang rumput ini, atau mungkin
tidak. Tapi pasti ada jalan di belakangnya, dan tentu saja sebuah jalan
yang sebenarnya.
Walau demikian.... i
la mengatupkan mata dan berputar; perlahan-lahan, dan menyentuh detakan
jantungnya. Ia teringat jari-jemari Elswyth yang menyelusuri jantungnya,
mengucapkan mantera baginya, "Tujuh hari dan kau harus datang
kepadaku." Dan sewaktu ia menanyakan hal im kepadanya, ia berkata bahwa
ia akan tertarik
*U3
padanya. "Pasti," katanya, "kau tidak akan dapat berhenti men-
cariku." Hanya sam hari berlalu, dan tarikan im hampir tak terasa
olehnya karena terlalu perlahan. Namun ia terus mengikutinya sewaktu
pikirannya terlalu disibukkan untuk mengikuti jejak kakinya. Ia membuka
mata dan menghadap arah yang ia telah hadapi tanpa disadarinya.
Terlalu banyak bahaya di tanah yang tak rata apabila ia berjalan dengan
mata tertutup. Namun Selwyn berusaha untuk me-nyingkirkan bermacam
pikiran dari benaknya dan ia mulai berjalan.
Farold terbangun pada waktu senja.
Selwyn akhirnya menemukan jalan rerumputan, namun tak berapa lama
kemudian ia merasa dirinya hendak meninggalkan tempat itu kembali.
Kini ia berjalan di daerah yang sedikit lebih lebar daripada jalan
setapak dalam hutan lebat;
"Aku benci harus mengatakan hal ini padamu," kata Farold dengan
gaya bicaranya yang selalu penuh tuduhan, "tetapi sadar-kah kau bahwa
kita sudah berjalan meninggalkan Penryth?"
"Ya," jawab Selwyn.
"Kita ada di dalam hutan belantara," sergah Farold. "Ya," kata Selwyn.
"Apakah ini karena kau telah mengurangi daftar tertuduh hingga hanya
beruang bersenjata pisau atau serigala yang membenci
pembantu pemilik penggilingan?"
"Aku sedang mencari Elswyth," gumam Selwyn, seperti mengharapkan amukan.
Tetapi tenggorokan Farold mengeluarkan suara getaran, " Ya, dan
siapakah yang bisa menyalahkanmu karena kehilangan jejaknya — dia
penyihir muda yang manis dan penuh kasih/
"Ah, diam kau!"ujar Selwyn. 106
Ia terus berjalan walaupun sudah gelap dan Farold terus menutup mulut
selama beberapa waktu.
Kelegaan Selwyn hanya terjadi apabila Farold terbang me-
ninggalkannya beberapa kali untuk mengincar sejumlah serangga. Tetapi ia
selalu kembali.
Namun, tetap saja Farold, dengan kemampuan kelelawar-nya yang tinggi
untuk menemukan segala sesuatu dalam kegelapan, akhirnya
berkata, "Ada rumah-rumah di atas sana."
Selwyn menghentikan langkahnya dan Farold tiba-tiba terbang menukik ke
atas untuk menghindari pukulan pada bagian belakang
kepalanya.
"Oh, memang masuk akal," gerutu Farold. "Mendaki mil demi mil di tengah
hutan belantara lalu berhenti karena melihat adanya rumah- rumah."
"Shhhhh," sergah Selwyn. Ia hampir saja tidak dapat melihat bentuk
perumahan dari kegelapan, tapi tak satu pun me-nampakkan adanya lampu,
apalagi di tengah malam seperti ini. Di Penryth terdapat lebih sedikit
rumah. Kenyataan ini serta gaya desa mungil di luar belantara itu
membuatnya berpikir bahwa ini adalah desa Woldham.
Ia belum pernah ke Woldham, tetapi ia pernah mendengar desa ini dan
tentang penyihir yang tinggal di sana. Jadi itulah Eslwyth,
walaupun kisah-kisah yang ia dengar sebelumnya mengatakan bahwa penyihir
Woldham kerdil dan berpunggung bungkuk. Nenek penyihir
itu hanya memiliki mata satu. Tetapi mungkin sebagai penyihir ia telah
menemukan pengobatan. Atau mungkin menjadi Elswyth, dia
hanya berpura-pura bahwa salah satu matanya buta untuk alasan yang hanya
dapat dipahami oleh Elsywth.
"Yang mana rumahnya?" Farold berbisik, menurunkan nada suaranya, tetapi
tidak terlalu banyak.
107
"Bagaimana aku tahu?" ben tak Sehvyn.
Farold melesat di depannya dan melompat ke rumah tet-dekat, berupaya
mengintip melalui lubang dan drai. W
"Faroldy panggil Selwyn, tidak berani mengeraskan suaranya. "Farold,
kembali!" Yang ia perlukan hanya membangun-kan seseorang lalu kabur dari
desa ini juga. Entah mengapa, ia merasa Elwsyth
tidak akan membela dirinya.
Seperti biasa, Farold tidak mempedulikannya.
Ia tetap berdiri di tengah kegelapan dan menyimak kalau-kalau
sayap kelelawar Farold yang mungil mengeluarkan suara. Kemudian Selwyn
merasakan sesuatu menarik-nariknya dari sebelah kanan. Elswyth,
pikirnya. Ia berpaling ke arah im dan dalam sekejap Farold kembali ke
sisinya. i
"Kau hanya menebak atau kau memang tahu?" tanya Farold. "Shhhh," kembali
Selwyn menyuruhnya diam.
"Tetapi—," Farold mulai lagi, karena Selwyn berjalan me-lampaui
sekelompok rumah, kembali menuju jalan setapak yang mengarahkan
mereka kembali ke tengah rimba belantara.
"Kau ingin membuat marah orang-orang sedesa?" tanya Selwyn. "Kau
ingin'membuat Elswyth marah?''
Akhirnya kata-kata itu membuatnya diam.
Selwyn melihat sesuatu yang menariknya ke jalan setapak yang tak ia
lihat sebelumnya. Jalan setapak itu melintasi be* berapa pohon dan
mengarah ke sebuah rumah yang me-nyendiri, dikelilingi oleh
pagar batu setinggi bahu. Tetapi ia tidak mengikuti jalan setapak yang
menuju pintu gerbang, ia malah mengelilingi rumah itu dan menaiki
dinding,
"Tadi" tanya Farold, dengan suaranya yang anehnya terdengar keras di
telinga Selwyn, "kauperhatikan ada jalan setapak
dan gerbang dengan pengait yang sederhana, bukan? Semula juga aku tidak
mau mengatakannya, kecuali—"
"Shhh!" bisik Selwyn dengan keras, siap untuk mencekiknya. "Maukah kau
berhenti membuat keributan?" ia melompat melampaui dinding itu dan
menjejakkan kakinya di dalam gerobak kecil di sisi dinding
yang lain. Gerobak kecil itu miring karena berat badannya, sehingga ia
dan beberapa pot tanah liat terlempar ke arah pagar yang belum jadi yang
terbuat dari kayu dan tali temali. Pagar yang rapuh itu jatuh tertimpa
oleh-nya dan ia mendarat di atas semak- semak rasberi. Ia berguling
untuk membebaskan dirinya dari semak- semak dan terguling ke semak-semak
lainnya. "Aduh, aduh, aduh." Ia
terhenyak, tak mampu menahan jeri tan rasa sakit. Ia terus berguling dan
me-robohkan lebih banyak pagar kecil. Pasti terdapat giring-giring yang
terpasang di sisi luar pagar itu untuk mencegah biri-biri karena akan
terdengar den tangan keras begitu mereka datang. Selwyn tahu bahwa
pemilik kebun itu ingin menghindarkan biri-biri karena serom bongan
hewan itu segera berkumpul dan mulai mengembik padanya dan berusaha
mendekati semak-semak rasberi. Farold berbisik di telinganya. "O, kalau
begitu maumu, aku akan berusaha lebih diam.
"Shh," perintah Selwyn. "Shhhh," Selwyn menyuruh hewan-hewan itu diam.
.Pintu depan rumah itu terbuka, memancarkan sinar di kegelapan yang
Selwyn kenali sebagai lampu penyihir. Suara yang terdengar
kesal berteriak," Hai kau perusak! Sudah berapa kali kukatakan untuk
menjauh dari pekarangahku!" ji n
Namun pada saat yang bersamaan, seseorang memukul bagian belakang
kepalanya dengan keras: Elswyth, tepat berada
109
di sampingnya, dan bukan perempuan yang meneriakinya dari pintu depan.
"Diam!" Elswyth memerintahnya dengan bisikan yang tajam.
"Kau terdengar seperti seekor ular yang histeris."
Sosok tubuh yang ada di pintu depan—yang dapat Selwyn tangkap hanyalah
bayangannya—mengangkat kedua tangannya. Tiba-tiba sebuah sapu melayang
dari pintu depan, tapi tak tersentuh oleh tangan
perempuan iw, bergerak menuju beranda, pekarangan, domba, dan langsung
ke tempat mereka merunduk di antara pagar-pagar rasberi yang rusak.
"Selamat tinggal," kata Farold, menghilang ke dalam kegelapan. Elswyth
menggerakkan tangannya, tapi sapu itu tidak menghiraukannya dan segeta
mengatah ke Selwyn. Walaupun penyihir itu betditi di pintu depan dengan
tangan bertengger di paha, sapu
itu mulai memukuli kepala dan punggung Selwyn seolah-olah penyihir itu
berdiri di sana dan memegangi sapu itu.
"Aduh, aduh, aduh, aduh!" Selwyn menunduk dan melindungi kepalanya.
Elswyth juga tak mempedulikannya. Ia memanjat pagar dengan kecepatan
yang menakjubkan untuk perempuan se-umurnya. Tiba-tiba ia muncul kembali
dari sisa yang lain dan berbisik dengan keras,
"Tolol! Apa kau hanya diam di sini don membiarkan ia memukulimu tanpa
perasaan?" "Terlambat," teriak Farold.
Selwyn berharap apabila ia tidak melawan, sapu itu akan meninggalkan
nya, tapi tampaknya tidak demikian yang terjadi. Ia memanjat dinding
kembali, tapi sulit karena sapu im terus memukulinya. Tetapi begitu ia
menjatuhkan diri ke tanah, sapu pemarah itu meninggalkannya dan kembali
ke nenek penyihir yang ada di pintu depan.
1 1u
"Perusuh!" ceriaknya kembali dan membanting pintu hingga tertutup.
Tetapi Selwyn masih belum dalam keadaan aman. Elswyth kembali menampar
kepalanya. "Tolol!" katanya. "Apa yang kaulakukan tadi?" "Aku
mencarimu," kata Selwyn.
"Dan aku," kata Elswyth, "sedang mencari salah satu bumbu untuk
ramuan jimatku: susu dari biri-biri milik penyihir itu akan kucuri
tengah malam, tapi kau mengacaukan rencana itu." "Maaf," kata Selwyn.
"Kau bisa mencobanya lagi." Ia menempelengnya lagi. "Kaupikir berapa
kali tengah malam datang ke desamu dalam satu malam?" tanyanya.
Ia tidak bermaksud untuk melakukan rencananya itu malam ini juga. Ia
hanya ingin mengatakan bahwa Selwyn tidak sepenuhnya
mengacaukan ramuan jimatnya.
"Tolol," ulangnya kembali. "Mengapa kau ingin menemuiku? Apakah kau siap
untuk memulai tujuh tahun pelayananmu? Apakah kau sudah
membuktikan siapa pembunuh kelelawar itu?" I "Tidak juga," aku Selwyn.
Farold mendengus. "Ia berhasil memperpendek daftar ter-tuduh," ujarnya.
"Ia tahu kalau pelakunya bukan dia dan aku."
"Lalu maumu apa?" tanya Elswyth.
Selwyn mengira bahwa ini saat yang tidak tepat untuk meminta bantuan,
tetapi ia tidak sabar menunggu. Katanya, "Orang-orang mencurigaiku
sebagai pengembara karena mereka tidak mengenaliku
dan mereka bertanya-tanya mengapa aku mengajukan banyak pertanyaan.''
Elswyth tersenyum.
Selwyn sadar bahwa ia dalam masalah.
TIGA BELAS
"Jadi," kata Elswyth, "apakah kau ingin agar aku membuat-kan samaran
baru atau rencana baru?"
"Mungkin beberapa saranmu akan berguna," ucap Selwyn penuh pengharapan.
Harusnya ia lebih cerdas lagi.
Katanya, "Nasihat berharga sama dengan samaran, yaitu satu tahun menjadi
budakku. Tetapi apabila aku harus berdiri di sini dan mendengarkan
seluruh kisah hidupmu yang membosankan agar aku dapat mencarikan
tindakan yang paling tepat bagimu, maka tiap kali aku menguap karena
me-ngantuk kau harus membayarku dengan tambahan
enam bulan."
Menyadari. tingkat kesabaran Elswyth, buru-buru Selwyn oienjawab, "Kalau
begitu samaran baru saja bagaimana?"
"Pedagang kaya dan seekor anjing," bisik Farold dengan suaranya yang
begitu perlahan, mungkin ia berusaha seolah-olah suara im ada di dalam
benak Selwyn. Selwyn mengabaikannya dan menjelaskan kepada Elswyth.
"Masalahnya para penduduk desa tidak terbiasa dengan orang asing. Jadi
pikirku
mungkin lebih baik kalau aku menyamar sebagai seseorang yang mereka
kenali. Dapatkah aku melakukannya? Dapatkah kau membuatku seperti
seseorang tertentu?" "Apabila penjelasanmu cukup baik," Elswyth
meyakininya. "Aku akan mengambilkanmu seember air sehingga kau dapat
berkaca, lalu kau dan kelelawarltu dapat memanduku sewaktu aku melakukan
perubahan.
Tenm saja hal im membutuhkan lebih banyak waktu. Jadi kau harus
membayarku selama dua tahun. Mengapa hal im tidak mengejutkan? "Wah,
pandai sekali," kata Farold. "Dua tahun untuk samaranmu sebagai
seseorang, dan beberapa tahun untuk memastikan bahwa kau dan orang
tersebut tidak memasuki ruangan yang sama pada waktu yang sama."
"Aku sedang berpikir,* Selwyn menjelaskan, "seharusnya dia
seseorang yang tidak tinggal lagi di Penryth." "Seperti kau dan aku,*
ujar Farold. "Seperti Alden," Alden adalah anak tertua Thorne,
tetangga-riya, yang beberapa tahun lebih tua dari Selwyn dan Farold. Ia
meninggalkan desa untuk kehidupan yang lebih menantang daripada menjadi
seorang petard tahun lalu.
"Alden? kata Farold dengan suara kelelawarnya "Alden ThornesorvT—
walaupun hanya ada sam orang Alden di desa itu. "Apa yang
membuatmu berpikir orang akan berbicara dengan nya? Bahkan kaupikir
Thorne pun tidak akan senang melihatnya kembali, dia orang yang tidak
berguna. Tak seorang-pun menyukainya. Lebih daripadamu. Mengapa, aku
bisa
menceritakanmu—i
Elswyth mengerang—dengan keras, "Aku yakin kau bisa," katanya. "Tetapi
aku harus meminta bayaran enam bulan tiap kali aku
mengantuk" la menguap dengan selebar-lebarnya, lalu tersenyum dengan
manis dan anggunnya, lalu berkata, "Maaf-kan aku."
Berpaling kepada Selwyn, lalu bertanya, "Jadi, Alden Thorneson-kah
pilihanmu, atau kau hanya menduga-duga?"
Selwyn tampak ragu, sementara im Farold menggeleng-gelengkan kepalanya
dengan penuh ketakutan. "Kisah. apa yang dapat kauceritakan?" tanyanya
kepada Farold. "Ceritakan padaku sam kisah, yang terburuk."
Farold memusatkan perhatian selama sekejap. "Baiklah. Ia membakar tempat
pembuatan ladam milik Holt."
"Bukankah kilat yang menyebabkan kebakaran im terjadi sewaktu badai?"
kata Selwyn.
Farold hanya memandangnya. "Begitav bukan?" tanya Selwyn.
Ujar Elswyth. "Hanya karena api timbul saat badai, bukan berani badailah
penyebabnya."
" Betul sekali," sambut Farold." Nenek sihir tua ini benar juga." Ia
mengerutkan hidung kelelawarnya yang besar, jelas menyesali
lontaran pujiannya, lalu menambahkan, "Kadang-kadang." Elswyth
menyeringaikan giginya kepada Farold.
"Tetapi ," ujar Selwyn, ia tidak ingin mempercayai bahwa sesuatu bisa
seburuk im. Holt telah kehilangan segalanya karena kebakaran im.
"Mengapa kaukatakan Alden penyebabnya?"
"Mereka berdua tidak pernah rukun. Alden senang sekali mencari
jalan untuk menyiksa Holt, misalnya, iapernah menuangkan minyak di kayu
perapian yang disimpan Holt. Jadi sewaktu
m
Holt hendak menggunakan kayu itu, api mengeluarkan asap dan bau
menyengat. Dan hampir mustahil untuk memisahkan bagian man a yang
dilumuri minyak dan mana yang tidak. Akhirnya Holt harus membuang semua
kayu itu dan memotong yang baru. Hort selalu mengeluh kepada Thorne
tentang gangguan dan hal Iainnya yang disebabkan oleh
Alden. Semakin sering Holt mengeluh, semakin sering Alden
mengganggunya."
Selwyn hampir saja berkata bahwa hal itu lebih berat daripada yang
menyebabkan ia tertuduh membunuh Farold, tetapi Farold
melanjutkan, "Pada malam kebakaran itu, aku pulang terlambat dari kedai,
dan bergegas dari satu pintu ke pintu lain mencoba menghindari hujan.
Saat itu aku melihat Alden keluar dari tempat pembuatan ladam, tanpa
cahaya di belakangnya yang menunjukkan bahwa ia sedang meren can akan
sesuatu malam im. Tak terpikir olehku ia berbuat sesuatu yang lebih
buruk daripada membengkokkan kuku kuda, tetapi ia pasti menyimpan bara
yang panas di suatu tempat yang terus me-manas sepanjang malam, menunggu
hingga kilat menyambar. Lalu...." Farold mengepakkan sayapnya,
menggambarkan bahwa toko besi tempa im terbakar.
Kata Selwyn* "Ini lebih buruk daripada pancingan yang biasa ia lakukan.
Mungkin saja hanya kebetulan."
"Kecuali," kata Farold, "lalu mengapa—sewaktu aku memo jokkannya— ia
bersedia membayarku agar aku tidak me-takan pernah melihatnya?" Elswyth
terbahak-bahak "Kau memerasnya? Si kelelawar yang
menyebalkan ini suka memeras?"
"Tidak," jawab Farold. Ia merapikan sayapnya. "Aku hanya .. menerima
uang darinya ... dan tidak menceritakan kepada rang-orang
bahwa aku membunuhnya."
"Tidak heran ia meninggalkan dusun itu?" ujar Elswyth. "Agar tidak perlu
membayarmu."
Selwyn tidak melihat ini sebagai sesuatu yang lucu seperti yang
Elswyth pikirkan. "Kau tahu ia yang membuat api tapi kau tidak
mengatakan hal itu kepada orang lain?" q
"Apa gunanya?" Farold membela diri. "Pada saat itu, tempat im juga sudah
hancur. Memangnya aku bisa mencegah hal im terjadi?"
"Tetapi kau tahu im bukan akibat bencana alam seperti yang disangka
orang?" kejar Selwyn.
Farold mengangkat bahunya. "Aku meminjamkan uang pada Holt untuk memulai
kembali."
Kata SerwyrvwfiEidak diragukan lagi, uang itulah yang dibayar-kan Alden
Thorneson kepadamu."
"Ya," jawab Farold, seolah-olah ia tidak melihat hal itu salah.
Pemikiran baru datang pada Selwyn, "Dan bagaimana dengan Thorne. Tahukan
dia tentang ini semua?" "Mengenai kebakaran atau uang?" tanya Farold,
marah, karena nada
suara Selwyn yang penuh tuduhan. "Keduanya," jawab Selwyn. "Ya." Farold
mengaku.
"jadi bisa saja Thorne me ngi ngi nkan kernatianmu - untuk melindungi
nama baik keluarganya, dan mencegahmu meminta uang tambahan."
"Tidak," kata Farold. Lalu ia memikirkan lagi. "Tapi, mungkin saja."l b
"Tertuduh lain," kata Elswyth. "Aku senang jadinya."
Selwyn cukup cerdik untuk tidak mempercayai kata-kata Elswyth
tersebut. "Ya," katanya, "dengan mempertimbangkan segala sesuatu,
rasanya tidak tepat menyamar sebagai Alden.
Ietapi siapa lagi? Tidak seorang pun meninggalkan P selama sepuluh tahun
terakhir ini." nryth
Farold berpikir selama beberapa saat, "Tidak betul " u; "Kendra pergi."
"Tetapi ia seorang gadis," sanggah Selwyn. "Ia adalah anak gadis Orik,"
ujar Farold. Selwyn tidak mengerti maksud komentar itu, "betarti' adalah
seorang gadis," tegasnya.
ij?flt adalah gadis kedai," kata Farold. "Orang-orang selalu
menceritakan masalah mereka kepada penunggu kedai atau gadis-gadis
kedai. Siapa lagi yang lebih baik, kalau kau meng-jnginlean orang
terbuka dan menceritakan segala hal?" "Ia perempuan," ulang
Selwyn, suaranya semakin keras "Tadi sudah kau katakan," kata
Farold. "Orang senang bet-bincang dengan gadis seperti itu." "Itulah
sebabnya ibunya mengirim gadis itu ke biara di Saint Hild," kata Selwyn,
"Sehingga para biarawati
dapat me-ngajarnya untuk tak mendengarkan segala sesuatu yang dikata-kan
orang." Farold mengangkat bahu, "Coba pikirkan," bujukhya. "Alden
Thorneson pulang dengan penuh percaya diri ke desa setelah menjadi
pangeran perampok atau raja perompak atau kehidupan apa pun yang
ia sebut, lalu Kendra pulang kembali bekerja di kedai ayahnya. Lalu
mereka berdua bertanya 'Ja& kalau ada berita baru?' dengan siapa kau
akan berbkaim!
Selwyn menjadi gelisah, mengetahui bahwa Farold benar. "Bagaimana kalau
Kendra datang sewaktu aku sedang menyamar menjadi dirinya?"
¦ 1 h
"Orang-tuanya mengirimkan dirinya untuk ^ para biarawatj^ isata Farold,
"Kaupikir mereka dapat mendi
nya dalam enam bulan? Rasanya ia tidak akan pulang secepat
itu daripada Alden."
Rata Elswyth, "Penyamaran itu dapat saja dilakukan apabila kau
ingin tahu. Dengan perintah-perintah yang jelas, aku dapat membuatmu
tampak seperti seorang gadis."
"Entahlah...," kata Selwyn.
Baik Farold maupun Elswyth menghela napas.
Saat itu tidak ada otang lain. Tanpa ragu Elswyth dapat melihat dari
wajahnya. Ia menyetingai dengan liciknya. "Kesempatan terakhir untuk
menjadi laki-laki," ia memper-ingatkan.
EM PAT BELAS
Elswyth menyuruh Selwyn agar kembali memanjat tembok pekarangan dan
mengambil salah satu pot tanah liat yang secara tak sadar dibuangnya
sewaktu menjatuhkan gerobak kecil. Ia yakin sekali
bahwa penyihir Woldham akan mengamatinya dan sekali lagi akan
mengirimkan sapu untuk mengejarnya. Tetapi malam itu begitu hening dan
ia bisa menyeret ember dari dalam sumur untuk mengisi pot. "Potitu
kuranggelap untuk mengduarkan bayangan,"kata Selwyn, sewaktu ia membawa
benda itu kembali kepada Elswyth. "Aku bisa mengusahakannya dengan
kekuatan sihir," jawab -yth.
"Baiklah kalau begitu, mengapa kau tidak menyediakan air dengan kekuatan
sihirmu?" tanya Selwyn. "Pot itu juga untuk keperluanmu, kan?" 119
Ia kembali menempeleng bagian belakang kepalanya dan merasa tidak perlu
untuk memberikan alasan.
Ia mengeluarkan api kecil dan sesuatu yang mendidih di atasnya,
"Ceritakan kepadaku tentang Kendra," katanya
kemudian. "Seperti apa tampangnya?" "Ia sangat cantik," ujar Farold.
"Bagaimana kau bisa mengatakannya?" gumam Elswyth. "Cobalah lebih
mendetail. Berapa umutnya dan seberapa tinggikah ia? Apa warna
rambut dan matanya? Apakah ia gemuk atau kurus?"
"Ia lebih tua sedikit daripada Farold dan aku—," Selwyn mulai lagi.
"Usianya 18 tahun," potong Farold. "Rambutnya cokelat terang," sambung
Selwyn. "Cokelat tua," Farold membetulkan.
"Ileal tetapi tidak terlalu keriting," sambung Serwyn. "Panjangnya
sampai ke sini." Farold terbang di antara pundak dan siku Elswyth.
Bayangan Selwyn berubah sewaktu Elswyth merendam kedua tangannya ke
dalam asap yang muncul dari pot yang mendidih. Badannya bergidik. Kali
ini lebih sulit memusatkan pikiran daripada sebelumnya, saat ia
mengalami perubahan sewaktu berada di dalam aliran sungai dan ketika
melangkah keluar, dan menemukan semuanya
telah terjadi. Untuk pertama kali ia menyadari bahwa Elswyth telah
berbuat baik kepadanya.
Apa yang kulakukarii Ia bertanya kepada dirinya sendiri sewaktu
penampilannya berubah, ia yakin bahwa ini adalah kesalahan terbesar yang
ia lakukan sejauh ini.
En tab. karena Farold sangat memperhatikan Kendra ataukah memang ia
sangat teliti, maka Selwyn membiarkan kelelawar
ini menggunakan seluruh caranya sewaktu ia berkeras tentang
tekstur rambut Kendra yang sesungguhnya dan bagaimana ia membelah
rambutnya dari tengah ke kiri dan memiJiki sedikit lekukan di atas
hidungnya, kemudian jari-jarinya yang panjang dan lentik. Namun akhirnya
Selwyn membanting kakinya sewaktu Farold mengatakan, "Bagian ininya
lebih besar," dan ia menaruh sayapnya di depan dadanya.
"Aduh, sudahlah," ujar Selwyn sewaktu Elswyth membuat perbaikan.
"KembaJikan ke ukuran semulai" Ia mengecilkan dadanya. . "Ia butuh
lebih," Farold meyakinkannya. . "Tidak," Selwyn melipat tangan di depan
mbuhnya, sebagian untuk melindungi dirib "Mungkin lebih kecil." ^ i
Farold mendengus, "Lebih besar," bisiknya dengan keras. "Lebih kecil,"
lawan Selwyn.
Elswyth menghela napas, "Ini membuang-buang waktu.
Kesempatan terakhir atau aku kenakan kau enam bulan tambahan. Lihat
bayangan dirimu. Sekarang, lebih kecil atau besar?" "Orang
akan memperhatikan," Farold memperingatkan.
"Mereka akan bertanya-tanya apa yang dilakukan para biarawati di Saint
Hilda terhadap Kendra?" /
Selwyn melihat bayangan dirinya di dalam air pot tanah liat. Entail
bagaimana Elswyth mengubah pakaian pengembaranya menjadi sebentuk gaun,
dan kini ia berusaha menarik penutup dadanya lebih ke atas lagi. Ia
mengatupkan matanya dan membayangkan Kendra sewaktu ia terakhir kali
.melihatnya, yaitu di awal musim semi. Selwyn teringat saat duduk di
belakang kereta Orik, ia mengenakan gaun musim semi yang cerah, dan men i
up kan ciuman pada lelaki- lelaki muda yang berkumpul untuk
mengantarnya ke biara Saint Hilda. Banyak sekali lelaki
muda yang hadir saat im karena Kendra sangat digemari. Ia menyipitkan
mata dari balik bulu matanya, dan melihat pantul-an
tersebut sambil membayangkan gambaran im sebagai Kendra, bukan dirinya.
Dengan enggan ia bergumam, "Sedikit lebih besar," lalu segera
mengatupkan matanya kembali sebelum Elswyth dapat melakukannya.
"Nah," katanya. "Sekarang dengarkan nasihatku secara cuma-cuma: cobalah
jangan terjungkal karena rokmu, cobalah untuk tidak berjalan seolah-olah
kau melangkahi selokan di ladang ayahmu."
"Baiklah," gumam Selwyn.
"Hey!" kata Farold. "Ia masih memiliki suaranya." .in ¦ ^hw karena aku
membuatkannya samaran," Elswyth menjelaskan. "Aku tidak mengubahnya
secara keseluruhan."
"Jangan lakukan!" kata Elswyth. Sudah cukup buruk dan tampak seperti
perempuan.
Ujar Elswyth, "Kalau aku melakukannya, kau harus mem-bayar tiga tahun
tambahan."
"Aku yakin aku dapat mengatasinya." Kata Selwyn.
"Aku yakin kau dapat," kata Elswyth menyetujui Selwyn, namun sambil
tertawa.
"Bagaimana denganku?" tanya Farold. "Tidakkah kau khawatir para penduduk
desa akan mengenaliku sebagai kelelawar pembunuh Francis milik
pengembara itui" 1 Serwyn tergoda untuk memintanya tidak kembali ke
desa— karena ia lebih menyuli tkan daripada berguna. Tetapi ia teringat
bahwa Farold telah memberitahukannya tentang Merton dan pisau, serta
tentang bagaimana Thome mengetahui Farold yang telah memeras anak
lelakinya. Dua orang lagi mungkin telah membunuh Farold, suam hal yang
sebelumnya tak pernah ia duga. Farold mungkin akan memberikannya
informasi lain. Dan ja benar orang-orang akan cukup terkejut meiihat
ke-datangan Kendra—secara mendadak dan tanpa pemberitahuan. Jelas ia
tidak boleh ditemani oJeh seekor kelelawar.
"Enam bulan untuk menjadikannya seekor anjing?" Selwyn bertanya kepada
Elsyth.
Dengan tangannya ia memperlihatkan ukuran hewan yang tidak lebih besar
daripada Iebar tangannya. "Anjing mungii."
Selwyn menggaruk bagian belakang telinganya, kebiasaan yang ia lakukan
kaiau sedang berpikir dan sekejap merasa ke-bingungan dengan rambut yang
ia miliki di atas kepalanya. Anjing yang sedemikian mungilnya dapat
mudah terinjak. Dan lebih memudahkan apabila Farold tahu bagaimana cara
terbang. "Bagaimana kalau burung kutilang?" usulnya. "Di dalam sangkar?
Jenis hewan inilah yang mungkin akan dibawa pulang oleh Kendra sebagai
kenang- kenangan dari para biarawati." "Sangkar?" jerit farold dengan
mar ah. "Untuk keamananmu," Selwyn meyakinkan dirinya. "Enam bulan,"
ujar Elswyth. "Kumpulkan beberapa belah kayu agar aku dapat membuat
sebuah sangkar."
LIMA BELAS
Setelah beristirahat semalam di hutan belantara, Selwyn dan Farold
kembali berpisah dengan Elswyth untuk pergi ke Peniyth: Selwyn—
seorang pria muda yang menyamar menjadi seorang gadis—yang harus
memusatkan perhatiannya tiap kali melangkah agar tidak tersangkut oleh
roknya yang panjang serta Farold—mayat dalam tubuh kelelawar yang sedang
menyamar menjadi seekor
burung kutilang, yang sedang berupaya keras untuk mengeluarkan nyanyian
seekor kutilang dari dua belah bibir kelelawarnya.
"Pelankan siulanmu," saran Selwyn, "lebih mengalun."
"Sudah, hentikan," gerutu Farold, tanpa sedikit pun nada kicauan
dalam suaranya. Ia berpegangan pada sisi sangkar, tak niempedulikan
ayunan yang disebabkan oleh Elswyth, yang nien,urutnya pasti disukai
oleh para burung. Ia menambahkan,
"Kau mcmbuatku mabuk dengan mengayun-ayunkan sangkar ke depan dan
beiakang, ke depan dan beiakang,"—Selwyth melangkah hingga ke batas
pinggir roknya dan tersandung, semen tara Farold terus tertawa—"naik dan
turun—n
"Dan sampai ke semak di tepi jurang hingga j atuh," ancam Selwyn. "Pada
saat ini, itu merupakan suatu tawaran yang balk," Farold mengerang.
"Shhhhh," ujar Selwyn.
"Maafkan aku karena belum cukup menderita agar dapat menyamaimu," kata
Farold. 1
"Shhhh," Selwyn mengulangi, kali ini lebih mendesak. "Seseorang da
tang."
Dari arah mereka datang terdengar suara derakan roda kereta. Selwyn
memandang ke atas dari kakinya serta jaJan yang kotor, dan untuk pertama
kali ia mengamati sekitarnya selama beberapa saat:
Kali ini ia lebih dekat ke desa daripada yang ia duga sebelumnya. Ini
pasti pekarangan milik Raedan dan saudara lelakinya, Merton, yang baru
saja ia lewati.
Yang pertama kali ingin ia lakukan adalah melompat ke dalam semak-
semak yang berada di sepanjang sisi jalan untuk menghindari bertemu
dengan siapa pun, walaupun tujuan semua penyamaran ini adalah untuk
berada di sekitar orang-orang dan kembali ke Penryth. Selain itu,
bagaimana kalau ada orang yang datang mendengarkan percakapannya? Itu
merupakan pertanyaan bersisi dua, karena bagaimana jika siapa pun yang
datang mengenali suarahya atau Farold?
Hampir tidak ada waktu untuk mulai memikirkan semua kemungkinan
kesalahan yang akan terjadi. Tidak ada waktu untuk khawatir atau
memutuskan apa yang hams dilakukan.
125
Lalu tampak Raedan datang mengitari kelokan jalan. Ia menarik kereta
beroda dua yang biasa ia gunakan untuk membawa bar an g- barang, dan
kini penuh dengan tumpukan wol hasil tenunan dan
pintalan ibu dan saudara perempuannya sepanjang musim dingin. Ketika
melihat Selwyn, Raedan mendadak bethenti, kereta menabraknya dari
beiakang.
Ia tidak akan percaya dalam sekejap, pikir Selwyn. Apa yang
menyebabkannya begitu? "Kendra!" Raedan berseru dengan penuh
kegembiraan. Ia segera
menjatuhkan kendali kereta dan berlari mendekatinya lalu—sebelum Selwyn
dapat menghentikannya—ia meng-angkatnya ke atas. Entah
mungkin karena Selwyn masih seberat seorang lelaki, atau ia merasa
canggung karena tidak terbiasa apabila seseorang mengangkat serta
memutar-mutar tubuhnya, ia dan Raedan serta rok panjang dan
sangkar burung ter-perangkap menjadi satu sehingga mereka terjatuh
bertumpukan di jalan.
Raedan terlalu gembira karena menyadari hal itu—atau setidaknya
mengucapkan kata-kata," Kendra, senang sekali bertemu kembali dengan
mil!" Selwyn mengunci sikunya sedemikian rupa agar Raedan tidak
menariknya terus mendekat. Ia menjauhkan diri dari sangkar Farold serta
Raedan. Raedan adalah sahabatnya yang paling dekat, tetapi tidak sedekat
itu.
Farold bersandar pada geligi sangkatnya yang berayun-ayun, dengan raut
wajah yang menyerupai seorang pelaut yang baru terserang badai. Selwyn
membersihkan kerongkongannya dua kali. Semula ia ragu, naraun ia sadar
bahwa akhirnya iia-harus berbicara.
Dengan bisikan yang serak ia berkata, "Aku juga gembira bertemu denganmu
Raedan." Untuk menutupi suaranyayang aneh, atau untuk menghindari
segala keinginan Raedan untuk memberikan sambutan yang
lebih hangat, ia segera menambah-kan, "Maaf, aku agak tidak sehat." Ia
segera bersin dengan keras. "Sudan berhari-hari aku demam." .
"Kau masih gadis tercantik di Penryth," kata Raedan. Apakah aku
tampak begitu mabuk cinta dan tolol sewaktu berbicara dengan Anora?
Selwyn bertanya-tanya. Apakah aku mengatakan hal-halyang terdengar
sekonyol itu? "Terima
kasih," bisiknya, dengan menundukkan kepala serta bersembunyi di balik
ujung selendang yang telah dipersiapkan Elswyth dari dua buah gelondong
benang
miliknya. Ia tidak mengatakan bahwa Anora lebih cantik dari gadis itu.
"Kau baik sekali. Bagaimana kabar kedua orangtuaku?"
"Baik-baik saja," jawab Raedan. "Mereka pasti akan bahagia sekali
melihatmu." "Aku harap begitu," suara Selwyn mendadak menjadi sengau. Ia
menutupi mulutnya dengan selendang lalu terbatuk-batuk. "Aku sudah tidak
sabar ingin bertemu mereka," ia mulai berjalan ke arah desa, yang
pikirnya merupakan akhir dari perbincangan itu. Namun Raedan, yang baru
saja kembali dari desa dan sedikit lagi akan riba di rumahnya, segera
mengambil kendali kereta lalu berputar dan mulai berjalan di samping
Selwyn.
"Mari kubantu," kata Raedan mengambil alih sangkar dari genggaman
Serwya. ^Hidangan istimewa untuk menyambut kedatanganmu?"
"Kenang-kenangan dari para suster di Saint Hilda," Selwyn Kkenjelaskan,
sambil menikmati kicauan dan kepakan sayap Farold yang penuh kepanikan.
Raedan menyeimbangkan
sangkar ini—memang ceroboh, pikir Selvyn, lalu meletakkan-nya di atas
cumpukan kain wol. Ia berharap Farold tidak akan lupa diri
dan mulai membuat lawakan atau memprotes ataupun muntah karena gerakan
itu. Apakah burung kutilang melipat
kedua sayapnya di atas perut apabila merasa mual?
Raedan meremas punggung Selwyn, "Kaulah yang memang dibutuhkan
orang-orang di desa ini," katanya dengan sungguh-sungguh. "Banyak
kejadian mengerikan berlangsung."
"Oh?" ujar Selwyn. "Ada yang perluaku ketahui?" Raedan ragu-ragu.
"Bahkan apabila itu adalah kabar buruk"—Selwyn tersadar bahwa
suaranya meninggi dan menurun. Ia berpikir seharusnya berlatih berbicara
sama halnya dengan berjalan—"bahkan apabila itu adalah kabar buruk,
seseorang akhirnya harus bercerita
padaku." ilc
Raedan menarik napas panjang. "Kabar buruk," katanya, "walaupun tidak
secara langsung berkenaan dengan keluarga-mu. Ini mengenai Farold,
keponakan pemilik penggilingan itu.... iatewas."
Selwyn kesal karena Raedan menyebutkan nama Farold lebih dahulu. Namun,
itu adalah hal yang paling wajar untuk memulai sesuatu, daripada
langsung mencari tertuduh yang melakukan pembunuhan. "Malang sekali
nasibnya," katanya. "Kecelakaan karena mabuk?" "Bukan kecelakaan sama
sekali. Ia terbunuh?"
"Sungguh?" Serwyn berusaha terdengar terguncang. "Siapa yang tega
melakukan hal sekeji itu? Linton-kah?"
Farold mengeluarkan dengusan yang tidak sepatutnya dikeluarkan oleh
seekor kutilang.
"Bukan," /awab Raedan perlahan. "Mengapa kau menanya-kan hal itu?"
"Tampaknya pertanyaanku wajar. Siapakah yang dituduh
meiakukannya?"
"Selwyn," jawab Raedan. "Selwyn Roweson." "Tidak mungkin? seru Selwyn
"Anak sebaik itu." "Hari-hati, aku tidak berkata ia yang meiakukannya,"
Untung Raedan mengamati Selwyn dan tidak melihar
bahwa Farold yang ada di dalam kereta di belakangnya tampak panik dan
memberikan canda agar Selwyn diam. Bagaimana Farold ber-harap ia dapat
memperoleh keterangan tentang sang pembunuh tanpa membicarakan hal itu
sama sekali? Selwyn kembali me-musatkan perhatiannya kepada Raedan yang
berkata, "Tetapi sayangnya semua bukti tampak mengarah kepadanya."
"Apa..."—Selwyn teringat suaranya dan kembali memulai dengan
perlahan—"Bukti apa?"
"Pertama, keduanya sudah lama bersaing memperebutkan anak perempuan
Bowden, Anora, yang diakhiri dengan kesedia-an Anora
untuk menikahi Farold."
Serwyn mengeiuarkan suara tak peduli. "Pilihan yang buruk Tetapi tidak
ada hal yang pasti. Pasti nantinya gadis itu akan sadar dan mengubah
pikirannya."
Farold meludah ke dasar sangkar burung. "Bisa jadi,w Raedan mengakui.
"Tetapi pisau Selwyn-lah yang mematikan Farold.w
"Siapa pun," ujar Selwyn dengan penuh pengertian "dapat menemukan pisau
milik seseorang dan memakainya."
"Sekali Jagi mungkin saja," Raedan berkata dengan mudah-nya sehingga
Selwyn sulit untuk memperkirakan apakah lelaki itu tahu kalau saudara
lelakinya telah menemukan pisau tersebut
atau tidak. "Semula Selwyn bersumpah bahwa ia tidak berada di desa malam
itu, lalu —ketika ia menyadari keberadaan seorang saksi—ia
pun mengakuinya. Memang sulit sekali mem-percayai orang yang selalu
mengubah-ubah ceritanya."
Toloi, talol dan tololl Selwyn memarahi dirinya untuk ke-bohongan yang
tak berguna dan membahayakan itu. "Mungkin ia takut," ujarnya.
"Siapa yang tidak akan begitu?" Raedan mengiyakan dengan penuh simpatik.
"Siapa yang menjadi saksi?" tanya Selwyn. "Ibumu."
la membutuhkan beberapa saat sebelum menyadari yang dimaksudkan oleh
Raedan adalah Ibu Kendra, Wilona, dan bukan ibunya sendiri. Bagaimanapun
ia tidak dapat meragukan kejujuran ibunya.
Aku rasa ia tidak meiakukannya," kata Raedan. "Dia bukan orang seperti
itu!
"tidak," Selwyn mengiyakan.
"Tetapi untuk itu mereka telah menghukumnya."
Selwyn tidak sanggup menanyakan hal selanjutnya, walaupun Kendra
pasti akan bertanya-tanya. Raedan berbicara seolah-seolah semuanya
adalah masa lalu dan Selwyn menyadari itu dengan perasaan mual bahwa tak
ada alasan bagi siapa pun untuk yakin bahwa ia akan selamat dari gua
pekuburan. Tanpa campur tangan Elswyth, pasti
saat ini ia sudah tewas. Dalam satu atau dua hari, begitu semua orang
yakin bahwa ia telah tewas, mereka akan membebaskan ayahnya. Lalu apa
lagi? pikirnya.
Pada saat itu mereka hampir tiba di Penryth lalu terdengar suara- suara
memanggilnya. "Helo, Kendra Orang-orang berlarian mendatanginya. Ia hams
memaksakan dirinya untuk ceria,
130
karena Kendra tidak memiliki alasan khusus untuk bersedih atas
Selwyn Roweson—segetir apa pun nasib yang telah iaalami. Para gadis
memeiuk dan mencium pipinya, yang terasa nikmat—
walaupun sedikit membuatnya frustasi. Ia berusaha sebaik mungkin untuk
menghindari para laki-laki yang akan melakukan hal sama. Beberapa kali
pantatnya dicubit dan ditepuk, Bukannya Selwyn lupa betapa disukainya
Kendra, ia hanya tidak menyadari seberapa besar rasa an tusias yang
diper-lihatkan orang-orang itu.
Aldiirnya, bersama dengan kerumunan yang mengelilingi-nya, ia masuk ke
dalam kedai. Orik dan Wilona berdiri di ambang pintu.
Keduanya menyambutnya dengan tangan terbuka. Selwyn memilih untuk
lari ke dalam pelukan Orik terlebih dahulu agar ia dapat mencari alasan
untuk segera melepaskan diri dan memeiuk 'ibunya'.
"Ayah," bisiknya, sedikit terbatuk dan mendengus. "Ibu." Ia mendengus
dan batuk. "Maaf aku pilek." Ia memaksakan untuk bersin. Wajah Orik
bercahaya. Wilona menangis dengan penuh kebahagiaan. "Mari semua,"
undang Orik "Mari rayakan bersama kami."
Semua orang bergembira karena minuman gratis disedia-kan. Tampaknya
Selwyn senang masuk ke dalam kedai—walau terpaksa harus melihat ayah
Selwyn terikat di sudut.
Farold menjerit dengan kerasnya, sebuah peringatan— siapa tahu Selwyn
membutuhkan hal itu—bahwa ia berada di sana sehingga tidak ditinggal
begitu saja di dalam kereta Raedan. Ia lebih terdengar seperti seekor
ayam daripada seekor kutilang tetapi Selwyn memberisenyum Kendra' yang
lebih cerah dan membawa sangkar ke dalam.
131
Di dalam, Wilona memegangi tangannya. Ia tampak enggan melepaskan
dirinya yang dipahami Selwyn sebagai kegembiraan seorang ibu atas
kepulangan anak gadisnya. Namun Wilona terus menarik tangannya,
menariknya ke arah beiakang kedai ke ruang keluarga mereka.
Aduh, tidak! Pikir Selwyn. Hal terakhir yang ia inginkan adalah berada
sendirian bersama seorang ibu dari orang yang sedang menyamar sebagai
anaknya.
"Orik," panggil Wilona di atas keramaian orang-orangyang berkumpul di
dalam ruangan itu.
Ia melihat tatapan suaminya. "Satu kali minum gratis!" teriaknya pada
kumpulan orang-orang itu. Lalu, "Linton," tunjuknya. "Kau
yang bertanggung jawab."
Wilona bukan upe orang yang akan meninggalkan pelanggan-nya di tangan
pelanggan yang lain.
Selwyn menyadari bahwa ia telah salah sebelumnya. Hal terakhir
yang ia inginkan adalah berada bersama kedua orang tua gadis yang
sekarang sedang ia samari.
Kemudian ketiganya meninggalkan kedai menuju ruang keluarga, lalu
Orik menutup pintu penghubung di beiakang mereka yang hanya dapat mengh
ilangkan sedikit dari keributan.
Orik bersandar di pintu dan Wilona melipat kedua tangan di dadanya serta
memandangi Selwyn.
Selwyn menelan ludah, menyadari bahwa telah terjadi suatu kesalahan.
Wilona bertanya, "Bagaimana dengan bayi ini?"
Di dalam sangkar, Farold membuat keributan yang terdengar seperti,
"Ups!"
ENAM BELAS
"Bayi," Selwyn mengulangi, berusaha terdengar seolah-olah ia hanya
mengulang, bukan bertanya—dan pada saat yang ber-samaan berusaha sekuat
tenaga untuk mencari tahu apa sebenar-nya yang dimaksudkan
oleh Orik dan Wilona. Tentu saja, yang nyata: Kendra Hikyim ke biara
Saint Hilda bukan hanya untuk tujuan pendidikan, tetapi untuk menyembuny
ikan kenyataan bahwa ia—seorang gadis muda yang belum menikah—hamil.
"Bayi itu," kata Wilona dengan tidak sabar meninggikan suaranya. "Kau
tidak perlu berpura-pura dengan kami. Kami tahu keadaanmu;
kamilah yang telah mengatur segalanya dengan parasuster." "Tentu saja,"
ujar Selwyn, berusaha untuk mengulur waktu. Ia melemparkan pandangan ke
arah sangkar burung yang masih ia pegang, mencari tahu apakah Farold
mungkin dapat mem-berikannya petunjuk. Farold mengangkat bahu
mungilnyayang kuning dan montok. Sehvyn melihat Wilona siap untuk
mengguncang-guncang-nya. Ia
menjilat bibirnya. Dengan ragu ia berkata, "Para suster bersedia untuk
membesarkan itu." tanya Wilona dengan tajam. "Apakah yang kita bicarakan
sekarang seekor hewan peliharaan atau bayimu?" Selwyn berspekulasi.
Kendra sesungguhnya jelas tidak memperlihatkan kehamilannya sewaktu
meninggalkan Penryth pada bulan April. Ini berarti baru-baru ini ia
melahirkan sang bayi—
apabila ia memang memilikinya. Karena yakin bahwa ia belum memberi
tahukan hal ini kepada kedua orangtuanya, ia menebak. "Mereka setuju
untuk membesarkan bayi perempuan itu." ujarnya. Kata-kata terakhir
diucapkannya dengan
meng-gumam, sehingga apabila Orik dan Wilona berkata. "Bukankah kau
mengi r imkan kabar bahwa anakmu
laki-laki," maka ia dapat mengatakan kepada mereka bahwa ia memang
mengirimkan kabar demikian, bahwa yang tadi ia katakan adalah bayi
laki-laki dan mereka telah salah dengar.
Tetapi jelas sekali Kendra tidak pernah memberi kabar sama sekali.
Wilona bertepuk tangan. "Bayi perempuan," teriaknya. "Bayi perempuan
yang manis."
Selwyn membenci dirinya karena telah mempermainkan kehidupan keluarga
ini dengan cara seperti ini.
Orik menggerutu, "Asalkan para suster itu bersedia mem-pertahankan bayi
itu dan aibmu tidak menulari ibumu, aku, dan saudara-saudara
lelakimu."
Adik lelakinya berusia lima, tujuh dan delapan tahun. Selwyn tidak
mengerti bagaimana perbuaran Kendra dapat tercermin pada mereka.
Tampaknya Wilona pun sama tidak mengertinya. Ia me-nyikut
suaminya. "Kita sudah membicarakan hal itu," ujarnya. "Kini saatnya
bergembira karena semua sudah berakhir, anak itu berada dalam keadaan
sehat, dan Kendra telah kembali bersama kita." Ia memeiuk Selwyn
erat-erat.
"Karena kini kau telah kembali," ujar Orik, "kau bisa mem-bantu
menyediakan minuman."
"Baik, ayah," jawab Selwyn dengan malu-malu. Tangan Orik berada di
pintu, tetapi kemudian ia mem-balikkan badannya. "O ya," ia
berkata seolah-olah tenang. "Kau pasti akan mengerahui berita ini, jadi
lebih baik aku yang mem-beritahukanmu." "Apa, Ayah?"
"Selwyn Roweson muda telah membunuh Farold" Ia terdengar gembira sekali
sehingga Selwyn kehilangan kata-kata.
"Sudah, sudahlah sayang," ujar Wilona sambil menepuk-nepuk tangan
Selwyn. "Aku yakin semua ini adalah yang ter-baik. Kau sepakat bahwa kau
dan Farold telah melakukan suatu kesaiahan dan kau tidak
sungguh-sungguh mencintainya."
Selwyn merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan karena ia akan
mengerahui apa yang mereka sedang bicarakan.
Kata Orik, "Aku melihat kejadian itu sebagai pertolongan yang diberikan
Selwyn. Aku memandang Farold seperti satu cacing yang berkurang dari dun
ia ini, karena ia telah menyesat-kan seorang
gadis muda yang lugu.
"Farold?" ujar Selwyn, bisikannya terdengar sengau, tak peduli untuk
mencoba terdengar seperti seorang gadis. Ia ter-ingat Farold
yang menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Alden Thorneson pada malam
kebakaran di tern pat pembuatan
ladam kuda. "Aku pulang terlambat dari kedai," ujar Farold pada waktu
itu. Semuanya kini tampak jelas. Ia tidak berani mengangkat
sangkar burung. Satu kali pandangan ke wajah Farold—atau salah satu dari
wajah-wajah Farold—cukup membuatnya kehilangan kendali, ia tahu hal
itu. Ia harus mem-buka sarang dan mencekik leher burung kutilang itu,
"Oapatkah aku...." kata Selwyn, "Bolehkah aku.... aku..." "Rasanya
Kendra membutuhkan waktu sendirian," ujar Wilona kepada Orik. "Fasti
mengejutkan, bagaimanapun juga."
"Baiklah," Orik mengiyakan dengan menggerutu. "Tetapi jangan terlalu
lama. Aku membutuhkanmu begitu orang-orang itu mulai membayar."
"Baik, ayah," Selwyn berusaha menjawab.
Begitu pintu tertutup di beiakang kedua orang tua Kendra, Selwyn
mengangkat sangkar burung hingga setingkat dengan matanya.
Farold menggelengkan kepalanya. Bila Selwyn percaya bahwa
kelelelawar yang sedang menyamar menjadi burung kutilang dapat berubah
menjadi pucat, ia dapat katakan bahwa muka Farold pucat pasi.
"Kau," kata Selwyn. "Bukan," jawab Farold.
"Teganya kau membiarkanku menyamar sebagai -" "Bukan," ulang Farold.
"... seorang perempuan?" "Selwyn, dengarkan aku."
"Kau mengusulkan padaku, padahal kau mengetahui —" "Aku tidak tahu."
"Seharusnyd kau tahu -"
"Seharusnya aku tahu," Farold melompat naik turun di
dalam sangkat. Untung kerumunan di dalam kedai di luarpun sangat ribut
karena suara keduanya menjadi semakin keras d keras dan kini Farold
berteriak, "Selwyn, kau tolol! Coba ka dengarkan aku dulu!"
"Sudah ciikup aku mendengarkanmu." "Bukan aku."
Selwyn mengguncang-guncangkan sangkar burung itu "Bukan aku," jerit
Farold. "Aku tidak tahu kalau ia dikirim untuk melahirkan bayi karena
itu bukan bayiku." "Kedengarannya," Selwyn berteriak kembali sambil
menggoyang- goyangkan sangkar semakin keras, "seolah-olah Kendra
menceritakan kepada kedua orangtuanya bahwa kau yang melakukan. Ia
seharusnya tahu!"
"Aku seharusnya juga tahu," kata Farold. Ia mengatakannya dengan tenang
namun tegas, sehingga Selwyn menghentikan goncangannya. "Bukan aku,"
kata Farold lagi. Selwyn memikirkan kejadian itu, "Apa kau yakin?"
tanyanya. "Tentu
Seiwyn. Aku bersumpah tidak bersalah." Dalam keadaan ini bagaimana
mungkin ia menolak untuk mempercayai hal itu. Ia menghela napas
dan berusaha memahami keadaan ini dengan penjelasan yang berbeda.
"Menurutku," katanya, "Kendra berbohong kepada orang tuanya untuk
me-lindungi ayah sang anak yang sesungguhnya."
"Melindungi," Farold mengulangi dengan tololnya. "Orik mengatakan
kepadanya"— Selwyn berkata lagi, law membetulkan perkataannya—
"mengatakan kepadaku.. .bahwa aku..." ia menjadi bingung kembali—" bahwa
Selwyn mem-
bunuhnya.....maksudku... membunuhmu."
Kata Farold, "Mungkin Orik takut atau tidak mau mengaku kepada anak
perempuannya bahwa dia yang membunuhku.
"Atau bisa juga," kata Selwyn, "ia lega Wena orang lain melakukannya
sehingga ia terbebas dari rnasalah Tidak
berarti ia pembunuhnya.
Sayap-sayap Farold terkulai dan Selwyn betharap ia dapat enarik kembali
kata-katanya.
"Mungkin sebaiknya kita kembali ke kedai dan mulai berbicara
dengan orang-orang," usul Selwyn. "Kita lihat apa yang bisa kita
temukan." "Tentu saja, mengapa tidak?" ujar Farold dengan sedih. "Kita
cari
siapa lagi orang yang menginginkan kematianku."
TUJUH BELAS
Selwyn tak perlu lama-lama memutuskan bahwa ia tidak dilahirkan untuk
hidup sebagai gadis kedai minuman. Jika ada satu pria lagi
yang melihat gaunnya atau menyentuh pantatnya, ia pasti akan meninjunya.
Ayahnya tetap terikat di kursi di pojok kedai minuman, meskipun
kedai sangat ramai. Selwyn tahu tidak mungkin ada kesempatan untuk
berbicara tanpa didengar orang lain. Meskipun begitu, ia mengisi cangkir
dengan ale dan memberikan kepadanya.
Ayah melihatnya dengan tatapan dingin. Tangan-tangannya, tentu saja
diikat ke beiakang.
"Kalau Anda mau," kata Selwyn berkata dengan suara yang dibuat semirip
mungkin seperti suara gadis, tidak berani memberikan sinyal apa pun
kepada ayahnya dengan begitu banyak-
nya orang di sekitar. "Aku dapat memegangi cangkir sementara Anda
minum."
Ayahnya menganggukkan kepala.
Selwyn berkata dengan sungguh-sungguh, "Saya ingin berbicara dengan Anda
tentang Selwyn." Hal ini setidaknya tidak perlu dikatakannya, walaupuh
ia tahu bahwa ayahnya—seperti semua orang di sana—akan menganggap Kendra
hendak me-nyampaikan ucapan belasungkawa kepada ayah yang kehilangan
anak itu.
Ayahnya menutup matanya dan tidak berkata apa-apa.
Seseorang yang lewat merampas dengan cepat cangkir yang ada di tangan
Selwyn dan dengan lembut berkata, Terima kasih, sayang."
Tak ada alasan lain bagi Selwyn berdiri di situ, tapi Selwyn ingin
mengambilkan lebih banyak minuman lagi untuk diberikan pada
ayahnya.
Waktu berjalan kembali. Derian Miller, paman Farold, meletakkan
tangannya di bahu Selwyn. "Menyedihkan," katanya, sambil menganggukkan
kepala ke arah ayah Selwyn. "Iya," kata Selwyn. Dia bergerak untuk
menyelinap pergi tapi tidak bisa—karena berhimpitan dengan meja kasii
kedai minuman di depan dinding—ia tidak seperti Kendra yang tak pernah
terlihat
menyelinap pergi biar bagaimanapun mabuknya atau memaksanya para
langganan Orik.
"Menyedihkan kita semua," kata tukang giling itu. Ia sudah tua dan
pikirannya kacau dan—Selwyn ingat setelah Derian mengatakan—benar-
benar layak sama sedihnya seperti ayah Selwyn. Yang lebih layak lagi,
menurut orang lain: meskipun masing-masing orang kehilangan anak
laki-laki yang dibesar-kannya, setiap orang percaya bahwa ayah Sewlyn
membesarkan
140
seorang pembunuh. Mara Derian meraii dan tangannya yang di atas bahu
Selwyn bergetar.
SeJwyn menjauhkan diri dan berusaha tetap tenang, "Tapi kejam untuk
Rowe." Nama ayahnya terasa ganjil di bibirnya. Dengan gugup ia hendak
melipat tangannya di atas dada, tapi rasanya tidak biasa. Ia ingin
meletakkan tangannya dengan lemas di atas perutnya, yang raembuatnya
tampak seperti sakit perut, atau
menariknya ke beiakang di atas pantatnya yang membuatnya kelihatan
bodoh. Anirnya ia biarkan tangannya jatuh terkulai di kedua sisi
badan.
"Hatimu sungguh baik karena mengkhawatirkan hal-hal itu," kata Derian.
"Tapi ia tidak ditinggalkan dengan terikat seperti itu sepanjang hari.
Thorne dan Bowden atau beberapa dari mereka
melepaskan dia beberapa waktu sekali dalam sehari; mereka mem biarkan
dia makan, melemaskan otot. Pada malam hari, ia tidur di
tempat Holt, tapi tetap dukat di tiang. Orang tidak mau meninggalkannya
tanpa diawasi. Dia orang yang gegabah. Orang gegabah akan melakukan
hal-hal yangsembrono."
Selwyn Iega mendengar bahwa keadaannya tidak seburuk yang dia
kira. Ia bertanya, "Bagaimana dengan—ia ingat untuk tidak menyebut
ibuku—ibu dan neneknya?"
Derian meremas bahunya sekali lagi. "Kamu baik sekali, Kendra! Mereka
diawasi dari jauh. Jika coba-coba menyelamat-kan Selwyn, mereka sudah
tahu akibatnya. Tapi Rowe—ia bukan orang yang kita bisa anggap
main-main. Meskipun sekarang—mudah-mudahan—semuanya sudah selesai.
Mungkin mereka akan melepaskannya besok." Derian menghela napas.
"Setidaknya mereka masih saling memiliki—Rowe dan Nelda. Sedangkan saya
ditinggalkan sendirian." Derian menggeleng- kan kepalanya. "Sendirian."
Ill
Tubuh orang tua itu tiba-tiba bergoyang karena tangisan
tanpa suara. Tangannya sedikit menurun dari bahu Selwyn— betul- betul
tanpa sengaja. Selwyn yakin, karena umur Dorian* tttbuhnya lemah dan
keadaan waktu itu*j-namun Selwyn merasa tidak nyaman dan hampir saja
panik. Apa yang akan dilakukannya?
Selwyn mengatakan apa yang pertama kali terlintas dalam pikirannya.
"Tapi keadaan ini pasti sulit bagi mereka—Selwyn dan orang tuanya—karena
ditin|rgalkan teman-teman mereka.
"Sulit karena ditinggalkan teman-teman mereka?" ulang Derian,
sambil bersandar lebih dekat tapi tetap saja salah dengar. "Yah"ia
mengusap wajahnya—"Asal kau tahu saja, aku sudah membantu
semampuku saat meteka memutuskan bahwa Selwyn-lah yang sudah membunuh
anak itu." cn
"Benarkah?" tanya Selwyn, yang tidak melihat bantuan sama sekali dari
Derian dan juga dari orang lain.
"Aku melihat Selwyn di desa malam itu. Keesokan harinya di rumah
Bowden, bahkan sebelum orang-orang itu membawa masuk Selwyn dan Rowe,
tbumu maju dan berkata kalan ia telah melihat Selwyn berjalan melewati
kedai minuman. Jadi aku berpikir dalam hati,
'Karena itu, kejadian pertarungan dua minggu lalu dan tentang pisau
membuat anak itu sudah menjadi terhukum. Tidak ada gunanya bagiku untuk
menghilang-kan harga dirinya, dengan mengatakan bahwa ia duduk di bawah
jendela beiakang rumah Bowden sambil mencucurkan airmata'
"Mencucurkan air mata" adalah hal yang dibesar-besarkan. Namun Selwyn
hams duduk ketika ia tak dapat menarik per-haman Anora. Ia
takut membangunkan seluruh isi rumahnya. Dan dengan enggan ia mengaku,
memeiuk lututnya dan
meletakkan kepaianya, yang mungkin saja kelihatan seperti menangis,
meskipun pasti tidak lebih dari setetes dua tetes air
mata. Tukang penggiling itu tidak menceritakan hal detail ini —
yang tidak ada hubungannya dengan kasus itu—-kepada kumpulan orang
di rumah Bowden; tampaknya Derian betul-betul melihatnya dan bukan hanya
mengarang-ngarang saja untuk membuat Kendra terkesan dengan kebaikan
hatinya. Selwyn diseiamatkan dari komentar Derian ketika Holt, si pandai
besi, muncul di beiakang Derian dan menepuk punggung-nya dengan ramah
sambil berkata, " Waktunya berbagi Kendra, PakTua."
Derian berputar, sehingga Selwyn bisa bergerak menjauh dari dinding.
Tukang giling itu pergi sambil memberikan senyum sedih. "Hanya orang tua
yang sedang berbagi kesedihannya dengan gadis muda yang simpatik,"
katanya, mengusap matanya.
"Maaf mengganggu," kata Holt, "untuk sesuatu yang sepele seperti memesan
minuman."
"Jangan sampai Orik mendengar Anda menyebut minuman dengan
sepele," kata Selwyn gembira, sehingga ada alasan untuk masuk ke meja
kasir dan mengambilkan minuman. Pada saat yang sama ia mengingatkan
dirinya sendiri, AYAH, dasarbodoh. Seharusnya Orik adalah ayah kamu.
Jika pun Holt atau Derian memperhatikan perubahan itu, mereka
tidak memberi komentar. Sebaliknya, Derian berkata, "Saya tak akan
mengganggu kalian orang-orang muda lebih lama lagi"—meskipun Holt
setidaknya dua belas tahun lebih tua daripada Kendra—ia pun pergi
menjauh, sementara Holt menyenderkan sikunya di atas meja kasir. Holt
mengerutkan dahi. "Ada apa dengan burung yang kau bawa dari biara itu?"
Selwyn melihat arah pandangan Holt—ke tempat ia meletakkan sangkar
Farold di salah satu tong-tong minuman di beiakang meja kasir. Farold
sedang bergantung terbalik di sebuah palang yang disediakan Elswyth
sebagai ayunannya.
Selwyn menahan napas melihat kebiasaan kelelawar pada malam hari itu.
"Biasalah," katanya. "Kadang-kadang ia suka pura-pura mati,"
"Oh," kata Holt, sepertinya hal itu masuk diakal.
Selwyn meletakkan secangkir ale yang berluap busa di hadapannya. Holt
meneguknya panjang lalu berkata, "Akan Lebih mudah bersimpati
kepada orang itu"—ia menggerakkan kepaianya ke arah Derian yang sedang
berbicara dengan seseorang di seberang ruangan—"jika keponakannya tidak
seperti..."
Selwyn menaikkan alisnya, namun Holt—mungkin karena ia pikir
sedang berbicara dengan seorang wanita—tidak metier uskan ucapannya.
"Anda tidak menyukai Farold, ya?" tanya Selwyn. Ia me-lawan
keinginannya untuk menengok ke sangkar di beiakang dan mengguncangkan
tubuh Farold agar bangun serta yakin kalau ia juga mendengar.
"Yah, Farold, ya Farold." Holt menyorongkan cangkirnya supaya diisi
lagi. "Kita mau ngomongxpz lagi?"
Kelihatannya ia akan membiarkan pembicaraan itu selesai Selwyn berkata,
"Walaupun begitu, apakah menurutmu tidak aneh kalau Selwyn membunuhnya?"
"Saya tahu ini hal yang sulit dikatakan," kata Holt, "ta] kejadian itu
kelihatannya baik bagi saya."
"Benarkah?" tanya Selwyn, hampir melupakan sua perempuannya. Holt
mengangguk. "Farold meminjami saya uang untuk mulai usaha lagi setelah
kebakaran tahun lalu. Ini tahun yang bagus buat saya— sangat bagus—tapi
Farold memasang"—Holt menggelengkan kepaianya— Mbunga yang sangat
tinggi."
Selwyn membersihkan tumpahan minuman, namun kali ini tidak dapat menahan
diri untuk tidak melihat sangkar Farold. Ia tetap tergantung di
ayunannya, kelihatannya men-dengkur, tergantung
rerbalik, seperti kutilang emas betul-betul mams yang tidak terganggu
apa pun. . "Saya masih mampu mengatur pembayaran," kata Holt, "sampai
pernikahannya dengan Anora direncanakan. Tiba-tiba ia ingin semua
uangnya dikembalikan secepatnya untuk mem-bangun rumah yang layak untuk
gadis itu." Ia menghabiskan minuman keduanya. "Tidak ada yang lebih baik
lagi sekarang. Tentu saja pembayaran utang saya dialihkan kepada
Derian, tapi ia mau menunggu seperti perjanjian pertama—dalam waktu dua
tahun."
Selwyn tak dapat memutuskan apa yang akan diucapkan Kendra, Ia tak dapat
memutuskan apa yang akan diucapkannyd. Apakah Holt telah mem
bun uh Farold untuk menghindar melunasi utangnya? Ia ingat Holt adalah
salah satu dari sedikit orang yang berbicara untuk membelanya. Apakah
itu karena rasa bersalah? Apakah itu karena—-di antara mereka semua—
Holt yang sungguh-sungguh tahu bahwa Selwyn tidak bersalah, meskipun ada
buktinya?
Begitu Holt menjauh dari meja kasir untuk berbicara dengan orang lain,
Selwyn menuju rak tempat sebuah piring besar dengan
sebongkah roti dan beberapa iris daging domba, siapa tahu ada orang
ingin makanan dan minuman. Dasar kelelawar, pikir Selwyn, memotong ujung
roti, pemeras mengambil sepotong kulit roti yang keras—pedagang uang.
Ia melemparkannya di antara jeruji sangkar untuk menimpuk Farold.
Terlalu keras. Potongan roti itu terpental dari jeruji kayu sangkar. Ia
mencoba potongan yang lebih kecil. Potongan
itu bisa masuk ke sangkar, tapi tak mengenai Farold. Potongan ketiga
kena kepala Farold.
Farold tersentak bangun. Ia tergantung seperti kelelawar, tapi
karena ia menggunakan kaki kutilang, ia pun kehilangan pegangan pada
ayunan dan jatuh ke dasar sangkar dengan suara kuakan betul- betul
seperti kelelawar atau kutilang emas.
"Tembakan jitu untuk seorang gadis!" kata Merton, mem-buat Selwyn
terloncat karena ia sama sekali tak mengira ada orang berdiri sangat
dekat.
Bodoh, ia memarahi dirinya, ia tahu Farold hanya menatap dan
menggelepai-gelepaikan bulu-bulunya dan tidak mulai memaki-maki dirinya.
Selwyn masih kesal dengan kesembronoan dan kebodoh-annya sendiri.
Ia pun masih marah karena masalah pisau yang diambil Merton dan tidak
pernah diberitahukan kepadanya, serta jengkel dengan nada
suara Merton yang merendahkan dirinya. Selwyn mengisi cangkir Merton
dengan ale lalu dengan sengaja melepaskannya sebelum Merton benar-benar
me-megangnya. "Aduh, kikuknya saya," katanya ketika Merton mengusap
keningnya yang basah kuyup. Selwyn tersenyurh, kdu berbalik dan pergi
tanpa mengambilkan Merton minuman lagi.
DELAPAN BELAS
Keramaian di kedai minuman itu belum juga bubar hingga laru t malam.
Setelab seminggu tanpa tamu, Orik merasa begitu puas diri sampai-sampai
Selwyn tak dapat menahan diri untuk tidak menceburkan wajabnya ke ember
besar ale—terutama karena men unit perkiraan Selwyn, ia adalah orang
yang paling mungkin telah membunuh Farold.
Akhirnya, Bowden dan Holt mengumumkan sudah waktunya ayah Selwyn
dibawa bermalam ke bengkel pandai besi. Berjam-jam telah berlaJu dengan
jarak yang terpisah hanya satu ruangan dari ayahnya, namun Selwyn tidak
punya ke-sempatan untuk berbicara kecuali sekali, itu pun untuk
me-nawarkan minuman. Besok, pikirnya. Pasti ada cara
agar ia bisa menemuinya secara pribadi. Begitu juga dengan ibunya, ia
membuat rencana untuk berbicara dengannya. Ketika hams
membawa makanan untuk tawanan itu—dan diikuti oleh suara yang
keras dan perintah dari ism Bowen—ayah Selwyn tampak pucat dan tertekan
dan bayangan gelap di bawah mata dan pipinya terlihat jelas, sehingga
Selwyn harus
memalingkan mukanya. Esok pagi Bowden dan keluarganya pasti tidak akan
keberatan dengan kunjungan
Kendra.
Akhirnya mereka semua pergi malam itu; orang tuanya, para penjaga,
pelanggan, dan orang-orangyangtinggal di situ. Sekarang waktunya
berberes-beres.
Wilona menyapanya, "Ibu dapat meiakukannya sendiri, Kendra. Kau sudah
menempuh perjalanan jauh hari ini— berjalan dari Saint Hilda, mendengar
semua peristiwa, meng-ambilkan minuman, dan
melayani para tamu tanpa henti sejak sore sampai malam. Kau telah
berdiri seharian." Kemudian ia menepuk tangan Selwyn. "Kau perlu
istirahat."
Tidak,n Selwyn meyakinkannya, "Aku baik-baut saja. Aku masih mau lebih
lama di sini."
"Ibu tidur saja," katanya—sambil berharap. Kendra me-manggilnya "Ibu"
dan bukan panggilan kesayangan lain. "Betul, Ibu perlu
tidur. Ibu sudah bekerja keras, memasak dan bersih-bersih, dan membuat
semuanya lancar sepanjang hari ini. .
"Ini bukan anak perempuan kita," Orik meraung, sehingga Selwyn hampir
berhenti bernapas mendengar itu. Tapi Orik lalu memberinya pelukan
ringan dan meneruskan, "Ini gadis pekerja keras yang dulunya Kendra
kita, dan sekarang sudah diubah oleh para biarawati."
"Oh, Orik," Wilona mengeluh dengan nada jengkel sekaligus sayang yang
mengingatkan Selwyn akan orang tuanya sendiri sehingga ia sedih. Orik
mencium kening Selwyn. "Selamat datang, Nak," katanya. "Selamat datang,
Ayah senang sekali kau di sini."
"Terima kasih, Ayah," kata Selwyn canggung, sekarang ia merasa bersalah
karena ingin menenggelamkan Orikke ember ale. Tapi jangan merasa
sentimental terhadapnya, Selwyn memperingatkan dirinya
sendiri. Kenyataan bahwa Orik mencintai keluarganya bukan merupakan
bukti bahwa ia tidak mem bunuh Farold. Hal itu mungkin merupakan sebuah
motif yang kuat. Sewaktu Orik berjalan menuju rumah di beiakang kedai
minuman, Wilona berkata sekali lagi, "Biarkan Ibu membantu, Kendra. Ibu
memaksanya. Kita akan punya kesempatan untuk bercakap-cakap." Kesempatan
untuk bercakap-cakap bukanlah hal
yang diharapkan Selwyn. Ia tersenyum semanis mungkin dan berkata, "Aku
juga ingin. Betul, Bu. Kita memang perlu bicara, tapi bukan malam ini.
Setelah kebisingan sepanjang hari ini"— ia mengangkat
tangannya—"telingaku butuh istirahat." Kalirnat itu kedengarannya tidak
sepeni yang ia inginkan. aPikiranhx butuh istirahat. Dan suaraku." Ia
membersihkan tenggorokan-nya untuk mengingatkan kemungkinan bahwa
dirinya terserang flu.
Sebenarnya bicaranya juga tidak jelas, tapi Wilona berkata, "Ibu tahu.
Ibu mengerti." Dan ia juga mencium keningnya. "Karnu yakin?" Selwyn
mengangguk.
Pintu belum juga tertutup dengan sempurna ketika Farold mulai berbicara,
"Jadi..."
Selwyn cepat berbaiik dan meletakkan jarinya di bibir ngan takut. Wilona
membuka pintu kembali. "Apakah kau memanggil
Ibu, sayang?"
"Tidak, Bu," kata Selwyn, sambil mendorong satu dari bangku-bangku ke
atas menyender ke dinding. "Mungkin pikiran Ibu saja, itu hanya suara
kayu yang bergeser di lantai."
Wilona meniupkan ciuman di udara dan menutup pintu.
Selwyn mengacungkan jari memberi Farold peringatan. Farold mengembuskan
napas— beberapa kali—, keras-keras—karena Serwyn
membersihkan semua meja, kursi dan bangku tanpa sandaran, lalu menyapu
lantai. Selwyn menolak bicara dengannya sampai ia mengumpulkan semua
cangkir dan piring dan membawanya ke dapur, yang berjarak cukup aman
dari kedai minuman dan dari ruangan tempat Orik dan Wilona sedang tidur
atau mencoba tidur. Lalu ia membawa sangkar Farold ke dapur juga.
"Sekarang tenang," kata Selwyn sambil mulai membersih-kan piring-
piring, "Apa yang sudah kita ketahui?"
Farold berkata, "Kita seharusnya membuat Elswyth mem-perbesar pantatmu."
Dengan kesal, Selwyn memukulkan kain pencuci basah ke sisi sangkar,
sehingga Farold terpercik air yang berbusa. Lalu, "Ssstt," ia
memperingatkan sebelum Farold menyerukan protesnya. "Yang aku tahu,"
katanya "kenapa juga orang tidak membunuhmu dari sejak dulu."
"Apa?" tanya Farold sok lugu. "Kau sudah berbicara dengan siapa tadi?
Ada yang menyebarkan berita bohong tentangku, ya?
"Cerita tentang kau yang meminta kembali uang yang kau pinjamkan ke
Holt—uang yang kaudapat dari memeras Alden dan ayahnya, Thorne.
Tiba-tiba saja kau hams mendapatkan
150
semua uangmu kembali kurang dari satu tahun setelah itu, bukannya
dua tahun seperti yang kaujanjikan karena kau ingin membuat Anora
terkesan, ya kan?" "Oh," kata Farold. "Oh," ulang Selwyn. Dan ketika
Farold tidak menyahut, "Itu pembelaan yang bagus darimu, Farold."
"Aku tidakperlu membela diri," kata Farold. "Kan aku yang mati, kau
ingat itu kan? Aku bukan tersangka?"
"Kita tidak membicarakan ten tang siapa yang membunuhmu. Kita sedang
membicarakan kau orang yang keji dan tidak ber-nilai."
"Kau tahu aku bisa pergi kapan saja aku man," Farold memberi-nya
peringacan. "Orang yang sudah mari tidak perlu dimarahi." Bagaimanapun
juga, pikiran Farold itu menakutkan. "Kau membuatku bersimpati padamu
dan memperhatikan rasa sakit hatimu, lalu aku tahu bahwa kau orang yang
tidak berperasaan karena meminta Holt membayarmu, padahal kau tahu hal
itu akan membuatnya bangkrut." "Dia tidak akan bangkrut akibat itu,"
kata Farold. Dengan segan ia m enam bahkan, "Mungkin hal ini akan
merugikannya. Tapi aku perlu uang itu. Aku tak dapat menikahi Anora dan
memintanya tinggal di ruangan kecilku di bawah tangga. Dan kita tak
dapat pindah ke ruangan Paman Derian, atau memin tanya bertukar ruangan:
"Maaf Paman Derian, dapatkah Anda pindah dari ruangan besar di bagian
depan rumah dan menghadap jalan ke kamar sempit tepat di sebelah mesin
penggiling? Jalan satu-satunya adalah membangun ruangan baru dan harus
diberi perabot. Paman Derian kan tidak pernah menikah, jadi belum pernah
ada wanita yang tinggal di peng-"ingan sejak orang ruaku meninggal."
151
"Kamu kan punya—pernah punya—banyak uang dari usaha penggilingan," kata
Selwyn. Tiba-tiba ia berpikir. wBenar, kan? Apakah penggilingan dalam
kesulitan uang sejak kau mengelolanya?"
Mungkin, pikirnya, Derian yang membunuh Farold. Derian yang tinggal di
penggilingan tentunya punya kesempatan lebih bagus
untuk membunuhnya daripada Merton atau Orik atau Thome atau Holt atau
bahkan Linton, orang yang pertama dicurigai Selwyn. Jika Farold salah
mengelola penggilingan dan menyebabkan kerugian ... mungkin ia menolak
untuk mengembalikan pengelolaan kepada Derian lagi...
Namun Farold menggelengkan kepaianya. "Tidak," kata Farold,
terang-terangan berkeberatan. "Penggilingan meng-hasilkan banyak uang
lebih banyak di bawah pengelolaanku tahun ini daripada tahun- tahun
sebelumnya."
"Jadi, jika kau punya begitu banyak uang, mengapa kau memerlukan uang
yang sudah kaupinjamkan kepada Holt?"
"Karena Derian adalah pemilik. Uang hasil penggilingan adalah miliknya."
Selwyn memikirkan ayah yang mau membantunya untuk membersihkan lahan
baru ketika ada kemungkinan Selwyn akan menikahi Anora. Tapi tidak
setiap keluarga sama. Dan jika Derian tidak mau meminjamkan uang kepada
Farold, Selwyn dapat melihat bagaimana paniknya Farold dan berrjaling ke
Holt. Anora, ia yakin, akan mengerti dan tidak akan meminta tempat
tinggal yang mewah. Ia terlalu baik dan manis untuk membiarkan siapa
saja terluka, walaupun tidak langsung. "Baiklah," kata Selwyn, "jadi
bukan Derian. Sekarang tinggal Orik, yang mengira kau adalah ayah dari
anak yang dikandung putrinya
yang tak menikah.Ia mengacungkan jempolnya mulai menghitung. 152
"Dan Wilona, untuk alasan yang sama," kata Farold. Reaksi pertama Selwyn
adalah ingin berkata tidak, namun ia lalu memikirkannya. Pembunuh telah
menikam punggung Farold pada malam hari. Ia tampaknya sudah
memperhitungr kan waktu Farold yang sedang tidur, dan tidak akan
melawan, Seorang wanita, tidak sekuat pria, mungkin telah memilih cara
serangan sembunyi-sembunyi seperti itu. "Mungkin," ia meng-akui, dan
menghi rung dengan jari telunjuknya. Lalu ia menerus-kan, "Atau Holt,
sehingga ia harus mengembalikan uang yang ia pin jam darimu. Atau
Thorne, untuk memastikan kau tidak akan memberirahukan orang-orang apa
yang aku ketahui tentang anaknya. Atau Alden, karena sudah
memerasnya..."
"Alden!" Farold berteriak. "Alden tersangka yang paling mungkin karena
ia tidak tinggal di sini lagi. Jika kembali dari suatu tempat, hanya Tub
an yang tahu niatnya untuk mem-bunuhku sembilan
bulan setelah kejadian, lalu kembali lenyap ditelan malam tanpa jejak,
begitu?"
"Mungkin saja," Selwyn bersikeras, tapi ia menurunkan kembali
jarinya yang mengarah kepada Alden. Lalu ia menaik-kannya kembali karena
kembali menghitung. "Linton, karena usaha penggilingan akan diteruskan
olehnya ..." "SelaJu berlebihan," kata Farold memperhatikan. Selwyn
tidak peduli dan mulai menghitung dari tangannya yang satu lagi untuk
hitungan yang keenam. Dan Merton." "Untuk apa Merton ingin aku mati?" ;
"Belum terpikirkan," kata
Selwyn. "Tapi ialah satu-satunya orang selain kamu yang tahu tentang
pisauku." Farold tidak membantah.
" Tidak ada orang lain lagi yang tahu tentang pisau itu, kanV "Tidak,"
kata Farold. "Jadi, mengapa Merton mau membunuhmu?" tanya
Selwyn.
"Aku kan sudah bilang tidak tahu."
"Aku pikir kau mungkin ingat sesuatu yang belum kauceritakan padaku
sebelumnya. Seperti tentang Alden dan Thorne dan Holt
sampai tingkat tertentu tentang Kendra. Apakah adaT
"Tidak ada," kata Farold galak. "Kau terus menambah kemungkinan, tapi
tak seorang pun yang cocok. Dan kau tidak punya banyak
kemajuan untuk membuktikan sesuatu."
"Aku tahu," gerutu Selwyn. "Besok kita harus can alasan untuk melihat
kamarmu—kita lihat apakah kita dapat menge-tahui sesuatu
di sana."
"Kita coba," kata Farold. "Tapi aku ragu, setelah hampir satu minggu,
kita dapat menemukan sesuatu."
Selwyn pikir mungkin ia benar, namun ia hanya berkata, "Sementara
ini aku akan mengeluarkanmu dari sangkar." Ia membuka benang ikat yang
menutup pin tunya yang kelihatan memikat karena terbuat dari tanaman
rambat anggur dan diikatkan pada tangkai kecil. "Coba terbang di sekitar
rumah para tersangka. Mungkin kau melihat atau mendengar sesuatu yang
penting." 11
Farold mengibas-ngibaskan sayapnyadi sekeliling ruangan supaya tidak
kaku, lalu bertengger di atas sangkar. "Oh itu mungkin
sekali," katanya dengan antusiasme yang dilebih-lebihkan. "Pada waktu
seperti ini aku mungkin melihat orang sedang tidur dan mendengar orang
mendengkun.%
"Aku akan membiarkan pintu sangkar tetap terbuka sehingga kau bisa
masuk dan keluar," kata Selwyn mengabaikan sikap kasarnya. "Mungkin kau
mengetahui sesuatu besok. Cobalah
menghindari orang. Jika ada yang bertanya, aku harus men-jawab
kalau kau terbang kabur. Tapi karena Kendra sangat disukai orang, maka
setiap orang akan mencoba menangkapmu kembali demi aku. Namun, pastikan
kau kembali kepadaku secara teratur sehingga kita bisa saling bertukar
informasi yang sudah kita ketahui."
"Jadi maksudmu, " kata Farold, "aku harus ada di sekitar orang- orang
supaya bisa mengawasi mereka, tapi harus menjauh supaya mereka tidak
melihatku. Dan sementara itu aku harus kembali ke
sini secara teratur, padahal setiap orang akan mencoba menangkapku untuk
membuatmu terkesan."
Selwyn memukui sangkar itu dengan kain lap basah lagi dan Farold terbang
ke udara. "Pergi saja sana," Selwyn menyuruh-nya. "Jauh-
jauh dari tong ale, ya!" Ia membuka pintu beiakang, lalu pergi mengambil
ember air pencuci untuk membuang isinya.
Yang pertama dilihat Selwyn ketika ia melangkah keluar adalah Farold
belum terbang, tapi hanya bertengger di atas pintu yang rerbuka sambil
meniru suara burung kutilang emas yang jelek. Lalu Selwyn melihat
mengapa ia begitu. Ternyata Anora juga sedang mengosongkan ember air
pencuci ke jalan kecil. Ia tidak meiihatnya di kedai minuman seharian
ini, dan juga tidak meiihatnya sejak
hari ia diseret dari rumah ayahnya ke gua pekuburan itu.. Sekarang,
meskipun Anora memunggunginya, awalnya Selwyn tidak dapat bersuara. Hal
ini bagus juga karena ia punya waktu untuk mengubah suaranya. "Halo,"
sapanya dalam bisik-an serak yang— jika
tidak sama persis dengan suara perempuan— setidaknya tidak seperti suara
pria. Anora segera berbalik sehingga sejumlah air.yang sedang
dituangnya
mengenai kakinya. Dengan ter'buru-buru Anora
menegakkan embernya kembali meskipun pasti sudah tak banyak lagi air
yang tersisa. Pastilah dia malu untuk membalas sapaannya,
karena ia hanya diam sambil memandangi dirinya yang berdiri di jalan
kecil, dan hanya diterangi oleh cahaya lilin yang memancar dari
masing-masing pintu rumah mereka.
Anora yang baik hati dan cantik. Pemandangan itu membuat Selwyn
sulit bernapas. Tiba-tiba segalanya jelas baginya: Farold itu
penyelidik, teman, dan pembanru yang jelek untuk diajak bekerja sama.
Anora yang manis akan lebih banyak mem-bantu memecahkan masalah
kejahatan dan membuktikan ketidak-bersalahannya. Ia tahu bahwa ia harus
berhati-hati untuk tidak membuatnya ketakutan. Namun ia yakin, begitu ia
menjelaskan semua yang telah terjadi, Anora pasti mau mem bantu
dirinya.
Ia segera berbalik agar dapat membuang air yang dibawanya tanpa membuat
Anora terpercik, dan pada saat yang bersamaan ia mulai berpikir
bagaimana cara yang tepat untuk mengatakan sesuatu pada Anora.
Tiba-tiba saja seember air yang dingin dan kotor mengenai punggungnya.
Selwyn kaget dan ketika berbalik ia melihat Anora sedang membalikkan
ujung ember ke arahnya. Ternyata ia salah. Masih ada sisa air yang cukup
banyak di ember itu.
Farold pun terdiam karena kaget, paruhnya terbuka tapi kicauannya berhen
ti tiba-tiba.
"Apa-apaan ini....," kata Selwyn, lupa mengatur suaranya, tapi rasa
dingin dan kaget membuatnya melupakan semua itu.
" Berani-beraninya kau kembali!" Anora meludah ke arahnya. Ia tahu siapa
aku, pikirnya. DanAayakin akulah yang membunuh Farold.
Pikiran bahwa Anora tidak percaya akan ketidakbersala annya membuat ia
tak mampu bersuara. Ternyata diamnya it
15b
menguntungkan, karena Anora melanjutkan, "Kau wanita murahan, perempuan
sundal, kau sampah yang tidak berharga."
"Tapi..." Selwyn tidak dapat berpikir apa yang dapat dikata-kannya
dengan semua itu.Ci"
Anora mengayunkan embernya, menyerang lengannya. "Mengapa kau tidak
pergi saja, Kendra?" 1
Selwyn menahan tepi ember ketika Anora mulai mengayun untuk yang kedua
kalinya. "Apa sih yang kamu bicarakan?"
"Apa yang kamu bicarakan?" Anora menirukan dengan mimik muka yang kejam.
"Jangan pura-pura Iugu di depanku. Ibumu menceritakan kepada ibuku
semua
tentangmu. Aku tahu di man a saja kamu selama ini." Ia terus mencoba
merebut ember dari pegangan Selwyn, tapi tak berhasil.
"Kapan?" tun tut Selwyn, karena Wilona seharian ini mem-bantu di kedai
minuman dan ibu Anora hanya datang sebentar Saja, ketika
menyertai ibu Selwyn membawakan makanan untuk si terhukum. "Kapan ibu
kita bicara?0
Tampaknya Anora menebak apa yang dipikirkan Selwyn. "Bukan hari
ini, bodoh? ia mencemooh. "Lebih dari seminggu yang lalu. Ibumu sangat
senang, dan ia bilang bahwa kau mungkin akan segera pulang dari biara.
Dan ketika ibuku mengatakan bahwa enam bulan itu terlaiu sebentar bagi
gadis yang ingin belajar sikap berbudi halus dan lagipula kau agak
ketuoan untuk dikirim ke biara, ibumu keceplosan mengatakan mengapa
sebenarnya kau harus pergi ke sana. Kau mengacaukan segalanfa, dasar
pelacur kecil jelek. Semestinya aku yang menjadi anak kepala desa dan
istri pedagang terkaya di Penryth. Setiap orang akan iri kepadaku.
Apalagi tampang Farold juga tidak terlaiu jelek Tapi aku harus
membatalkan pertunanganku karena kau, dan membuat rencana lain yang
tidak begmi
kusukai. Bagaimana mungkin aku menikah dengan Farold, padahal kau
mengandung anak haramnya dan anak itu akan
selalu menjadi anak sulungnya yang bukan lahir dari aku?"
Selwyn hanya bisa diam tercengang oleh banjiran kata-kata dengki yang
diucapkan oleh Anora-nya yang lembut.
"Tapi sekarang Farold mati," kata Anora, "dan kupikir itu menguntungkan
buatku." Ia merenggut ember cuciannya dari tangan
Selwyn, lalu mendekatinya—ia tampak yakin—dan sambil menyakiti dengan
jarinya. "Kupikir aku lebih beruntung lagi kalau kau juga mati."
Kemudian ia berbalik, rambutnya mengenai wajah Selwyn, dan kakinya
dihentakkan sambil berjalan masuk ke rumahnya. Lalu ia membanting pintu,
sehingga angin berembus di belakangnya.
Dengan perlahan Sewyn berbalik menghadap pintu kedai minuman. Ia
menyorongkan jarinya ke Farold, setengah ber-harap bahwa—dengan
wajahnya yang menunjukkan setengah perasaan dari yang ia sedang
rasakan—Farold lebih memilih bertemu Elswyth daripada bersama dirinya.
Tapi Farold mengikutinya kembali ke kedai minuman.
"Dan tampangnya juga tidak terlaiu jelek," Farold meng-gerutu,
seolah-olah itu kalimat terburuk yang sudah diucapkan Anora.
"Ia memutuskan pertunangan?" Selwyn bertanya dengan merapatkan giginya,
berjuang keras untuk tidak mencekik leher kecil Farold. "Aku
terus-menerus tanya padamu, Apakah ada sesuatu yang kaupikir perlu
kuketahui?' dan kau tidak berpikir untuk memberitahukan bahwa Anora
membatalkan pertunangan? Apakah ada hal kecil lainnya
yang tidak kaukatakan, seperti—misalnya—mungkin seseorang berkata,
'Farold, aku akan membunuhmu?' Mungkin kau lupa memberitahukannya?
Selwyn sadar ia hampir berteriak dengan suara aslinya. Ia me ngambil
napas panjang berkali-kali.
"Apa bedanya bagimu, dengan melihat keadaanmu aku dan Anora bertengkar?
Lagipula"—Farold mengepak-ngepakkan sayapnya—"Kupikir ia tidak
bersungguh-sungguh waktu mengatakan bahwa ia tidak akan menikah
denganku. Kupikir ia akan melupakan hal itu.
Apa? Selwyn bertanya tak percaya.
"Waktu itu ia tidak mengatakan mengapa ia sangat marah Jangan lupa, aku
juga tidak tahu bahwa Kendra—ingat?
menuduhku sebagai ayah dari anak yang dikandungnya. Itu bukan salahku."
"Kau tidak pernah salah, ya," gerutu Selwyn. Tapi ia ingat waktu pagi
hari sebelum Farold dibunuh. Saat itu ia melihat Anora di
pasar dan ia pikir Anora mengisyaratkan sesuatu yang salah telah terjadi
antara ia dan Farold. AKU TIDAK salah, ia berkata pada dirinya sendiri,
meski kemudian ia ingat ketika pemeriksaan di rumah Bowden, Anora
menyangkal hal ini, membuatnya kedengaran bodoh—atau seorang pembohong.
Ia juga ingat sedu sedan yang dilakukannya.
"Mungkin ada sesuatu yang seharusnya kau ketahui," kata Farold. "Oh?"
Selwyn berkata sedikit kesal. "Apa itu?"
"Anora marah sekali sehingga segalanya kacau; tapi satu kalimat yang aku
ingat, katanya 'Tunggu saja sampai aku mem-beritahu ayahku.'"
Selwyn mengendapkan pikiran itu. Bowden tahu atau berpikir bahwa dirinya
tahu— kalau Farold sudah memper-malukan anaknya dengan Kendra. Satu
lagi ayah yang marah.
Tapi sulit sekali memikirkan Bowden ketika pikirannya
terus kembali ke Anora. Anora yang lembut, manis, dan baik. Ia tampaknya
menetapkan di antara dirinya dan Farold ber-aasarkan siapa yang lebih
menguntungkan. Ia mau beralih ketika rencananya
gagal. Ia sudah sangat meyakinkan sebagai tunangan yang sedang
kemalangan. Ia hendak memaki-maki Kendra dan mencoba memukulnya dengan
ember cuci. Se-tidaknya ia baru saja mengharapkan sesuatu yang buruk
untuk dirinya dan bahkan sudah mengancamnya.
Selwyn melihat tangannya, pada bilur merah waktu Anora merenggut ember
cucinya. Tampaknya Anora mampu berbuat lebih dari yang ia pikirkan.
Dengan perlahan ia menghitung dengan jarinya, tujuh dan
delapan—dua lagi tersangka untuk ditambahkan dalam daftar pembunuh yang
mungkin: Anora dan ayahnya.
SEMB1LAN BELAS
Sudah lama sekali Selwyn tidak tidur di tempat tidur, tapi di atas
tanah keras, sehingga Selwyn tidur lama sekali. Orang tua Kendra
berpikir ia perlu beristirahat, sehingga mereka tidak membangunkannya.
Pada waktu bangun, matahari sudah bersinar dan ia dapat mencium
bau rod panggang—membuktikan bahwa Wilona, paling tidak, sudah bekerja
keras. Ia berpakaian, terpeleset sedikit karena tidak terbiasa dengan
pakaian wanita, dan memasuki ruang umum kedai minuman tepat waktu untuk
melihat ayahnya—ayah kandungnya— didudukkan di kursi. Orang bergantian
menjaganya, ia tahu hal ini kemarin. Jadi ayahnya diawasi, bahkan ketika
ia tidur. Tampaknya tadi malam adalah giliran Raedan dan saudaranya
Merton. Mereka baru saja mau pergi, kelihatan bermata muram karena
begadang. Bagus, pikir Selwyn melihat mereka. Menderim.
Keterlambatannya mungkin menguntungkan, pikimya. Untuk berbicara dengan
ayahnya di toko pandai besi Holt pagi ini, ia harus menyingkirkan
terlebih dahulu dua bersaudara itu—yang ingin cepat
selesai dan pulang ke rumah—seperti halnya Holt. Selwyn tahu, bahwa
mungkin tidak banyak kesempatan untuk berbicara secara pribadi. Lebih
mudah di sini. Tapi ia harus cepat berbicara. Dari yang dibicarakan
orang kemarin, hari ini adalah hari terakhir. Tidak ada yang yakin kalau
Selwyn dapat bertahan di gua selama
itu. Petang nanti ayahnya akan dibebaskan, dan Selwyn perlu bicara
dengannya sebelum ia berbuat sesuatu yang gila-gilaan yang tak
dapat di-batalkan jika terjadi.
"Selamat pagi," Selwyn menyapa masing-masing orang tuanya: Orik sedang
memeriksa sisa ale di tong dan Wilona mengadoni adonan di dapur. "Apa
sebaiknya aku memberi sedikit roti Ibu yang enak itu
kepada Si Tawanan?"
Wilona berhenti untuk berpikir. "Rowe bukan seorang tawanan," katanya,
meskipun Selwyn pikir siapa pun yang diikat di kursi dan
dijaga sepanjang hari adalah seorang tawanan. "Dan istrinya akan
membawakannya makanan sebentar lagi."
"Setidaknya kita berbuat baik dengan member i nya minum," bantah Sewlyn
dan Wilona hanya mengangkat bahu.
Selwyn mengisi cangkir dan membawanya ke ayahnya. Ia sengaja berdiri di
antara ayahnya dan Orik, dan memunggungi Orik sebelum ia membungkuk ke
arah kursi. Ia tak dapat mengatakan hal yang sebenarnya kepada ayahnya,
tidak seluruh-nya. Apalagi dalam keadaan terburu-buru seperti itu,
dengan
risiko seseorang dapat mendekati mereka setiap saat. Ia berbisik, pelan
sekali, "Saya akan memberi tahu Anda sesuatu. Tolong jangan
bereaksi."
Sampai sekarang ayahnya kelihatan melamun dan Iesu, matanya hampir tidak
terfokus seolah-oiah ia hampir tak menyadari kehadiran orang lain di
ruangan itu. Sekarang mata itutertuju kepada Selwyn, tajam tapi waspada,
seakan-akan dengan dorongan kemauan semata-mata ia dapat menerima
semuanya, apa pun yang harus Selwyn katakan.
Selwyn berbisik, "Minumlah." Setelah ayahnya menuruti, Sewlyn
berkata, "Selwyn masih hidup dan dalam keadaan baik —jangan bereaksi."
Ia tak pernah menganggap ayahnya seorang yang demonstrarif, tapi ia
dapat melihat harapan dan ke-gembiraan ketika ia menarik napas pendek
dan yang penting sekali ia tidak menarik perhatian Orik dari tong-tong
ale. "percayalah," Selwyn melanjutkan, "selama Anda terus bersikap
seperti sebelumnya dan tidak memberi mereka alasan untuk curiga bahwa
Anda telah mendengar sebuah berita, semuanya akan baik" Sebetulnya ia
tidak terlaiu yakin akan hal ini juga. "Di mana dia sekarang," ayah
Selwyn berbisik. Ia tak dapat mengatakan sebenarnya, DisinL "Aman,"
katanya. "Betul. Minumlah lagi supaya Orik tidak curiga."
Alis ayahnya terangkat sewaktu mendengar—Kendra me-manggil ayahnya
dengan namanya—itu, tapi ia meminum ale-nyx Lalu karena ia meminta
ayahnya untuk percaya saja, Selwyn menambahkan, "Ada jalan keluar
di beiakang gua, di sisi Bukit kakek. Ada seorang teman yang
datang"—Elswyth mungkin akan memukul ia karena berani menyebutnya teman
—dan menunjukkan Selwyn tempat yang aman." Penryth tidak aman, tapi ia
mengatakannya begitu supaya lebih mudah saja.
1©3
"Teman kamu?" ayah Selwyn bertanya.
Selwyn perlu waktu beberapa saat untuk menguraikan hal ini,
menyadari bahwa ayahnya tidak memandangnya sebagai seorang penipu,
meskipun kesalahannya menyebu t nama Orik. Ayahnya hanya bertanya apakah
ia—Kendra— adalah teman yang sudah menunjukkan Selwyn jalan keluar dari
gua.
"Bukan." Ia tidak berani mengakui dermawan itu- adalah seorang penyihir,
karena ia tidak mau ayahnya khawatir. Ia berbuat semampunya. "Seseorang
yang dapat menolongnya. Mereka punya rencana untuk mencari pembunuh
yang se-sungguhnya."
Ayahnya menutup matanya sejenak. Lalu ia berbisik, "Aku mau percaya itu
..." Selwyn mengingat hari kejadian itu bermula, ketika ia dan ayahnya
sedang bekerja membersihkan tanah. Ia berkata, "Selwyn berpesan untuk
mengatakan kepada Anda bahwa Anda benar tentang Anora, dan Anda benar
tentang gadis besar dan kekar itu." Kelakar itu tercetus hanya di antara
mereka pada hari itu, tanpa didengar orang lain.
Ayahnya menutup matanya sekali lagi dan menarik napas panjang. "Saya
harus pergi,!! kata Selwyn, karena setiap kalimat— setiap
waktu yang dilewati bersama—semakin memperbesar kemungkinan baginya
untuk membuat kesalahan, entah itu mengungkapkan yang
sebenarnya tentang dirinya atau ayahnya yakin bahwa Kendra gila, dan-
dua-duanya buruk kalau samp terjadi. "Katakan juga pada Nelda supaya
tidak khawatir." Tadinya. ia berencana pergi ke rumah Bowden, namun
setelah mendengar semua yang diucapkan Anora tadi malam, ia takut hal
itu tidak aman dilakukan.
164
"Terima kasih," kata ayahnya dengan penuh kehangatan, sehingga Selwyn
harus berperang melawan keinginan untuk mencerirakan seluruhnya,
walaupun itu berbahaya. Akan ada waktunya untuk itu. Ia berharap.
Ia mendengar siulan aneh yang tidak terlaiu mirip suara burung, tidak
mirip suara manusia, dan mendapati Farold bertengger di bingkai jendela.
Tanpa terlihar bahwa ia mengenalinya, Selwyn berjalan ke bagian beiakang
bangunan, ke ruangan tempat tinggal. Sebentar kemudian Farold muncul di
jendela. "Apa yang kauketahui?" tanya Selwyn. "Aku tahu bahwa susah
hidup menjadi kelelawar yang hidup dalam badan burung kutilang emas. Aku
tak tahu burung kutilang makan apa, tapi aku tetap senang sekali
serangga kecil, aku tetap ingin makan semalaman dan tidur seharian, tapi
mata kutilang tidak terlaiu bagus untuk melihat di malam hari, dan aku
tak dapat membuat suara kecil yang akan membantuku kembali ketika aku
menjadi kelelawar, dan..."
"Farold!" Selwyn berkata dengan jengkel. "Kau mengoceh saja.
Maksudku apakah kau mengetahui sesuatu yang penting?" Farold mendengus.
"Kau yang menyuruh aku keluar malam hari, lalu mengatakan padaku kalau
hal ini tidak penting."
Selwyn menggertakkan giginya. "Apakah kau menemukan sesuatu yang ada
hubungannya dengan pembunuh?"
Farold mengembuskan napas—keras-keras. "Aku kan baru coba jelaskan
padamu bahwa untuk mendapat cukup makanan agar aku tidak pingsan
kelaparan saja butuh waktu semalaman?"
Giliran Selwyn yang mengembuskan napas. "Jadi, tidak ada," katanya.
"Yang ingin kaukatakan adalah kau tidak tahu apa-apa."
Farold membuka paruhnya dan berkaok seperti bumng gagak.
"Diam deh" kata Selwyn kepadanya. "Baiklah. Karena semua tergantung
padaku, maka yang ingin aku lakukan adalah
mengunjungi kamar tempatmu dibunuh."
"Jika semua tergantung padamu, mengapa kau bersusah payah mengatakannya
padaku?"
"Farold? Selwyn berseru dengan jengkel.
Tiba-tiba Farold mulai meniru kutilang emas, yang dirasa-kan Selwyn
betul-betul menyebalkan, namun sedetik kemudian ia merasakan tangan
Wilona di pundaknya.
"Kasihan kau, sayang," ibu Kendra berkata. "Ibu tahu kau merasa sedih
karena Farold dibunuh. Tapi kau harus menenma bahwa ia sudah
mati. Hadapilah kenyataan ini, sayang." Sambil menggelengkan kepala,
Wilona menjauh.
Suara aneh terdengar dari paruh kutilang emas FarokL
"Mau ikut tidak?" tanya Sewlyn, "atau kau mau tertawasaja terus di
situ?" "Oh, tentu saja aku mau ikut," kata Farold. "Aku tidak mau
ketinggalan sesuatu yang menyenangkan."
DUA PULUH
Setelah Selwyn menyelesaikan tugas paginya di kedai minuman, ia
mengatakan kepada orang tua Kendra bahwa para biarawati di Saint Hilda
menyarankan pentingnya udara segar untuk kesehatan kutilang
emas—terutama burung kutilang emas yang dipelihara di sangkar. "Kami
berdua mau jalan-jalan keluar," kata Selwyn kepada mereka. "Kami akan
kembali sebelum para langganan datang."
Jika orang tua Kendra merasakah hal itu aneh, mereka tidak mengatakan
apa pun. Ketika ia berjalan menuruni jalan sambil membawa sangkar
burung, orang-orang melambai dan menyapa. Gadis-gadis kedai minuman yang
cantik, pikir Selwyn, dapat berjalan-jalan dengan apa saja, suatu hal
yang menggelikan untuk anak-anak lelaki petani.
Penggilingan berdiri terpisah di daerah pinggiran Penryth karena pabrik
ini harus berada di samping sungai, dan suara bising yang terus menerus
dari kincir yang berputar siang dan malam sudah cukup membuat
orang-orang tidak mendirikan rumah mereka terlaiu dekat.
Ketika Selwyn tiba di sana, ia melihat pintu keluar dan langganan yang
datang hanya janda Snell. Sementara itu, Linton sedang
mengikat sekarung tepung untuknya. Bagus, pikir Selwyn. Bahkan lebih
bagus dari yang diharapkannya. Tangan janda Snell berbonggol-bonggol dan
lumpuh, ia perlu bantuan Linton untuk membawa tepung itu ke rumahnya.
Selwyn berjalan sedikit menjauh, ke tempat di mana ladang mulai
ditanami—ini mungkin milik paman Raedan dan Merton, pertanian terdekat
dengan desa. Ketika
berbalik, Linton dan janda itu sudah jauh di bawah menuju ke arah
berlawanan, Linton memanggul karung tepung itu di pundaknya. Selwyn
kembali ke penggilingan, dan hanya Derian tua yang ada di sana.
Sebelum Derian meiihatnya, Selwyn melemparkan pandang-an ke
sekeliling ruangan. Kebanyakan rumah di Penryth tidak diberi kunci
karena setiap orang saling mengenai; tapi orang yang menjalankan bisnis
pasti memiliki kunci— karena adalah bodoh bila menggoda
orang dengan sesuatu yang tidak dapat dimilikinya. Selwyn melihat kayu
yang berat menyender di dinding di samping pintu dan tahu bahwa pada
malam hari kayu itu akan ditempatkan pada siku-siku di kedua sisi pintu.
Untuk melewati pintu itu dibutuhkan beberapa pria untuk mengangkainya.
Tak heran bila Thome mengatakan bahwa
pem-bunuhnya pastilah masuk lewat jendela. Tapi tak perlu lewat jendela
kamar tidur Farold, pikir Selwyn, meskipun tak satu pun
168
yang terbuka. Ia akan mcmcriksa randa-tanda yang dibuka dengan paksa
pada semua jendela, pikirnya; jika ada waktu. Di ruangan ini hanya ada
satu jendela yang menghadap desa— menghadap ladang milik
paman Raedan dart*Merton.-
Sekarang dengan suara Kendra, ia berkata, "Halo." Ia harus
mengucapkannya dua kali sebelum Derian menengok dan rersenyum
kepadanya. Selwyn meneruskan, "Pagi ini saya pikir saya perlu membawa
burung penyanyi saya jalan-jalan keluar, dan saya juga sudah pergi
begitu lama sehingga saya harus melihat semuanya dan bertemu setiap
orang lagi" jangan mengobrol, Selwyn berkata pada dirinya. Jangan
menjelaskan terlaiu banyak.
Tapi Derian tidak mengomentari apa yang diucapkan Selwyn. Ia hanya
menjawab, "Selalu senang ada pengunjung yang cantik."
Selwyn merasa wajahnya memerah, meskipun Derian memuji Kendra, bukan
dirinya. Ia meletakkan sangkar burung di atas meja, dan— seperti yang
sudah di rencanakan nya bersama Farold—ia menyentuh potongan kayu
pengunci yang longgar. "Oh!" Selwyn berteriak purus asa ketika kayu itu
jatuh dan Farold terbang keluar dari sangkar. "Oh, kembali, burung
kecil!" Selwyn merasa betul-betul bodoh, tapi Derian dengan gagah
melompat untuk menolong.
Farold mendarat di atas rumpukan karung-karung tepung dan menunggu
sampai Derian berjarak dua langkah sebelum ia terbang lagi dan berputar
di sekeliling ruangan.
Selwyn mengejar Farold, tapi Farold melompat dari meja ke atap sangkar,
ke ambang jendela.
"Oh, tolong," pekik Selwyn, "tutuplah pintu dan jendela sebelum ia
terbang keluar." Farold terbang dari jendela, tapi ia terbang melewati
kepala
Derian dan keluar lewat pintu yang masih terbuka. Ia segera mendarat di
atas tong air di sisi pintu.
"Tojonglah aku!" Selwyn mendesak Derian, kalau-kalau penggiling tua itu
menyerah.
Derian mengikuti Farold ke luar pintu.
"Aku akan menutup daun jendela di sini," teriak Selwyn, "untuk
berjaga-jaga kalau ia masuk kembali." Ia melihat daun-daun jendela
dikencangkan oleh palang yang sederhana. Seseorang dapat membukanya dari
luar, meskipun Selwyn meng-harapkan ada bekas goretan di kayu jika
memang itu yang terjadi, dan ternyata tidak ada.
Sementara itu di luar, ia melihat Farold terbang dari tong air ke dan an
pohon yang rendah. Ketika Derian mendekat, Farold terbang ke dahan lain
di sisi lain dari pohon itu, dan sebentar kemudian
terbang untuk bertengger di atas semacam semak—untuk memikat Derian dan
terus mengikutinya, tapi tetap tidak dapat ditangkap.
Segera setelah Derian hilang dari penglihatan, Selwyn naik ke atas.
Penggilingan adalah satu-satunya bangunan di Penryth yang memiliki dua
tingkat, untuk memuat perlengkapan roda yang sangat besar yang
dibutuhkan untuk memutar gerinda penggilingan. Menurut Farold, kamar
Derian letaknya di atas, di depan. Kamar Farold adalah yang lebih kecil
di ski beiakang tangga, di mana ia dapat mengawasi dan mendengar
segalanya.
Ia masuk kamar Derian terlebih dulu. Selwyn memutuskan untuk memexiksa
jendela selagi ia punya lebih banyak waktu, karena
Selwyn tidak dapat memikirkan penjelasan apa yang diberikan kepada
Derian jika ia kembali dan mendapati dirinya di sana.
170
Di atas terletak ruangan besar tempat menyimpan per-lengkapan roda
dan tangkai untuk roda penggiling. Hanya ada satu jendela, tapi terJalu
kecij bagi orang dewasa untuk lewat dan menghadap—sekali lagi—ladang
milik saudara Raedan
dan Merton. Di seberang dinding ada pintu yang terbuka dan ter-lihat
pemandangan roda air raksasa yang masuk ke dalam sungai. Tak ada yang
dapat memanjat dan masuk melalui tempat itu.
Dalam kamar Derian, daun jendela tampak tidak pernah dirusak dan
lagipula penyelundup pasti memerlukan tangga untuk mencapai nya, karena
tidak ada pohon tinggi di dekatnya. Selwyn memandang keluar dan melihat
Derian, sekarang hampir sampai ke toko pandai besi, masih mengejar
kutilang emas. Tapi seseorang lain bisa masuk, mencari pemilik
penggilingan atau Linton kembali ke rumah. Selwyn harus buru-buru.
Ia kembali ke bawah dan membuka pintu kamar Farold. Ia yakin rubuh
Farold tidak di sana lagi; Sebetulnya, ia tahu, lebih dari yang lain di
mana sebetiunya Farold dan tubuhnya. Dan tidak ada alasan untuk
mengharapkan kalau-kalau ia akan menemukan kasur dan selimut yang basah
oleh darah. Seseorang pasti sudah membawanya. Melihat keadaannya, ia
tidak tahu mengapa ia begitu memilih untuk melihat ruangan di mana
seseorang sudah ineninggaJ.
Meskipun belum sampai seminggu kosong, ruangan itu sudah berbau
debu dan apek. Seprai sudah tidak ada, meskipun Selwyn dapat mengatakan
tadinya ada di mana, dtlihat dari celah di bawah jendela. Tak ada
tetesan darah, tak ada bukti bahwa kehidupan seorang pemuda sudah
diakhiri dengan kekerasan di sini. Di situ ada lemari pakaian yang
pernah di-ceritakan Farold, tempat ia menyimpan pisaunya. Selwyn
171
memeriksa semua barang di situ; la merasa tidak menentu memegang barang
milik Farold yang tak akan pernah diguna-kannya lagi, menggeledah
pakaian yang tidak akan pernah dikenakannya lagi— meskipun ia diizinkan
Farold ada di sini Pakaian-pakaian, segulung benang ikat, beberapa koin,
sebutir apel yang sudah lembek dan cokelat. Di pojok bawah ada bam
kecil yang kelihatannya tidak ada
gunanya kecuali terlihat bersinar. Apakah Farold pernah menjadi anak
laki-laki yang memungut sebutir batu hanya karena bagus? Selwyn
menyadari setelah tujuh belas tahun hidup di desa yang sama dengan
Farold, ia tidak mengetahuinya. Ia menutup lemari itu, Merton—atau yang
lain. Jika Merton membual telah menemukan pisau itu —mungkin ia mencari
pisau itu di lemari, karena itu tempat yang wajar untuk
menyimpan benda se-macam itu. Tapi Merton tidak punya alasan untuk
membunuh Farold.
I Jadi, misalkan saja pembunuh ini' tidak tahu tentang pisau itu.
Selwyn berpikir—seperti yang sudah dipikirkannya sebelumnya— pembunuh
itu tidak memasuki ruangan lalu mencari sesuatu untuk membunuh calon
korbannya. Mungkin-kah si pembunuh telah membawa alat yang lain,
menjatuhkan -nya, dan dengan begitu harus menggunakan yang ada di situ?
Ia—pria atau wanita—mungkinkah tidak menyadari bahwa pisau itu milik
Selwyn sampai esok hari nya?
' Atau di sisi lain, pikir Selwyn, sebegitu penidurkah Farold
sehingga seseorang dapat masuk tidak hanya memanjat lewat jendelanya,
namun juga menjatuhkan senjatanya dan mencari senjata lain di ruangan
itu?
Dan jika pembunuh itu telah menjatuhkan atau meninggalkan sesuatu,
apakah benda itu sudah ditemukan oleh Linton
172
ketika menemukan mayat itu, atau oleh Derian setelah Linton
memanggilnya, atau oleh Bowden dan Thorne ketika mereka memeriksa
ruangan itu, atau oleh para wanita yang sudah menyiapkan jenazahnya
untuk dikuburkan? Dan jika memang ada dan tidak ada dari mereka yang
menemukannya dan benda itu belum dibersihkan, atau diinjak-injak atau
ditutupi sejak kejadian itu, bagaimana Selwyn mengenaii benda itu
sebagai sesuatu yang bukan seharusnya ada di ruangan itu?
Selwyn beran jak ke jendela. Walaupun begitu ada satu alasan lain—
katanya pada diri sendiri—mengapa ia sudah dicurigai, seolah-olah
percekcokan dengan Farold, pisau itu, dan ke-nyataan bahwa ia berada di
sekitar tempat itu tidaklah cukup: Jendelanya kecil. la kurus dan pendek
dan dapat dengan mudah melewatinya. Holt tentu saja tidak bisa, atau
Bowden dan Orik mungkin juga tidak
la membuka daun jendela dan mendapati—di luar sungai yang menggerakkan
roda penggilingan—-ia mendapatkan pemandangan jelas
bagian beiakang rumah Bowden. Ia merasa-kan apa yang ia tahu sebagai
gelombang rasa cemburu yang tidak masuk akal; Farold dapat memandangi
Anora masuk dan keluar dari situ.
Tidak ada bedanya sekarang, pikir Selwyn, antara satu hal dengan yang
lainnya. Sungai itu merupakan penghalang, sehingga tidak mudah masuk
lewat jendela Tidak mungkin. seorang wanita, kalau begitu, pikir Selwyn.
Tidak, kecuali kalau nekat. Dia berpikir tentang Anora dan Wilona, dan
memutuskan untuk tidak menghilangkan salah satu di antara
mereka bagaimanapun juga. la melongok ke luar jendela untuk mencari
goresan sempit di tanah antara dinding dan air. Jika ada jejak kaki,
cuaca se-
173
minggu ini pasti sudah menutupinya. Ia tidak tahu apakah ada orang yang
sudah mencari itu pagi itu, tapi itu bukan infbrmasi yang
mereka berikan ketika mereka sedang menuduh dirinya. Tidak ada jejak
kaki berlumpur di ambang jendela atau di lantai, setidaknya tidak ada
lagi. Daun jendela banyak ter-gores, tapi kebanyakan goresan sudah lama.
Selwyn curiga kalau-kalau Farold menyelinap keluar masuk lewat jendela
ini pada malam hari kalau ia tidak ingin pamannya tahu di mana ia
berada—seperti ketika ia pergi ke kedai minuman dan memata-matai Alden
di bengkel si pandai besi. Tiba-tiba saja, Farold terbang masuk
menerjang wajahnya.
"Keluar!" teriak Farold. "Keluar! Ia menyerah dan kembali." Selwyn
membanting daun jendela, tapi terbuka lagi. Ketika
ia meraih untuk kedua kalinya, ia mendengar langkah di pintu masuk di
belakangnya. "Wah, wah," kata Derian, "sedang apa di sini?" -
"Saya ..., " kata Selwyn, "Saya pikir saya melihat burung
saya terbang di sisi kincir penggiling dan saya pikir ia mungkin kembali
masuk jika saya membuka salah satu jendela di
beiakang."
- Derian mendekatinya untuk mendengar dengan jelas. "Burung itu?"
tanyanya.
Selwyn menunjuk. "Ia bertengger di pohon seberang di sungai." Farold
merasa harus tetap tinggal di mana ia bertengger dan
membuat kicauan kutilang emas.
"Tapi kau memutuskan untuk menyerah," Derian menunjuk. "Kau baru saja
menutup jendela."
"Burung itu terlaiu bangga dengan dirinya—suka bermain-main. Biarkan
saja ia akan kembali atau tidak." Bodoh! Bodoh!
174
Selwyn memaki dirinya sendiri. Setiap kata yang diucapkannya maiah
memperburuk kata sebelumnya.
Apakah ia mendengar penjelasannya yang lemah atau tidak, Derian berkata,
"Kau ingin melihat ruangan Farold." Bukan pertanyaan, hanya pengamatan.
Tak ada gunanya menyangkal hal itu lagi. "Iya," Selwyn mengakui.
"Kudengar kalian berdua berreman," kata Derian, suaranya iembut. "Teman
baik. Sangat berteman baik. Aku mengerti mengapa kau ingin melihat
ruangannya dan menyentuh barang-barangnya."
Dalam had Selwyn mengeluh. Apakah hanya ia dan Farold di Penryth yang
tidak biasa dengan gosip tentang Farold dan Kendra? Tapi tidak ada
saJahnya mem biarkan Derian percaya cerita itu. Ini
menjadi alasan keingintahuannya. Selwyn melipat tangannya di depan dan
memandanginya, tidak mengakui tapi juga tidak menyangkal. Di
sisi lain, ada sesuatu dari cara Derian mengucapkan "menyentuh" yang
membuat Selwyn merasa kulitnya kotor.
Tampaknya Derian menganggap diamnya sebagai rasa sedih kehilangan
Farold. "Sudahlah," katanya, "yang sudah terjadi biarkan berlalu.
Bersedih tidak akan membawa anak itu kembali."
Ini bukan yang diharapkan Selwyn dari seorang paman yang baru
kehilangan. Ia mendongak, merasa. terkejut. Pasti aku salah menangkap
sesuatu, Selwyn berkata pada dirinya sendiri, karena apa yang ia tangkap
senyuman Derian semakin lama semakin berkurang kelembutannya, dan
semakin seperti mengerling.
"Jangan takut," kata Derian mendekat. "Aku tahu kau me-miliki hati
yang baik dan lembut—bukankah ini sudah kukata-kan kemarin di kedai
minuman? Kita dapat saling menghibur.
175
Kamu, bagaimanapun masih punya keluarga. Aku sekarang betul-betul
sendirian."
Ini kalimat yang sama yang dilagukannya kemarin, tapi tidak membuat
Selwyn menjadi suka kepadanya, karena ia mulai mencurigai Derian yang
hanya mencoba membuat Kendra merasa prihatin dengan keadaannya.
Selwyn mundur satu langkah. "Tidak," katanya tegas, supaya Derian
mendengarnya dengan jelas. jika Derian mengambil satu langkah lagi
sehingga ia cukup jauh dari pintu, Setwyn akan punya kesempatan untuk
berlari keluar. Pilihan lain adalah menjatuhkan-nya, tapi Setwyn enggan
lakukan. Laki-laki tua itu menawarkan sesuatu
yang menjijikkan, tapi—misalkan Selwyn adalah Kendra—ia tidak tahu
seberapa menjijikkannya tawaran itu menurutnya. Namun, Setwyn
tetap marah atas nama Kendra.
"Ayolah," kata Derian. "Aku mungkin tua, tapi kaya. Tapi buat apa
kekayaan itu jika seseorang sendirian? Bersama-sama akan kita
atasi kesedihan kita karena Farold." Derian maju beberapa langkah, dan
Selwyn berlari melewatinya.
"Datanglah lagi untuk berkunjung," Derian memanggilnya setelah Setwyn
mengambil sangkar Farold dan menuju pintu keluar. "Umurku
tidak terlaiu menakutkan bagi Anora. Ia pun menyukaiku sejak Farold
meninggal. Aku punya uang dan energi yang cukup untuk kalian berdua."
Terkejut sekali dengan apa yang dikatakan Derian—tidak peduli
bahwa orang itu sudah cukup tua untuk menjadi kakek Kendra, tidak peduli
bahwa Selwyn bukanlah betul-betul Kendra—Selwyn bergegas lari ke jalan.
Farold bertengger di atas bahu Setwyn dan membuat suara jijik. "Apakah
pamanku baru saja menawarkan padamu seperti apa yang kupikir?"
176
Selwyn membelalak. Lalu ia berusaha membuat ekspresi yang lebih
menyenangkan pada wajahnya ketika para penduduk melihat ke arahnya.
"Ya ampun," kata Farold. "Tampaknya kita menghadapi kesulitan besar."
Selwyn melihat Bowden sedang mendekat, diapit oleh Thome dan Linton.
Dan—ini yang terburuk—beberapa langkah di beiakang mereka ada Orik dan
Wilona. Mereka membawa bungkusan yang kemungkinan besar
seorang bayi anak perempuan mereka, Kendra.
DUA PULUH SATU
Ia dapat mencoba meyakinkan setiap orang bahwa ialah Kendra yang asli,
dan pendatang bam kuadalah seorang penipu. Namun, ia
sebenarnya menyadari sudah beruntung berhasil membodohi orang- orang
selama ini. Jika ada pertanyaan-per-tanyaan tentang masa kecil dan
keluarga Kendra, penyamaran-nya akan segera tersingkap oleh pertanyaan
-pertanyaan yang lebih rumit daripada sekadar, "Siapa nama orang ruamu?"
Sebetulnya Kendra yang asli mungkin sudah menjawab pcrtanyaan-
pertanyaan seperti itu untuk memuaskan setiap wang. Dia mungkin,
telah meyakinkan Orikdan Wilona sebelum mereka membawa permasalahan ini
kepada Bowden.
Selwyn menjatuhkan sangkar burung dan mulai berlan berlawanan arah, dan
Farold terbang di sebelahnya.
178
179
sudah melihat dirinya berubah dari Kendra menjadi si tawanan dan mungkin
Selwyn yang sudah mati di depan mata kepala mereka
sendiri. Tak ada yang mau menjadi yang pertama untuk mendekatinya. Ia
duduk di tepi sungai, menarik napas, karena ia bukan perenang yang kuat,
dan berkata kepada Farold, "Bagaimanapun aku tak pernah
dapat meyakinkan mereka." Ia memegang tangannya dan memeiuk tangannya
sendiri
— dirinya sendiri. "Bagaimana kau tahu?" "Bagaimana aku tahu apa?"
"Bahwa membenamkan diriku ke dalam air akan menetral-kan mantra itu?
Farold memandangnya dengan skeptis. kau tidak tahu itu? Kau mem biarkan
ia memantraimu tanpa tahu apa penangkal-nya? Kau memang
bodoh, sulit dipercaya kau tak pernah bertanya kepadanya. Aku bertanya
pertama kali, bahkan ketika ia belum memberikan mantranya kepadaku. Aku
pikir kau meiakukannya juga sebelum kau
membiarkannya sungguh-sungguh mulai. Kau bodoh."
Akhirnya, Merton yang pertama kali memegang lengannya, dan memaksanya
berdiri. Selwyn," katanya ragu-ragu, merasa tidak masuk akal, tapi jelas
di tengah keheningan setidaknya setengah jumlah
seluruh penduduk desa, dan yang lainnya tetap berkumpul. "Apakah itu
kamu yang sebenarnya? Selwyn?"
Linton sudah berenang menyeberangi sungai. Ia tidak mau ada orang lain
yang mengambil alih penangkapan itu. "Membunuh sepupuku rupanya belum
cukup," teriak Linton, sehingga orang-orang di kedua sisi sungai dapat
mendengar. "Jelas sekali Selwyn juga terlibat dengan sihir! Menurutku
kita harus mengikatnya dengan bam dan menenggelamkannya."
"Hentikan dia!" teriak Linton. "Ia penyihir, dan burung itu adalah
jelmaan iblis sekutunya!"
Ini mungkin, pikir Selwyn sebelum berlari, sama buruknya dengan
dituduhnya ia sebagai pembunuh. Tangan-tangan penduduk terus berusaha
menangkapnya. Rok panjang me-ngancamnya untuk tersandung setiap ia
mengambil langkah. Selwyn mengeiak, menghindari sekelompok penduduk desa
dan berlari di antara dua bangunan: rumah Bowden dan kedai minuman.
Lalu ia sampai ke tepi sungai. "Tunggu," teriak Farold.
Selwyn melompat, tepatsewaktu Farold berteriak, "Jangan!" Air
sejenak menutupi kepaianya. Gaun ini akan membuat-ku tenggelam dan
menyebabkanku mati, pikir Selwyn, namun sebentar kemudian ia naik ke
permukaan air dan mulai berenang. Setelah setengah jalan menyeberangi
sungai, ia menyadari ada sesuatu yang salah. Pada setiap gerakan ia
melihat Iengan baju-nya, tapi itu bukan lengan baju yang ia pakai ketika
menyelam tadi. Itu lengan baju kemejanya sendiri; yangdipakainya ketika
ia dikurung di gua pekuburan, baju yang sudah dimantrai oleh Elswyth,
dua kali.
Selwyn menarik dirinya ke atas jauh-jauh. Farold bertengger di dahan di
bawah di tepi sungai dan berteriak, "Kau memang bodoh! Mengapa kau pergi
dan untuk apa merusak mantra itu? Sekarang kau bisa meyakinkan mereka
bahwa kau adalah Kendra yang asli."
Selwyn melihat penduduk desa yang mendekat dari se-berang sungai maupun
tepi sungai dan datang dari sisi penggilingan, dan tidak menyisakan
kesempatan kepadanya untuk kabur. Ia tidak bisa lolos
dari mereka. Namun, meskipun mereka tidak mencegahnya kabur, mereka
tidak mendekat. Mereka
180
"Linton...," kata Selwyn, tapi Linton justru menahan tubuh-nya. Merton
masih memegang lengannya, sehingga lengannya terpuntir sakit, tinggi di
atas punggungnya. Selwyn merasa kesakitan, dan berikutnya Linton
menjejalkan sumbat mulutnya. Mereka tidak akan membiarkannya berbicara.
Dia sudah tahu sesuatu, tapi mereka tidak akan membiarkan dirinya
berbicara.
Tiba-tiba Farold menukik dari langit, tepat menuju wajah Linton.
Karena terkejut, Linton melemparkan tangannya ke atas untuk melindungi
wajahnya, dan melepaskan sumbat itu. Tapi sekejap kemudian, Linton cukup
sadar untuk menepiskan tangannya di sekirar kepaianya. Farold
mendatanginya lagi.
Selwyn meludahkan sumbatnya. "Tidak!" teriaknya, tahu bahwa Linton hanya
perlu pukulan kecil untuk meremukkan kchidupan tulang rapuh kelelawar
yang menyamar sebagai burung itu. "Jangan!"
Dan sebelum ia dapat memperingatkan Linton apa yang akan
dilakukannya itu, tangan Linton menyerang kutilang emas itu, dan
melemparkannya ke tan ah.
Farold jatuh dengan bunyi gedebuk kecil tapi penuh. "Tidak," kata Selwyn
lagi, kali ini dengan suara seperti udara yang dikeluarkan dari
paru-parunya. Ia meronta dari tangan Merton dan melemparkan dirinya
sambil berlutut. Tapi tampaknya tidak ada yang dapat dilakukannya lagi.
Burung itu terbaring diam, lehernya terpuntir; kakinya pincang, tak ada
suara napas sedikit pun. Walaupun begitu, Selwyn mengangkat badan yang
amat ringan itu.
Selwyn merasa pan as, dingin, kepaianya terasa melayang dan sekaligus
berat. Setelah percekcokan dan keluhan selama
181
ini, ucapan-ucapan yang meremehkan, waktu-waktu ia pernah berpikir bahwa
ia akan jauh lebih baik kalau sendirian daripada dengan bantuan
Farold—dengan senang hati ia akan memberi-kan beberapa tahun lagi ke
Elswyth untuk menukar detak jantung di dada makhluk yang mungil itu.
Tapi tak ada tanda-tanda kehidupan.
Linton mendorong bahu Selwyn dengan kasar, mendorong lengannya sehingga
badan burung itu jatuh dari tangan Selwyn, jatuh sekali
lagi ke tanah berumput. "Cukup," Linton berkata dengan keras. "Tidak ada
lagi mantra atau sejenisnya."
Selwyn bangkit berdiri. Ia ingin sekali melukai Linton dan cara
terbaik untuk meiakukannya adalah dengan mengatakan-nya sebenarnya apa
yang sudah dilakukannya.
Tapi informasi ini sangat mengerikan dan—lagipula—-Linton hanyalah orang
yang bodoh dan pengganggu orang lemari.
Farold sudah mati—lagi—dan tidak ada alasan untuk se-pupunya agar tahu
bahwa Farold sudah man dua kali, dan Linton sendiri yang bertanggung
jawab terhadap kematiannya yang terakhir.
Orang-orang berbisik, "Apa yang terjadi?" dan "Bagaimana ini bisa
terjadi?" Beberapa dari mereka kelihatan tercengang, dan beberapa tampak
ketakutan.
Di seberang sungai, Bowden menampilkan ekspresi ter-baiknya:
marah. "Aku yang memberi perintah," ia mulai, seakan-akan berhadapan
dengan sihir, kematian, kebohongan, dan plot semua yang dapat
ditangkapnya adalah pikiran bahwa ia sudah bersabda Selwyn harus mati,
tapi ternyata tidak.
Farold sudah mati jauh sebelum Setwyn mulai terbiasa dengannya, mulai
menyukainya. Ia tidak begitu buruk. Ia tidak
182
183
Selwyn melihat sekeliling sampai ia menemukan Anora. "Untuk alasan sama
yang setiap orang kira mengapa aku ingin Farold mati. Untuk memenangkan
Anora."
Anora menutup mulutnya dengan tangannya, sehingga membuat ekspresinya
susah dilihat.
Derian tertawa. "Aku sudah tua," katanya.
Selwyn berkata kepada orang-orang, "Aku tahu hal itu sewaktu Derian
menyangka aku Kendra.. ."Ia tidak yakin bagaimana mengatakannya.Kendra
yang asli meletakkan tangan di pinggangnya dan melemparkan rambutnya.
"Derian Miller katanya. "Asal tahu saja. Ia memberikan janji-janji
semacam itu."
"Dengan Kendra?" teriak Anora kepada Derian. "Kau merencanakan bersama
ayahku untuk menikahi aku.n
"Apa?" kata Derian, pendengarannya berkurang.
Kendra tidak mempedulikannya. "Oh tidak," katanya kepada Anora,
terdengar—pikir Selwyn—lebih berkesan simpatik daripada menuduh.
"Pasti kamu tidak percaya padanya, kanV
Bibir Anora menipis. "Jangan bicara padaku," bentaknya. "Setidaknya aku
ingin membuat pria itu menunggu sampai kami menikah. Aku tak mencoba
meninggalkan bayiku di tangan para
biarawati di Saint Hilda."
Kendra memeiuk bayinya erat. Dia mengangkat kepaianya tinggi- tinggi
meskipun suaranya terguncang. "Setidaknya aku mencintai pria itu, bukan
uangnya."
"Pria yang mana?" Anora mengejek. "Farold, atau Derian?" "Mereka berdua
menawarkan diri untuk menikah denganku."
"Bukan kedua-duanya," kata Kendra. "Dan untuk semua itu, kurasa
perjalananku lebih bagus dari kamu."
begitu buruk seperti kalau kita sedang duduk di atas paku. Ini tidak
adil, tapi ia tidak dapat melakukan apa-apa. Selwyn harus meneruskannya
sendirian. "Saya tidak bermaksud mencelakai orang,"
katanya, berbicara kepada setiap orang, tidak hanya kepada Bowden atau
Linton.Saya menyesal menyalahgunakan kebaikan Anda." Ucapan itu
ditujukan kbusus untuk Kendra dan keiuarganya, yang ada di antara mereka
yang berdiri di pinggir sungai. "Saya hanya ingin mengerahui siapa
sebenarnya yang membunuh Farold."
"Itu," kata Bowden, "sudah ditetapkan sehingga setiap orang puas. Dan
sekarang, selain membunuh, kau juga terbukti terlibat dalam
sihir."
"Dan apa yang kauketahui?" teriak Raedan, tidak mem-pedulikan Bowden.
"Apa?"
Selwyn menarik napas panjang. Pembunuhnya tidak mungkin Merton, yang
tahu tentang pisau tapi tidak punya motif untuk membunuh Farold. Bukan
juga Bowden atau Holt yang tidak mungkin masuk ke dalam daerah
penggilingan. Linton, Anora, Thorne, Orik, dan "wilona semuanya punya
alasan menginginkan kematian Farold dan dapat dengan cara memperkecil
diri-—masuk melalui jendela Farold.
Tapi hanya satu orang yang menurutnya dapat dengan mudah mengerahui
tentang pisau tanpa sepengetahuan Farold, yang punya akses ke dalam
ruangan Farold, dan yang Selwyn berhasil ketahui— ada yang ingin sekali
Farold enyah dari rencananya. Ia meng- umumkan, "Saya yakin dia adalah
pemilik penggilingan." Bisikan tidak percaya terdengar dari kerumunan
orang. "Kau bohong." Suara tua Derian yang gemetar terdengar. berdiri
memandangi mereka dari balik jendela penggilingan. Kau bohong,"
ulangnya. "Buat apa saya meiakukannya?"
184
Aku juga menawarkan diri* pikir Selwyn. Aku pernah ingin menikah
denganmu. Apakah Anora tidak menyebutkan namanya karena cintanya tidak
relevan sekarang, atau karena dia tidak pernah masuk
hitungan? Memang tidak ada bedanya, tapi ia tetap sakit hari. Anora
memandang marah ke arah Kendra. "Pelacur," katanya. "Cukup." Bowden
melihat Anora, Kendra, Derian, lalu ke Selwyn. Katanya, "Semuanya ini
tidak langsung ke pokok masaiahnya. Aku tidak akan membiarkan nama dan
reputasi putriku ternoda. Rencana
keluarga kami yang dibuat bersama Derian setelah Farold meninggal bukan
urusan seluruh desa. "Langsung setelah Farold meninggal,"
teriak Wilona. Bowden tampaknya siap ingin memukulnya: dua orang tua
yang melindungi anak mereka. "Intinya adalah—ia mengacung-kan jarinya ke
arah Selwyn untuk menekankan kata-katanya— pisaumu yang membunuh
Farold.".
"Pisauku," kata Selwyn, "yang hilang, yang ditemukan Merton, dan yang
diberikannya kepada Farold." Ia melihat ke arah Merton yang tampaknya
ingin menyangkal hal itu. Namun setelah ragu-ragu sejenak, Merton
mengangguk, berkata, "Itu benar."
"Oh, aku yakin begitu," Bowden membentak. "Tetapi mengapa baru
kaukatakan sekarang?"
"Aku takut," kata Merton, "jika orang tahu Farold yang menyimpan pisau
itu..."— dengan putus asa melihat ke arah Selwyn lalu menyelesaikan
kalimamya dengan cepat—"mereka akan memikirkan satu alasan bagi Selwyn
untuk membenci Farold dan ingin dia mati: untuk mendapatkan pisaunya
kembali."
185
Tiba-tiba saja kediaman Merton terasa masuk akal. Selwyn dapat
melihat orang-orang meiihatnya dengan curiga, bahkan sampai sekarang.
Padahalaku memerlukanmu sekarang Farold, pikirnya, tapi bukan perasaan
marah atau kesal yang dirasakan-nya. Katanya kepada Merton, "Tapi
bagaimana aku tahu Farold menyimpannya kalau kau
atau Farold tidak memberitahuku sebelum dia mati? Tentu saja Farold
tidak memanggilku untuk memberitahu.:'.
"Aku juga tidak," kata Merton kepada orang-orang. Penduduk desa
salah berpandang-pandangan seakan-akan hendak mencari apakah ada yang
dapat mengatakan apa sebenarnya yang ingin dikatakan Selwyn.
Mereka sudah meiihatnya berubah bentuk di depan mata kepala mereka. Ia
menceritakan kisah selanjutnya. "Aku me-minta bantuan dari seorang
penyihir," katanya, "penyihir yang sama yang mengubah penampilanku.
Dengan bantuannya, aku tahu kebenarannya dari Farold setelah ia mati."
"Omong kosong...," Bowden mulai berbicara. "Atau lebih tepatnya, aku
tahu dari rohnya." Demi Linton, Selwyn tetap tidak mengatakan, "Ia tad!
hidup dan kau dengan gegabah sudah membunuhnya," ia tidak ingin
membiarkan Linton hidup dengan mengerahui hal itu. Farold, mengapa kau
harus mengalami hal ini? Selwyn harus menarik napas panjang supaya tidak
gemetar. "Pembohong," kata Derian.
"Kebohongan yang menyedihkan," Bowden menambahkan.
"Farold memberitahuku bahwa ia menyimpan pisau itu di kamarnya," kata
Selwyn, "dan Derian dapat mengambilnya dengan mudah."
itu anakku. Apa kau dapat membayangkan aku membunuhnya. Tidakkah kau
ingat sewaktu ayahnya pemilik penggilingan dan penggilingan terbakar?
Aku menerobos melewati api dan me-nyelamatkan dia. Aku membesarkannya
seperti anakku sendiri." Selwyn ingat ketika ia dan Farold berbicara
dengan Elswyth tentang
anak Thorne, Alden yang membakar bengkel pandai besi dan Elswyth
berkata, "Hanya karena ada kebakaran yang dimulai selagi ada badai, tapi
bukan berani badai itu penyebab-nya." Sekarang Selwyn menambahkan,
"Farold beruntung karena Anda ada di dekatnya malam itu. Dan Anda, tentu
saja beruntung hanya kamar-kamar tempat tinggal yang terbakar dan
banyak orang yang meninggal—tapi mesin-
mesin tidak rusak. Aku ingat waktu itu setiap orang menepuk pundak
Anda. Mereka menyebut Anda pahlawan. Tapi menurutku Anda berada di sana
untuk meyakinkan penggilingan itu sendiri tidak ikut
terbakar. Menurutku, Anda menyelamatkan Farold hanya supaya orang tidak
bertanya-tanya mengapa Anda berada di sana. Tidak ada yang
bertanya apa yang sedang dilakukan seorang pahlawan di dekat tempat
bencana terjadi. Jelas sekali: menolong keponakan kecil yatim piatu yang
malang."
"Bohong," ulang Derian. Namun kali ini Bowden tidak sependapat
dengannya.
Selwyn berkata, "Sejak puluhan tahun ini Anda jadi terbiasa membunuh
untuk mendapatkan apa yang Anda mau."
"Nak, penyihirmu itu sudah mempengaruhi pikiranmu," kata Derian. Tidak
ada seorang pun yang menanggapinya.
Derian menghilang dari jendela.
"Pembunuh!" Linton berteriak, mendorong Selwyn, tanpa melihat- lihat
lagi. "Anda membunuh sanak keluarga sendiri."
'Kamar Farold adalah ruangan miliknya," kata Derian. "Aku tidak pernah
ke kamarnya."
"Anda ada di kamarnya sekarang." Derian mengangkat tangannya putus asa.
"Karena kamu tadi di sini," ia memprotes. "Kamu menyamar sebagai Kendra
—dan membuka daun jendela."
"Cukup," kata Bowden kepada Linton. "Sumbat mulutnya dan bawa dia
kembali ke rumahku sampai kita memutuskan apa yang akan kita lakukan
rerhadapnya."
"Anda memang di kamarnya waktu itu," kata Selwyn kepada Derian sewaktu
Linton menunduk untuk mengambil sumbat. Dia berbicara dengan cepat. "Di
depan Holt Blacksmith, Anda kemarin mengakui melihatku pada malam
pembunuhan. Anda melukiskanku mencoba membuat Anora mendekati jendela."
Ia menemukan Holt dalam keramaian dan Holt mengangguk. "Aku ingat," kata
Holt kepada semua orang. Linton ragu-ragu.
Selwyn menyelesaikan kalimatnya, "Tapi kamar Anda ada di sisi depan
penggilingan Derian, menghadap ke jalan."
Derian menjilat bibirnya. "Aku tak dapat tidur malam itu. Aku
pikir... aku mendengar keributan dari kamar Farold, jadi aku ke sana
untuk melihat. Jendela terbuka—itulah suara yang kudengar, salah satu
daunnya berderik—dan aku melongok keluar jendela dan melihatmu. Pasti
kau masuk melalui jendela itu setelah aku kembali tidur."
Kata Thorne, "Anda mendengar daun jendela berderik, padahal biasanya
tidak dapat mendengar pelanggan menggedor-gedor pintu depan Anda?
Katanya Anda tidur nyenyak sepanjang malam! Katanya
Anda tidak mendengar apa-apa! 'Maksudku setelah itu," kata Derian dengan
lemah. "Farold
188
Semua sudah berakhir. Dengan pernyataan itu, Selwyn tahu semuanya
selesai.
Orang lain mulai berteriak, berlari. Seseorang berteriak untuk menghen
tikan pemilik penggilingan—bahwa ia mau mencoba membokar
tempat itu dan membawa semuanya bersamanya.
Ohy Farold, pikir Selwyn, menunduk memandangi tubuh kecil burung itu di
rumput. Dari awal, ia sudah tahu semuanya harus ada
akhirnya. Untuk setiap orang—pada akhirnya,— segalanya akan selesai.
Tapi tidak dengan cara sepertiiini, pikir Selwyn.
Ia dapat mendengar gedebuk kaki di bangunan penggilingan, di tangga
bawah, tangga atas, dan lalu di lantai dua daun jendela di
sisi Iain yang menghadap roda-roda kincir raksasa terbanting terbuka.
Bersamaan dengan suara itu, Derian me-nerjunkan diri keluar. Orang-orang
menahan napas atau menjerit, dan mendekat, namun Selwyn tidak mampu
melihat apa yang sedang terjadi. Ia tidak dapat memalingkan muka
terhadap apa yang sudah terjadi. i Akhirnya, ia berjalan kembali ke
kedai minuman, menemui ayah dan ibunya.
DUA PULUH DUA.
Menurut tawar-menawar yang sudah dilakukan antara Selwyn dan Elswyth, ia
mempunyai sisa waktu empat hari untuk dihabiskan bersama keluarganya
sebelum masa pelayanannya selama sembilan setengah tahun dimulai.
Ibunya menangis tersedu-sedu dan mendesaknya untuk pergi jauh. Ia
mengatakan jika Selwyn terpisah jauh berrnil-mil dari penyihir itu
mungkin mantranya untuk memanggil Selwyn tidak ampuh. Jika mereka dapat
berlayar dengan kapal, ia yakin bahwa laut yang memisahkan mereka akan
meng-hilangkan kekuatan penarik daya sihir itu. Sedangkan Ayah akan
membiarkan mantra itu memanggil Selwyn. Ia akan ikut bersama Selwyn dan
memenggal kepala penyihir itu. "Ayah," kata Selwyn, "tidak. Aku sudah
setuju. Ia sudah
190
melakukan bagian dari tawar-menawar itu. Aku akan melakukan bagianku."
"Kita lihat saja nana," kata ayahnya dengan nada yang me-nyiratkan bahwa
ia sudah memutuskan sesuatu dalam pikir- annya.
Maka untuk menghindari bencana, Selwyn pergi setelah baru tiga hari
lamanya.
Ia mengatakan kepada orang tuanya—-yang memang benar —bahwa ia akan
pergi ke desa untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Kendra. Tetapi ia
tidak mengatakan bahwa ia tidak akan kembali ke rumah untuk mengucapkan
selamat tinggal kepada mereka.
Ia berjalan di ladang, menyusuri jalan kecil yang menanjak ke bukit. Ia
sampai ke jalan yang menikung dan menurun tepat sebelum tepi huran
ketika. Di dekat tikungan tampaklah seorang gadis jangkung—gadis angsa,
tampaknya di samping-nya berjalanlah seekor bebek besar yang canggung.
Bebek iru mengangkat sayapnya, tapi pastilah terjepit karena sayapnya
tetap menyatu. Makhluk itu menyerang Selwyn, sayapnya
melebar dan mengepak, kelihatan aneh seperti seorang anak kecil'yang
berlari segera setelah belajar berjalan.
• Selwyn membentengi dirinya, meskipun bebek umumnya tidaklah seagresif
angsa.
Bebek itu melingkarkan sayapnya di betis Selwyn dan berkata, "Selwyn,
dasar bodoh, aku heran sekaligus senang kau masih hidup! Apa yang
terjadi, apakah kau kebingungan, kau datang sehari lebih
awal, bagaimana kau lolos?" ! ' "Farold}** kata Sehvyn.
"Berapa banyak bebek yang dapat bicara yang kaurahu?" tanya bebek itu.
191
Selwyn berlutut untuk mengangkatnya ke lengannya. "Aku tidak tahu kalau
ada bebek seperti itu!" tenaknya. "Dan aku heran dan senang sekali
melihatmu masih hidup." Ini betul-betul di luar
perkiraannya. "Apa. yang tet jadi?" tanyanya. Ketika itu wanita
muda itu sudah ada di dekat mereka, dan me-nambahkan, "Siapakah orang
ini?" Wanita muda itu memukul kepaianya.
"Oh," katanya dengan mata berkunang-kunang. "Elswyth," Selwyn ingat
kalau ia selalu mengatakan bahwa ia sedang me-ngumpulkan ramuan untuk
manna yang penting. Ia sekarang tahu mantra apa itu.
Elswyth menjadi muda, hampir seumur dia sekarang. "Aku memang datang,"
katanya kepada Sehvyn. Sambil mengalihkan perhatiannya kepada Farold, ia
bertanya, "Mengapa kau menjadi bebek?"
Farold berkata, "Setelah si tolol sepupuku itu mulai memukul,
tiba-tiba aku menemukan diriku di dalam kehidupan setelah kematian
lagi—dan kupikir, berarti ia betul-betul me-mukulku."
Selwyn mengangguk.
"Jadi kupikir, 'Aku pernah mengalami mati, menjalani semuanya; tapi itu
adalah hal yang berbeda untuk aku yang bodoh ini.' Aku yakin penduduk
desa akan mendorongmu ke sungai atau merobekmu. Jadi kataku,' Baildah,
aku tidak dapat berbuat apa-apa di sini.
Aku tak punya tubuh lagi, jadi aku pergi ke penyihir tua itu untuk
melihat apa yang mungkin dapat dilakukannya.'"
Elswyth memperlihatkan cengirannya.
"Cuma ia sekarang tidak tua lagi," Selwyn memperhatikan.
"Ia tetap mudah dicari. Beberapa hal jadi mudah dalam kehidupan setelah
kematian, kau tahu—meskipun aku tak
192
dapat mengatakan padamu centang ini. Tanpa tubuh aku hantui dirinya
sampai ia lelah dan membcriku tubuh." Farold meriaik-kan sayapnya.
"Sialnya, ia tidak punya banyak pilihan. Kau bagaimana? Sudah rahu siapa
yang membunuhku? Maksudku, yang membunuhku pertama kali, bukan Linton?"
"Oh," kata Sclwyn, enggan untuk menyampaikan kabar. "Aku khawadr
Derian-lah orangnya."
^DerianV kata Farold. "Pamanku sendiri?" "Aku khawatir begitu."
Elswyth membuat suara kecewa dan menggelengkan kepaJanya. "Padahal aku
yakin pacarnya yang cantik itu,w katanya.
Farold tidak mempedullkannya. "Tapi katamu bukan dia, karena aku sudah
mengelola penggilingan dengan begitu baiknya."
"Kau-lah yang mengatakan, bukan dia, karena kau mengelola
penggilingan dengan sangat baik," Selwyn membetul-kan. "JDan itu tidak
ada hubungannya. Ternyata dia mem-bun uhmu untuk mendapatkan Anora."
"Ha!"Elswythmemberikansenyuman akubilangjugaapa." "Dan ternyata juga,"
Selwyn menyelesaikan ucapannya, "dia-lah yang membuat kebakaran yang
membunuh keluarga-fnu ketika kau masih kecil, untuk mendapatkan
penggilingan itu dari ayahxnu. Ketika semua orang melawannya, ia
melompat dari jendela atas dan bunuh diri." :
Farold terduduk di jalan yang berdebu dengan menghela napas panjang,
yang terdengar aneh karena keluar dari paruh bebek. "Aku menyesal," kata
Selwyn. "Aku hanya kaget," kata Farold
kepadanya. Elswyth menghela napas juga untuk menyiratkan kalau ia mulai
bosan.
193
Setelah beberapa saat, Farold berkata kepada Selwyn, "Tap! mereka
membiarkanmu pergi, bahkan setelah tahu bahwa penyamaranmu melibatkan
kekuatan sihir?" "Kurasa," kata Selwyn, "itu hanya karena mereka merasa
tidak enak sudah memasukkanku ke gua kuburan. Tapi sebagian besar dari
mereka tidak mau berbicara kepadaku, dan tidak mau melihatku jika kami
berpapasan di jalanan. Anora meludah ke arahku, tapi kupikir itu karena
tidak ada seorang pun yang mau berbicara dengannya juga. Tampaknya ia
mau menikah dengan Derian, dan setiap orang melihat kalau itu karena
uang. Ia juga mengucapkan hal-hal yang mengerikan kepada Kendra. Dan
mengenai Kendra, ternyata ayah bayinya adalah Alden Thorneson."
"Kendra," kata Elswyth. "Gadis cantik lain dengan ..." ia menggerakkan
tangannya"Kendra yang malang," kata Farold. "Padahal
ia lebih baik dengan aku."
Kata Selwyn, "Ia mencoba melindungi Alden, mengira bahwa Alden akan
menikahinya setiba mereka berdua di Saint Hilda, tapi ternyata tidak.
Tapi Raedan mau menikahi Kendra. Tampaknya ia
sudah lama mencintainya. Ia menginginkannya bersama bayi itu. Kendra dan
Raedan adalah sedikit orang yang mau berbicara denganku—dan dari antara
semua orang, Kendra-lah sebenarnya yang paling punya alasan untuk
me-nyalahkan aku."
"Itukah sebabnya kau pergi lebih cepat tanya El "tanpa menunggu mantra
pemanggil?" "Tidak," Selwyn mengaku. "Aku khawatir orang tuaku ...
berbuat
sesuatu untuk menolong aku." "Ah," kata Elswyth. 194
"Kau baik sekali sudah menolong Farold," kata Selwyn, "dan datang untuk
melihat apakah aku butuh pertoiongan." Ia memikirkan apa yang baru
diucapkannya. "Apakah aku ber-utang beberapa tahun lagi untuk ini?" •
Elswyth meringrs. "Dengan angka yang akan kau jalani," katanya, "kau
akan beru tang bettahun-tahun, dan aku akan harus memberimu mantra
supaya kau lebih muda, sehingga kau dapat menjalaninya. Tiga tahun untuk
bebek, dua tahun untuk berjalan se/auh ini, satu
tahun lagi karena aku sudah memperingatkan bebek itu jika ia tidak
berhen ti berkwek-kwek, dan aku akan membuatmu mem bayar satu
tahun lagi."
Lima belas setengah tahun. Selwyn menghela napas. "Sebaiknya kita mulai
sekarang," katanya. "Mari kita mulai." Farold berkata, "Aku
pikir..." "Sebagai gantinya," kata Elswyth memotong. Farold berkwek-kwek
ke arahnya. "Kupikir," ulangnya kepada Selwyn, "apa yang kau perlukan
adalah pengganti." Pengganti apa?" tanya Elswyth kesal. "Pengganti untuk
menggantikan tempatmu melayani penyihir
tua ini. Aku bersedia."
"Aku tidak," kata Elswyth, "aku tidak berniat menghabiskan lima belas
setengah tahun denganmu."
"Sayang sekali," kata Farold. "Kwek, kwek, kwek, kwek, kwek." "Hen ti
kan itu," Elswyth memperingatkan dengan dingin. "Aku tak perlu
mantra untuk memasakmu dan menyirammu dengan kuah ceri." "Aku akan
menghantuimu lagi."
Elswyth melipat lengannya di depan dadanya. la melihat sewlyn. "Kamu
sudah berjanji," katanya mengingatkan dengan a yang tenang
dan datar.
"Betul," ia setuju. Ia melihat kepada Farold. "Betul," katanya kepada
Farold.
"Bagus," kata Elswyth. Bulu-bulu ekor Farold terkulai. Elswyth berkata, "Bereslah sudah, aku membebaskanmu dari janjimu."
"Apa?"
tanya Selwyn.
"Menghabiskan waktu lima belas setengah tahun bersama orang yang tidak
mau bersamanya? Ini sama buruknya dengan menghabiskan lima belas
setengah tahun bersama bebek. Anggaplah itu sebagai hadiah ulang tahun
untuk diriku: bebas dari kebersamaan denganmu. Selamat tinggal, Selwyn.
Selamat tinggal, bebek."
"Tunggu," Selwyn memanggilnya ketika ia mulai menuruni jalan. Elswyth
berbalik Meskipun muda, ia tidak secantik Anora. Ia tidak lincah dan
menyenangkan seperti Kendra. Tapi ia sudah menolong Sehvyn ketika tidak
ada seorang pun meiakukannya. Sudah berkali-kali ia menolongnya. Dan ia
sudah datang ke Penryth mungkin, ia mengira, karena ia berpikir Selwyn
sedang membutuhkan bantu-an lagi. Mengapa pula ia berhenti mengharap ia
akan dibayar?
"Satu tahun," kata Selwyn, "kelihatannya adil. "Aku tak akan
menyesali setelah apa yang kauiakukan untukku." Elswyth meiihatnya
dengan pandangan menghargainya.
"Kalau? Selwyn menambahkan, "kau berjanji berhenti memukul. Itu tidak
begitu baik" "Baiklah," ia mulai dengan tersinggung, tapi lalu dengan
segan, ia memaksakan diri untuk mengangguk, katanya, "aku akan mencoba."
196
Dan Selwyn hanya berharap ia akan mencoba dengan sekuat tenaga.
Ia memberi isyarat untuk bergabung dengannya. "Pertama-tama," kata
Selwyn, "aku harus kembali dan rnen-jelaskan kepada orang tuaku,
sehingga mereka tidak khawatir." "Baiklah," katanya. "Aku tidak
merasa heran." Kemudian mereka berjalan ke Penryth dengan Farold
bergoyang-goyang di belakang mereka sambil menggerutu, "Adakah kolam di
sekitar sini? Kau tahu kan bebek butuh air?
.....Seharusnya kau membawa ember untuk mengangkatku. Kita harus
mencarinya di Penryth."
"Kau kan mestinya pergi ke tempat kehidupan setelah kematian," Elswyth
bertanya. "Oh," kata Farold, "nana."
tamat
Edit by selalubagus.com